Empat Pilar Mengikuti Petunjuk Allah Yang Hakiki

Petunjuk Allah swt. senantiasa ditunggu hamba-Nya dalam mengarungi kehidupan di dunia yang spesialuntuk sebentar dan tidak akan abadi. Petunjuk Allah swt. akan membawa keberuntungan dan keamanan sebagaimana keterangan pada pembahasan terlampau pada artikel petunjuk membawa keberuntungan dan kesesatan membawa penderitaan.

Firman Allah swt. di dalam Al-Qur’an:

أُوْلَٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدٗى مِّن رَّبِّهِمۡۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

Artinya: Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. al-Baqarah: ayat 5)

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ

Artinya: Orang-orang yang diberiman dan tidak mencampuradukkan kepercayaan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu yaitu orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-An’am: ayat 82)



Empat Pilar mengikuti Petunjuk Allah yang Hakiki

Nya dalam mengarungi kehidupan di dunia yang spesialuntuk sebentar dan tidak akan awet Empat Pilar Mengikuti Petunjuk Allah yang Hakiki
Hakikat makna mengikuti petunjuk Allah ialah membenarkan tiruana pemdiberitahuan-Nya dan tanpa mengatakan keraguan sedikitpun yang sanggup merusak pembenaran tersebut, serta mengerjakan tiruana perintah-perintah-Nya tanpa adanya hawa nafsu yang sanggup menjadi penghalang. Kedua hal ini yaitu pembenaran akan tiruana pemdiberitahuan Allah dan ketaatan kepada-Nya yaitu ialah inti dari keimanan, Sesudah itu, kedua masalah tersebut harus diikuti dengan dua hal yaitu menghilangkan tiruana keraguan yang sanggup menghalangi serta mengotori kesempurnaan dari pembenaran tersebut, dan juga menolak hawa nafsu yang sanggup menarik hati dan menyesatkan yang sanggup menghalangi kesempurnaan pelaksanaan perintah-perintah Allah swt.

melaluiataubersamaini demikian terkandung empat masalah atau empat hal dari makna hakikat dari mengikuti petunjuk Allah yaitu
  • Pertama membenarkan tiruana pemdiberitahuan-Nya,
  • Kedua berupaya sekuat tenaga dalam melawan dan menolak tiruana keraguan yang dibisikkan oleh setan baik dari jenis jin maupun manusia,
  • Ketiga menaati tiruana perintah-perintah-Nya,
  • Keempat melawan hawa nafsu yang sanggup menghalangi diri dalam menyempurnakan ketaatan kepada Allah swt.

Kedua masalah yaitu hawa nafsu dan keraguan yaitu ialah pertama dari kesengsaraan seseorang dan menjadi penyebab penderitaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Dan sebaliknya, ketaatan kepada perintah dan pembenaran terhadap wahyu Allah yaitu ialah pertama dari keberuntungan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dua kekuatan dari hamba Allah.

Seorang hamba Allah swt. memiliki dua kekuatan yang sanggup membawa kepada mengikuti petunjuk Allah.

Kekuatan pertama yaitu kekuatan mengetahui, menganalisa, dan segala sesuatu yang menjadi konsekuensi dari kedua hal tersebut, yaitu berupa ilmu, pengetahuan dan kemampuan berbicara. Kekuatan kedua yaitu kekuatan kehendak dan cinta, serta segala hal yang mengikuti keduanya, yaitu berupa niat, tekad,serta perbuatan.

Kedua kekuatan insan tersebut sanggup dilemahkan lantaran sifat keraguan. Apabila keraguan seseorang ini tidak dilawan untuk dihilangkan, maka keraguan akan sanggup melemahkan kekuatan analisa ilmiah. Hawa nafsu atau Syahwat apabila tidak dimembersihkankan akan sanggup membuat kekuatan kehendak untuk dan dalam menunaikan perintah-perintah Allah swt.

Allah swt. berfirman di dalam Al-Qur’an yang memdiberitahukan dan menerangkan tentang kesucian dan terhindarnya Nabi Muhammad saw. dari segala kesalahan:

وَٱلنَّجۡمِ إِذَا هَوَىٰ . مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ

Artinya: Demi bintang dikala terbenam. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. (QS. al-Najm: 1-2)


Tidak tersesatnya Rasulullah saw. ini mengatakan dan menunjukan kesempurnaan ilmu dan pengetahuan Nabi. Hal ini juga menujukkan dan mengindikasikan bahwa segala pemdiberitaan yang dibawa Nabi Muhammad saw. yaitu benar adanya. Ketidakkeliruan Nabi Muhammad saw. mengatakan sempurnanya kebenaran yang dibawa oleh beliau, dan hal ini juga mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. yaitu insan pilihan di dunia ini. melaluiataubersamaini demikian, Nabi Muhammad saw. yaitu seorang hamba yang tepat dalam ilmu dan amalnya. Nabi saw. juga sebut bahwa para teman bersahabat Khulafa'urrasyidin memiliki sifat-sifat yang layak menjadi panutan, sehingga Nabi Muhammad memerintahkan kepada umatnya untuk mengikuti mereka para Khulafa'urrasyidin.

