Anggapan dan pendapat setiap orang terhadap doa yang dipanjatkannya tidak sama-beda. Ada orang yang merasa doanya tidak pernah dikabulkan oleh Allah SWT. Ada juga yang menganggap sudah dikabulkan oleh Allah SWT, namun merasa masih jauh atau kurang dari harapan.
Memang sangat susah mengukur persentase doa yang dikabulkan dengan doa yang tidak dikabulkan. Namun, beberapa hal diberikut ini menawarkan bahwa terkabul maupun tertolaknya doa ternyata bukanlah pokok kasus yang paling utama, apabila kita belum memahami kekeliruan-kekeliruan dalam berdoa, yaitu:
Kurang Kesabaran dan Ketabahan dalam berdoa
Kurang kesabaran dan ketabahan dalam berdoa sehingga menjadikan perilaku sok tahu, cepat menilai bahwa usul yang disampaikan kepada Allah SWT dianggap sudah tepat. Misalnya, saat memohon berjodoh dengan seseorang, biasanya kita sering terburu nafsu semoga segera dikabulkan, padahal Allah SWT punya pertimbangan sendiri, apakah orang yang kita cintai itu ialah jodoh yang baik bagi kita atau malah sebaliknya.
Baca juga Panduan terkabulnya doa
Sehingga, perlu kecermatan dalam menentukan doa serta butuh kearifan memahami pesan yang tersirat di balik doa yang ditolak atau diganti-Nya ke dalam bentuk lain. Setiap umat selayaknya berusaha mempertajam batin untuk memahami maksud Allah SWT Sang Khalik. Buanglah jauh-jauh perilaku pesimistis dan negatif saat berdoa.
Salah memahami tujuan Allah SWT
Maksudnya ialah terkadang kita merasa apa yang kita mohonkan kepada-Nya itu akan baik untuk kita, padahal Allah SWT lebih mengetahuinya. Senantiasalah berprasangka baik kepada Allah SWT. melaluiataubersamaini begitu, sanggup saja usul yang kita panjatkan tersebut tanpa kita sadari sudah diganti Allah SWT dengan bentuk lain. Tentunya, ganti yang paling baik buat kita. Ketidaktahuan atau ketidaksadaran umat akan kehendak Allah SWT membuat insan sanggup saja menyimpulkan doanya tidak dijawaban.
Kurang memperhatikan jawabanan dari doa yang dipanjatkan bertahun-tahun sebelumnya.
Sangat mungkin usul yang diminta gres dijawaban sehabis bertahun-tahun berselang. Allah SWT sang pemilik putaran masa lebih tahu kapan dan apa yang terbaik buat hamba-Nya. Dia akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya pada waktu yang tepat. Namun, terkadang si hamba mewaspadai (meragukan doanya sudah dijawaban). Kegalauan inilah yang melahirkan keluhan bahwa spesialuntuk sedikit doanya yang sudah dikabulkan.
Kurang bersyukur.
Bisa saja jawabanan doa diganti dalam bentuk lain oleh Allah SWT. Selayaknya setiap umat mengevaluasi berkah apa saja yang sudah diterimanya selama hidupnya, mulai dari berkah kesehatan, punya keluarga yang lengkap, anggota badan yang tidak cacat, didiberi peluang melihat matahari, dan lainnya. Dari mengevaluasi berkah tersebut, maka akan timbul rasa syukur atas anugerah yang didiberikan Allah SWT, dan alasannya bersyukur itu pula nikmat akan dimenambahkan-Nya. Bisa jadi nikmat yang dimenambahkan-Nya itu berasal dari doa-doa si hamba ataupun bentuk penggantian doa yang lebih baik.
Baca juga Teknik bersyukur dengan lisan, hati dan perbuatan
Baca juga Pengertian Syukur dan macamnya
Baca juga Bacaan dan doa sujud syukur
Dalam berdoa tidakbolehlah hingga terkesan mengatur Allah SWT, alias menuruti kemauan sendiri. Tuhan niscaya akan meletakkan harapan-harapan hamba-Nya pada posisi yang terbaik. Perlu dipahami pula bahwa berdoa itu bukan sekadar ucapan (permintaan) verbal, melainkan perpaduan dari ikhtiar kita dan ketetapan Allah SWT.
Berdoa membutuhkan pula kecermatan untuk memahami arah hukum, atau takdir Allah SWT. Allah SWT yang Maha Penyayang akan selalu berada di garis kebenaran untuk setiap keputusan yang dibuat-Nya. Sebagai hamba, setiap orang seharusnya berada dalam koridor yang baik dan patut dalam berdoa. Jika menyimpang dari itu, maka pantaslah apabila doanya tertolak.
