Ibrah sanggup diartikan sebagai pengajaran dan pembelajaran. Dalam untaian do’a dalam sholat maupun setelah sholat mungkin sering kita lantunkan untuk selalu memohon dan berdoa kepada Allah untuk ditunjukkan yang benar memang benar (ibrah) dan yang salah memang salah. Yang mungkin di antaranya berbunyi:
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ
Artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus
اجْتِنَابَهُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا
Artinya : Ya Allah Tunjukilah kami kebenaran dan diberikan kami jalan untuk mengikutinya, dan tunjukanlah kami kebatilan dan diberikan kami jalan untuk menjauhinya
Kisah Cerita Seorang Pemuda Nakal, Perampok yang sadar alasannya ialah Al-Qur'an
Berikut ini ialah sebuah kisah kisah diriwayatkan oleh Al-Fadhal bin musa yang menceritakan wacana seorang perjaka yang bandel dan suka merampok yang mau mendapatkan dan mengambil pelajaran dan manfaat serta kebenaran dari ayat al-Qur’an dan bertobat dan kemudian dia dikenal sebagai seorang yang jago sufi.
Adalah seorang perjaka berjulukan Fudhail bin ‘Iyadh ialah seorang perjaka yang badung, suka merampok di jalanan di Kota Sarkhas dan Abiyurd. Pada suatu hari alasannya ialah rindu dengan seorang kekasihnya, Fudhail bin ‘Iyadh memanjat dinding rumah perempuan tersebut. Pada dikala itu, perjaka yang bandel dan suka merampok itu mendengar salah satu ayat di dalam al-Qur’an yaitu surat al-hadid ayat 16 yang berbunyi:
أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ
Artinya: Belumkah hadir waktunya bagi orang-orang yang diberiman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang sudah turun (kepada mereka), dan tidakbolehlah mereka menyerupai orang-orang yang sebelumnya sudah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian silamlah masa yang panjang atas mereka kemudian hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka ialah orang-orang yang fasik. QS. Al-Hadid : 16)
Mendengar ayat demikian, dalam hati Fudhail bergejolak dan berkata: benar, ya Tuhanku, sudah hadir waktunya untuk bertaubat.
Kemudian dengan bergegas, Fudhail pulang ke rumahnya, akan tetapi pulangnya terlalu kemalaman berada di sebuah perkampungan. Di perkampungan tersebut, Fudhail melihat ada sekumpulan kafilah sedang bercengkrama-bincang. Di antara mereka ada yang berkata akan berangkat ke suatu tempat, namun ada juga yang berkata akan tinggal di kampung terlebih lampau untuk menunggu hingga pagi alasannya ialah Fudhail akan merampok di kampung mereka.
Kemudian hati dan pikiran Fudhail bergejolak. Dalam pikiran Fudhail timbul pemikiran bahwa dia selama ini selalu mengerjakan perbuatan maksiat dan keburukan dan menjadikan orang-orang Muslim ketakutan kepadanya dan dia melihat bahwa Allah sudah mengarahkannya dan menggerakkannya sehingga bertemu dengan mereka spesialuntuk untuk membuat ketakutan. Kemudian dia berkata ; Ya Allah, saya bertaubat kepada-Mu dan sebagai bukti dari taubatku, saya akan senantiasa erat dengan Masjidil Haram.
Sesudah mendengat ayat di atas, Fudhail bin ‘Iyadh seketika itu berubah dan bertaubat dengan taubat yang sesungguhnya dan hingga alhasil dia dikenal sebagai spesialis sufi dan menjadi teladan dan kawasan bertanya (hujjah) pada zamannya.
Baca juga
Telah banyak insiden berubahnya seseorang dari langsung yang buruk, jahat menjadi langsung manusia yang baik dikarenakan ayat-ayat Allah yang di dengarnya sebagaimana yang terjadi pada Fudhail bin ‘Iyadh di atas.
Sebagai referensi lagi selain Fudhail bin ‘Iyadh:
- Adalah seorang Raja dari negeri Ethiopoa yaitu Raja Najasyi. Beliau hingga meneteskan air matanya dan kemudian masuk agama Islam setelah mendengar ayat al-Qur’an Surat Maryam.