Dalil hadits Nabi saw. : Ikutilah sunnahku dan sunnah para Khulafa’ur-raasyidin, yang mendapat petunjuk sesudahku. (HR Tirmidzi).

Firman Allah swt. dalam al-Qur’an:

كَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ كَانُوٓاْ أَشَدَّ مِنكُمۡ قُوَّةٗ وَأَكۡثَرَ أَمۡوَٰلٗا وَأَوۡلَٰدٗا فَٱسۡتَمۡتَعُواْ بِخَلَٰقِهِمۡ فَٱسۡتَمۡتَعۡتُم بِخَلَٰقِكُمۡ كَمَا ٱسۡتَمۡتَعَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُم بِخَلَٰقِهِمۡ وَخُضۡتُمۡ كَٱلَّذِي خَاضُوٓاْۚ أُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ

Artinya: (keadaan engkau hai orang-orang munafik dan musyrikin) yaitu mirip keadaan orang-orang sebelum engkau, mereka lebih besar lengan berkuasa daripada engkau, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya dari engkau. Maka mereka sudah menikmati belahan mereka, dan engkau sudah menikmati belahan engkau sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan engkau mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. at-Taubah: 69)

Dua penyakit penghalang kepada petunjuk Allah

Berdasarkan ayat di atas, Allah swt. menerangkan bahwa terdapat dua hal yang ialah penyakit bagi orang-orang terlampau dan juga menjadi penyakit bagi orang-orang yang hadir kemudian.

Hal pertama yaitu bersenang-senang dan menikmati jatah mereka di dunia.

melaluiataubersamaini bersenang-senang dan menikmati jatah mereka di dunia, maka mereka akan mengikuti hawa nafsu atau syahwat yang sanggup menjadi penghalang untuk mengikuti perintah-perintah-Nya. Hal ini bertolak belakang dengan dengan orang-orang mukmin. Meskipun orang-orang mukmin memperoleh jatah di dunia, akan tetapi mereka mengetahui dan tidak menikmati tiruananya dan tidak juga menghabiskan umur mereka spesialuntuk untuk kehidupan dunia yang spesialuntuk sebentar belaka. Mereka para orang mukmin memakai jatah atau belahan dunia mereka untuk membuat diri mereka bisa mencari dan mempersiapkan bekal bagi hari kemudian yang abadi yaitu kehidupan di akhirat.


Hal yang Kedua yaitu membicarakan hal-hal yang mencurigai dan tidak benar.

Berfirman Allah swt. di dalam Al-Qur’an:

كَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ كَانُوٓاْ أَشَدَّ مِنكُمۡ قُوَّةٗ وَأَكۡثَرَ أَمۡوَٰلٗا وَأَوۡلَٰدٗا فَٱسۡتَمۡتَعُواْ بِخَلَٰقِهِمۡ فَٱسۡتَمۡتَعۡتُم بِخَلَٰقِكُمۡ كَمَا ٱسۡتَمۡتَعَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُم بِخَلَٰقِهِمۡ وَخُضۡتُمۡ كَٱلَّذِي خَاضُوٓاْۚ أُوْلَٰٓئِكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَٰلُهُمۡ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ

Artinya: (keadaan engkau hai orang-orang munafik dan musyrikin) yaitu mirip keadaan orang-orang sebelum engkau, mereka lebih besar lengan berkuasa daripada engkau, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya dari engkau. Maka mereka sudah menikmati belahan mereka, dan engkau sudah menikmati belahan engkau sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan engkau mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi. ." (QS. at-Taubah: 69)

وَقَدۡ نَزَّلَ عَلَيۡكُمۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ أَنۡ إِذَا سَمِعۡتُمۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ يُكۡفَرُ بِهَا وَيُسۡتَهۡزَأُ بِهَا فَلَا تَقۡعُدُواْ مَعَهُمۡ حَتَّىٰ يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيۡرِهِۦٓ إِنَّكُمۡ إِذٗا مِّثۡلُهُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ جَامِعُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡكَٰفِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا

Dan sungguh Allah sudah menurunkan kekuatan kepada engkau di dalam Al Alquran bahwa apabila engkau mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka tidakbolehlah engkau duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena bahu-membahu (kalau engkau berbuat demikian), tentulah engkau serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan tiruana orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. An-Nisa’ : 140

وَإِذَا رَأَيۡتَ ٱلَّذِينَ يَخُوضُونَ فِيٓ ءَايَٰتِنَا فَأَعۡرِضۡ عَنۡهُمۡ حَتَّىٰ يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيۡرِهِۦۚ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ ٱلشَّيۡطَٰنُ فَلَا تَقۡعُدۡ بَعۡدَ ٱلذِّكۡرَىٰ مَعَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ٦٨

Dan apabila engkau melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan kalau syaitan mengakibatkan engkau lupa (akan larangan ini), maka tidakbolehlah engkau duduk bersama orang-orang yang zalim itu setelah teringat (akan larangan itu). (QS. Al-An’am: 68)

Ayat-ayat tersebut di atas mempersembahkan keterangan tentang jiwa-jiwa yang tersesat, yang tidak diciptakan untuk kehidupan akhirat. Mereka senantiasa melampiaskan syahwat, yang membicarakan hal-hal yang mencurigai dan tidak benar, memperbincangkan hal-hal batil yang tidak bermanfaa baik di dunia maupun di akhirat.