Baca juga Sifat rela mendapatkan takdir Allah SWT
Kecemasan terkena hal ini sudah ada semenjak zaman lampau, sehingga ada hadis yang mengungkapkan sebagai diberikut:
“Akan muncul di tengah-tengah umat ini suatu kaum yang melampaui batas kewajaran dalam bertaharah dan berdoa.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Teritu maksud dari hadis di atas ialah bahwa tidakbolehlah berdoa atau memohon kepada Allah SWT untuk hal-hal yang mustahil dikabulkan, atau berlebih-lebihan untuk sesuatu yang tidak dibenarkan/ tidak halal (haram). Namun, justru yang seharusnya dilakukan ialah tetap dalam koridor kebaikan. Dalam arti kata lain, meski kita mempunyai musuh yang sudah menzalimi kita, kita juga harus tetap mendoakan kebaikan untuknya. Ini ditegaskan hadis yang berbunyi:
“Barang siapa tidak mendoakan keburukan terhadap orang yang menzaliminya, maka beliau sudah memperoleh kemenangan.” (HR. At-Tirmidzi dan Asy-Syihab)
Jika doa ditolak, tidakbolehlah bersedih hati. Evaluasi terlebih lampau akan isi doa. Bahkan jikalau perlu, lihatlah keadaan orang yang berada di bawah kita. Sebab tidak sedikit orang yang punya banyak masalah, ia pun banyak berdoa, tetapi belum dijawaban oleh Allah SWT. Setiap doa yang bermaksud baik niscaya akan menjadi tabungan kebaikan.
Hadis di bawah ini mengingatkan akan hal itu: “Lihatlah orang yang di bawahmu, dan tidakboleh lihat orang di atasmu, semoga engkau tidak meremehkan karunia Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ketika mendoakan diri sendiri, berarti secara tidak pribadi kita ‘berkewajiban’ pula mendoakan kawan, kerabat, keluarga, dan sesama muslim lainnya. Selanjutnya, ibarat yang sudah ditegaskan di atas, tidakbolehlah berhenti dari acara doa, sebaliknya teruskanlah berdoa sebagai wujud syukur atas nikmat yang sudah didiberikan oleh Allah SWT. Rasa syukur itu harus dilaksanakan dalam bentuk doa dan perbuatan yang bermanfaa bagi orang banyak.
Memang sangat susah mengukur persentase doa yang dikabulkan dengan doa yang tidak dikabulkan. Namun, beberapa hal diberikut ini menawarkan bahwa terkabul maupun tertolaknya doa ternyata bukanlah pokok kasus yang paling utama, apabila kita belum memahami kekeliruan-kekeliruan dalam berdoa, yaitu:
Kurang Kesabaran dan Ketabahan dalam berdoa
Kurang kesabaran dan ketabahan dalam berdoa sehingga menjadikan perilaku sok tahu, cepat menilai bahwa usul yang disampaikan kepada Allah SWT dianggap sudah tepat. Misalnya, saat memohon berjodoh dengan seseorang, biasanya kita sering terburu nafsu semoga segera dikabulkan, padahal Allah SWT punya pertimbangan sendiri, apakah orang yang kita cintai itu ialah jodoh yang baik bagi kita atau malah sebaliknya.
Baca juga Panduan terkabulnya doa
Sehingga, perlu kecermatan dalam menentukan doa serta butuh kearifan memahami pesan yang tersirat di balik doa yang ditolak atau diganti-Nya ke dalam bentuk lain. Setiap umat selayaknya berusaha mempertajam batin untuk memahami maksud Allah SWT Sang Khalik. Buanglah jauh-jauh perilaku pesimistis dan negatif saat berdoa.
Salah memahami tujuan Allah SWT
Maksudnya ialah terkadang kita merasa apa yang kita mohonkan kepada-Nya itu akan baik untuk kita, padahal Allah SWT lebih mengetahuinya. Senantiasalah berprasangka baik kepada Allah SWT. melaluiataubersamaini begitu, sanggup saja usul yang kita panjatkan tersebut tanpa kita sadari sudah diganti Allah SWT dengan bentuk lain. Tentunya, ganti yang paling baik buat kita. Ketidaktahuan atau ketidaksadaran umat akan kehendak Allah SWT membuat insan sanggup saja menyimpulkan doanya tidak dijawaban.
Kurang memperhatikan jawabanan dari doa yang dipanjatkan bertahun-tahun sebelumnya.