- Khalifah Umar bion Khattab, setelah dia mendengar lantunan ayat-ayat dalam al-Qur’an dari surat Thoha hati dia menjadi luluh.
Mengapa hati, lisan, pikiran, dan sikap seseorang tidak tersentuh dengan Al-Qur'an?
Hal yang kontradiktif dengan insiden di atas, banyak juga dari kita yang membaca dan mendengar al-Qur’an akan tetapi tidak tersentuh dengan isi dan maknanya. Mengapa hal ini tidak berdampak pada perubahan hati, lisan, pikiran dan juga sikap serta tindakan kita setelah mendengar lantunan ayat al-Qur’an?
Kemungkinan yang terjadi pada kondisi ini ialah alasannya ialah dalam diri kita tidak memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan ibrah dikala mendengar ayat-ayat Al-Qur’an.
Apakah yang menjadi syarat seseorang sanggup mendapatkan kebenaran, ibrah al-Qur'an?
Untuk sanggup mendapatkan ibrah, terdapat 4 syarat sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam Kitabullah Al-Qur’an surat Qaf yang berbunyi sebagai diberikut:
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكۡرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُۥ قَلۡبٌ أَوۡ أَلۡقَى ٱلسَّمۡعَ وَهُوَ شَهِيدٞ
Artinya : Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang memiliki nalar atau yang memakai pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (QS. Qaf : 37)
Empat syarat bagi seseorang sanggup mendapatkan ibrah kebenaran dari lantunan ayat al-Qur’an ialah sebagai diberikut:
- Mempunyai hati yang hidup serta sadar. melaluiataubersamaini demikian maka akan sanggup memahami dan mengerti akan hakikat yang terkandung dari apa yang didengarkan. Orang yang hatinya tidak hidup dan tidak sadar, maka sama halnya menyerupai orang yang tiada.
- Mencurahkan perhatian dengan total. Mendengarkan isi dari lantunan ayat-ayat al-Qur’an yang diwahyukan oleh Allah swt. dengan segenap nalar dan perhatian yang penuh. Orang-orang yang didiberi rahmat oleh Allah swt., apabila mereka mendengar atau diperdengarkan bacaan al-Qur’an maka mereka mendengarkannya dengan akal, penuh serius dan perhatian yang total.
Firman Allah swt. dalam surat al-A’raf ayat 20 yang berbunyi:
فَوَسۡوَسَ لَهُمَا ٱلشَّيۡطَٰنُ لِيُبۡدِيَ لَهُمَا مَا وُۥرِيَ عَنۡهُمَا مِن سَوۡءَٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَىٰكُمَا رَبُّكُمَا عَنۡ هَٰذِهِ ٱلشَّجَرَةِ إِلَّآ أَن تَكُونَا مَلَكَيۡنِ أَوۡ تَكُونَا مِنَ ٱلۡخَٰلِدِينَ
Artinya : Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan engkau tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan biar engkau berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)"
- Menghadirkan diri secara utuh baik jasmani dan rohani dan juga cerdas bisa mencerna isi dari ayat yang didengar atau dibaca. Orang yang tidak ingin memahami dan mengerti sama saja dengan orang yang sedang tiada atau gaib.
- Meyakini kebenaran al-Qur’an ialah sebagai wahyu yang sudah diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. sebagai orang muslim tentu kita wajib mengetahui serta menjalankan enam rukun dogma yang salah satunya ialah dogma kepada Kitab-kitab Allah. .
Apabila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi, hal ini akan mengakibatkan seseorang Mukmin tidak sanggup mengambil ibrah, pelajaran serta manfaat yang terkandung dalam ayat al-Qur’an yang didengar atau dibacanya. Semoga kita terlindung darinya. Amiiin
Tag :
Metode Pendidikan Islam
0 Komentar untuk "Syarat Untuk Mengambil Ibrah, Pelajaran, Manfaat Al-Qur’An"