Salah satu di antara kesempurnaan nasihat dari Allah SWT yaitu bahwa Allah menguji jiwa insan dengan kesusahan dan penderitaan untuk mencapai harapan dan hawa nafsunya. Oleh lantaran itulah, spesialuntuk ada sedikit jiwa insan yang tidak terjerumus ke dalam kesalahan atau kebatilan.


Dan mabadunga jiwa-jiwa tersebut spesialuntuk mengejar perkara-perkara yang batil, maka pasti mereka akan menjadi para penyeru untuk ke neraka. INI tentang orang-orang yang spesialuntuk berserius pada kebatilan.

Pembawa kebenaran dan membenarkan

Dan arti makna dari pembicaraan dalam ayat-ayat di atas yaitu mirip dua kelompok yang sedang atau sudah memperbincangkan.  sepertiyang terdapat dalam firman Allah:

وَٱلَّذِي جَآءَ بِٱلصِّدۡقِ وَصَدَّقَ بِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ. لَهُم مَّا يَشَآءُونَ عِندَ رَبِّهِمۡۚ ذَٰلِكَ جَزَآءُ ٱلۡمُحۡسِنِينَ .

Artinya: Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah jawaban orang-orang yang berbuat baik. (QS. Az-Zumar 33-34)

Juga Firman Allah swt.:


وَخُضۡتُمۡ كَٱلَّذِي خَاضُوٓاْ

"Kamu mempercakapkan hal yang batil sebagaimana mereka mempercakapkannya." (at-Taubah: 69)

melaluiataubersamaini demikian, Allah swt dalam ayat-ayat di atas, sangat mencela orang-orang yang memperbincangkan, membicarakan hal-hal yang batil dan masalah kebatilan yang tidak ada gunanya dan spesialuntuk mengikuti hawa nafsu. Allah swt. juga sebut bahwa orang-orang yang berbuat demikian, maka mereka akan kehilangan amal perbuatannya di dunia dan di akhirat, dan mereka termasuk ke dalam orang-orang yang merugi dunia dan akhirat. Naudzubillahi min dzalik.

Padanan dari ayat di atas sanggup diibaratkan perkataan atau pembicaraan penghuni neraka kepada penghuni nirwana dikala mereka ditanya apa penyebab mereka masuk ke dalam neraka, sebagaimana diceritakan dalam firman Allah swt. dalam ayat diberikut:

قَالُواْ لَمۡ نَكُ مِنَ ٱلۡمُصَلِّينَ .  وَلَمۡ نَكُ نُطۡعِمُ ٱلۡمِسۡكِينَ . وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ ٱلۡخَآئِضِينَ .  وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوۡمِ ٱلدِّين

Artinya: Mereka menjawaban: Kami lampau tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak (pula) memdiberi makan orang miskin dan yaitu kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya dan yaitu kami mendustakan hari pembalasan (QS. al-Muddatstsir: 43-46)

Dalam firman Allah tersebut di atas, sebut tentang dua alasannya yaitu masuknya mereka ke dalam neraka. Sebab pertama yaitu mereka membicarakan hal dan perkara-perkara yang batil, yang membuat mereka mendustakan akan adanya hari pembalasan. Sebab kedua yaitu lantaran mereka mengikuti tuntutan hawa nafsu atau syahwat dengan konsekuensi meninggalkan ibadah shalat dan tidak memdiberi makan orang-orang miskin. Wallaahu a’lam.


Pada jadinya kelak nanti kita akan meninggalkan kehidupan dunia yang spesialuntuk sementara dan tiruan. Untuk menempuh perjalan yang panjang menuju kehidupan yang awet kelak nanti di alam abadi mari kita mengikuti petunjuk Allah swt dengan sebenar-benarnya, yang mencakup membenarkan tiruana pemdiberitahuan-Nya, berupaya sekuat tenaga dalam melawan dan menolak tiruana keraguan yang dibisikkan oleh setan baik dari jenis jin maupun manusia, menaati tiruana perintah Allah, melawan hawa nafsu yang sanggup menghalangi diri dalam menyempurnakan ketaatan kepada Allah swt.
0 Komentar untuk "Empat Pilar Mengikuti Petunjuk Allah Yang Hakiki"

Back To Top