Hikmah Ketujuh dari banyaknya pesan yang tersirat dari adanya perbuatan dosa dan maksiat yaitu bahwa, Allah SWT memunculkan pada diri hamba- Nya kesempurnaan ubudiyah.
Ubudiah yang tepat itu terwujud dengan cara menyempurnakan masukana kerendahan dan kepatuhan. Manusia yang paling tepat sifat ubudiahnya yaitu yang paling tepat kerendahan, ketundukan, dan ketaatannya kepada Allah SWT.
Seorang hamba rendah di hadapan Tuhannya Yang Haq dengan segala bentuk kerendahan. Ia hina alasannya kemuliaan Allah SWT, rendah di hadapan keperkasaan Allah SWT, tunduk kepada rububiyah Allah SWT, rendah alasannya faktor karunia dan nikmat Tuhan kepadanya. Sebab, siapa yang memdiberimu, berarti ia sudah memperhambakanmu. Hatimu menjadi budaknya, rendah dan hina. Karena, engkau selalu membutuhkan-Nya untuk memperoleh manfaat dan menolak tiruana yang berbahaya.
Baca juga
Di sini ada dua macam kerendahan dan perhambaan yang memiliki imbas luar biasa. Keduanya menuntut ketaatan dan kemenangan yang tidak sama dari yang lain bagi pemiliknya.
Pertama, kerendahan cinta kasih. Ini tidak sama dari yang sudah dibicarakan sebelumnya. Dia yaitu inti, bahkan ruh dan hakikat dari cinta. Itulah yang bantu-membantu diminta dari seorang hamba seandainya ia sadar. Kerendahan ini memunculkan banyak sekali macam pendekatan diri, itsar, ridha, syukur, sabar, penyesalan, dan menanggung banyak sekali beban berat di hati orang yang cinta. Semua sifat itu tadi tidak sanggup dimunculkan oleh khauf (takut) saja atau rajaa' (pengharapan) saja. Seorang sobat bersahabat berkata, "Cinta kepada-Nya memunculkan ketaatan melebihi yang dimunculkan oleh rasa takut kepada-Nya." INI kerendahan orang-orang yang cinta.
Baca juga
Kedua, kerendahan maksiat. Apabila ini tergabung dengan yang pertama, maka citra kebajikan dirinya lenyap, jiwanya lebur, kekuatannya lentur, klaim-klaim kesombongannya pupus secara keseluruhan, dan egoisme serta keangkuhan 'Aku' akan terhapus dari hati dan lidahnya. Si miskin ini terbebas dari keluhan-keluhan pembangkangan, keberpalingan, dan penghindaran.
Baca juga
Dua syuhud (persaksian/pengakuan) menjadi murni, sehingga tidak tersisa selain (1) persaksian yang betul-betul murni terhadap kemuliaan dan keagungan-Nya yang tidak ada satu pun makhluk-Nya yang menyamai, dan (2) pengukuhan yang benar-benar nrimo akan kerendahan dan kemiskinan dirinya dari tiruana aspek dan standar. Dia mengakui kerendahan dan kemiskinan dirinya. Juga mengakui kemuliaan, keagungan, kekuasaan, dan kekayaan Kekasihnya. Apabila kedua pengukuhan ini tertanam besar lengan berkuasa dalam benak, maka tidak ada setitik pun kerendahan dan kebutuhan kepada Tuhan kecuali ia menyaksikan dan mengakuinya.
Coba bayangkan kedudukan menyerupai apa yang dicapai hati menyerupai ini? Kedekatan menyerupai apa yang diperolehnya? Kenikmatan dan ketenangan macam apa yang dirasakannya?
Maka, kini perhatikanlah penyesalan yang terjadi padanya jawaban maksiat! Betapa menakjubkannya penyesalan ini! Betapa besar pengaruhnya! Bagaimana penyesalan itu hadir sehingga menumpas dari dirinya segala klaim kebaikan diri dan banyak sekali macam angan-angan kosong. Kemudian menjadikan rasa aib terhadap amal saleh yang sudah dikerjakannya, kemudian menyebabkannya menganggap banyak terhadap sedikit nikmat Tuhan yang diterimanya—karena ia sadar bahwa nilai dirinya lebih rendah dari kelayakan menerima nikmat itu. Perasaan menyerupai itu juga menuntutnya untuk menganggap sedikit amal-amal salehnya yang banyaknya sepegunungan—karena merasa bahwa dosa dan keburukannya memerlukan penghapus yang jauh lebih banyak.
Akibatnya, ia senantiasa berbuat baik dan di dalam batinnya penuh penyesalan terhadap dosa dan kesalahan. Dia tunduk, tidak mendongakkan kepala, tidak membusungkan dada. Yang mengantarkannya kepada kerendahan perasaan ini tidak lain yaitu perbuatan dosanya. Jadi, adakah yang lebih ampuh selain obat ini?
"Semoga penghinaan menhadirkan kebanggaan sesudahnya Siapa tahu tubuh itu akan menjadi sehat alasannya penyakit."
Arti keterangan ini yaitu bahwa apabila seorang hamba melihat kebaikan diri, maka hidungnya mengembang, jiwanya membesar, kemudian menyangka dirinya besar dan mulia. Tapi bila diuji dengan dosa, maka dirinya merasa kecil, hina, dan yakin bahwa ia spesialuntuk hamba yang lemah.
Tag :
Ilmu Ma'rifatullah
0 Komentar untuk "Allah Memunculkan Pada Diri Insan Kesempurnaan Ubudiyah"