Sangat mungkin usul yang diminta gres dijawaban sehabis bertahun-tahun berselang. Allah SWT sang pemilik putaran masa lebih tahu kapan dan apa yang terbaik buat hamba-Nya. Dia akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya pada waktu yang tepat. Namun, terkadang si hamba mewaspadai (meragukan doanya sudah dijawaban). Kegalauan inilah yang melahirkan keluhan bahwa spesialuntuk sedikit doanya yang sudah dikabulkan.
Kurang bersyukur.
Bisa saja jawabanan doa diganti dalam bentuk lain oleh Allah SWT. Selayaknya setiap umat mengevaluasi berkah apa saja yang sudah diterimanya selama hidupnya, mulai dari berkah kesehatan, punya keluarga yang lengkap, anggota badan yang tidak cacat, didiberi peluang melihat matahari, dan lainnya. Dari mengevaluasi berkah tersebut, maka akan timbul rasa syukur atas anugerah yang didiberikan Allah SWT, dan alasannya bersyukur itu pula nikmat akan dimenambahkan-Nya. Bisa jadi nikmat yang dimenambahkan-Nya itu berasal dari doa-doa si hamba ataupun bentuk penggantian doa yang lebih baik.
Baca juga Teknik bersyukur dengan lisan, hati dan perbuatan
Baca juga Pengertian Syukur dan macamnya
Baca juga Bacaan dan doa sujud syukur
Dalam berdoa tidakbolehlah hingga terkesan mengatur Allah SWT, alias menuruti kemauan sendiri. Tuhan niscaya akan meletakkan harapan-harapan hamba-Nya pada posisi yang terbaik. Perlu dipahami pula bahwa berdoa itu bukan sekadar ucapan (permintaan) verbal, melainkan perpaduan dari ikhtiar kita dan ketetapan Allah SWT.
Berdoa membutuhkan pula kecermatan untuk memahami arah hukum, atau takdir Allah SWT. Allah SWT yang Maha Penyayang akan selalu berada di garis kebenaran untuk setiap keputusan yang dibuat-Nya. Sebagai hamba, setiap orang seharusnya berada dalam koridor yang baik dan patut dalam berdoa. Jika menyimpang dari itu, maka pantaslah apabila doanya tertolak.
Baca juga Sifat rela mendapatkan takdir Allah SWT
Kecemasan terkena hal ini sudah ada semenjak zaman lampau, sehingga ada hadis yang mengungkapkan sebagai diberikut:
“Akan muncul di tengah-tengah umat ini suatu kaum yang melampaui batas kewajaran dalam bertaharah dan berdoa.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Teritu maksud dari hadis di atas ialah bahwa tidakbolehlah berdoa atau memohon kepada Allah SWT untuk hal-hal yang mustahil dikabulkan, atau berlebih-lebihan untuk sesuatu yang tidak dibenarkan/ tidak halal (haram). Namun, justru yang seharusnya dilakukan ialah tetap dalam koridor kebaikan. Dalam arti kata lain, meski kita mempunyai musuh yang sudah menzalimi kita, kita juga harus tetap mendoakan kebaikan untuknya. Ini ditegaskan hadis yang berbunyi:
“Barang siapa tidak mendoakan keburukan terhadap orang yang menzaliminya, maka beliau sudah memperoleh kemenangan.” (HR. At-Tirmidzi dan Asy-Syihab)
Jika doa ditolak, tidakbolehlah bersedih hati. Evaluasi terlebih lampau akan isi doa. Bahkan jikalau perlu, lihatlah keadaan orang yang berada di bawah kita. Sebab tidak sedikit orang yang punya banyak masalah, ia pun banyak berdoa, tetapi belum dijawaban oleh Allah SWT. Setiap doa yang bermaksud baik niscaya akan menjadi tabungan kebaikan.
Hadis di bawah ini mengingatkan akan hal itu: “Lihatlah orang yang di bawahmu, dan tidakboleh lihat orang di atasmu, semoga engkau tidak meremehkan karunia Allah.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ketika mendoakan diri sendiri, berarti secara tidak pribadi kita ‘berkewajiban’ pula mendoakan kawan, kerabat, keluarga, dan sesama muslim lainnya. Selanjutnya, ibarat yang sudah ditegaskan di atas, tidakbolehlah berhenti dari acara doa, sebaliknya teruskanlah berdoa sebagai wujud syukur atas nikmat yang sudah didiberikan oleh Allah SWT. Rasa syukur itu harus dilaksanakan dalam bentuk doa dan perbuatan yang bermanfaa bagi orang banyak.
Tag :
Doa dan Obat
0 Komentar untuk "Pantangan Dan Larangan Dalam Berdoa"