Manusia dalam hidup di dunia yang fana dan sementara ini senantiasa didiberikan peluang dengan pilihan yang sama besar di antara dua hal yang tidak sama. Termasuk dalam dua hal yang amat berperihalan dan sanggup berujung kepada nirwana dan neraka yaitu pilihan untuk menjadi taat kepada Allah swt. dan pilihan untuk berbuat maksiat yang artinya yaitu tidak taat kepada Allah swt.
Oleh Allah swt. insan didiberikan peluang yang sama besar untuk sanggup menjadi hamba yang taat dan taqwa dengan sebenar-benarnya taqwa dan untuk menjadi hamba yang membangkang dan berbuat maksiat. Demikian juga mereka yang taat juga terbuat peluang untuk berbuat maksiat. demikian juga bagi hamba yang berbuat maksiat juga sanggup menjadi hamba yang taat dan taqwa kepada Allah swt. Hal ini sebagaimana hakikat dari hati atau qalbu manusia yang praktis berubah.
Bagaimanakah biar kita sanggup menjadi hamba yang senantiasa taat, taqwa kepada Allah swt. dan menghindari berbuat maksiat?
Korelasi dari arti dan hakikat hati insan yang praktis berubah. Seringkali kita sendiri mencicipi dalam kehidupan sehari-hari pada suatu waktu kita sangat rajin dan pada lain waktu kita bermalas-malasan dalam diberibadah atau dalam hal mengerjakan ibadah kebaikan yang lain. Bisa jadi juga pada pagi harinya dalam keadaan iman, islam dan percaya kepada Allah atas tiruana insiden yang menimpa. Namun, pada sore harinya sanggup saja menjadi kafir. Demikian juga seterusnya, kembali diberiman, kemudian kafir lagi sebagaimana dalam Firman Allah swt. dalam Kitabullah Al-Qur’an Al-Karim :
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ثُمَّ كَفَرُواْ ثُمَّ ءَامَنُواْ ثُمَّ كَفَرُواْ ثُمَّ ٱزۡدَادُواْ كُفۡرٗا لَّمۡ يَكُنِ ٱللَّهُ لِيَغۡفِرَ لَهُمۡ وَلَا لِيَهۡدِيَهُمۡ سَبِيلَۢا
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang diberiman kemudian kafir, kemudian diberiman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memdiberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yang lurus. (QS. AN-Nisa : 137)
Kepada para pelaku perbuatan maksiat, Allah senantiasa mempersembahkan peluang bagi mereka dengan membuka pintu rahmat serta taubat baik siang dan malam sehingga mereka sanggup kembali kepada jalan kebaikan dan menjadi hamba yang taat dan taqwa kepada Allah swt. Akan tetapi, Allah spesialuntuk kana mendapatkan taubat dari mereka dengan ketentuan taubat yang sesungguhnya yaitu taubat Nasuha. melaluiataubersamaini demikian bagi mereka akan terbuka pintu rahmat dan taubat bagi hambanya yang diberiman.
melaluiataubersamaini taubat nasuha, maka pelaku maksiat sudah berkomitmen akan berhenti secara total dari perbuatan maksiat. sehingga mereka tidak akan lagi bergulat dengan perbuatan maksiat, melewati batas-batas ketaatan, serta melewati batas-batas kemaksiatan dan mengulangi perbuatan maksiat yang berulang-ulang.
Kemaksiatan akan selalu menarik hati setiap insan, tindakan kewaspadaan ialah hal yang mutlak setelah mendapatkan pintu rahmat dari Allah dan bertaubat dengan taubatan nasuha. Mewaspadai setiap tipuan dan rayuan setan harus selalu kita tingkatkan.
Untuk menghindari dari perbuatan maksiat, maka beberapa hal yang hendaknya perlu kita renungkan antara lain yaitu sebagai diberikut :
Menjadi orang yang ihsan dan merasa selalu diawasi oleh Allah swt.
Janganlah berbuat maksiat, lantaran setiap perbuatan insan akan selalu dilihat oleh Allah swt. Sifat Allah swt. yaitu Maha melihat dan menatap hambanya. Semua yang dilakukan oleh makhluk dan hamba-Nya yaitu dalam pengawasan Allah swt. sepertiyang dalil dalam Firman Allah swt. :
وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ
Artinya : Allah mengetahui apa yang engkau perbuat. (QS. Al-Baqarah : 234).
لَّا تُدۡرِكُهُ ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَهُوَ يُدۡرِكُ ٱلۡأَبۡصَٰرَۖ وَهُوَ ٱللَّطِيفُ ٱلۡخَبِيرُ
Artinya : Dia tidak sanggup dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia sanggup melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. AL-An’am : 103)
Tidak ada jaminan bagi seseorang sebelum wafat dalam keadaan bertaubat.
Tidak ada yang tahu kapan kematian itu hadir, dimana dan dalam keadaan apa. Kematian itu hadirnya tiba-tiba, tidak sanggup diduga dan tidak sanggup dihindari sebagaimana firman Allah. swt. dalam Al-Qur’an : QS. Al-A’raf : 34, QS. An-Nisa’ : 78.
Oleh lantaran itu, apabila tidak ada jaminan bagi seseorang sebelum wafat dalam keadaan darurat, mengapa kita berbuat maksiat.
Ingatlah bahwa Allah-lah yang memdiberi Rezeki bagi setiap yang ada di bumi, oleh lantaran itu tidakbolehlah berbuat maksiat.
وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ كُلّٞ فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ
Artinya : Dan tidak ada suatu hewan melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memdiberi rezekinya, dan Dia mengetahui daerah berdiam hewan itu dan daerah penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang faktual (Lauh mahfuzh). QS. Hud : 6)
Ingatlah malaikat Izrail malaikat pencabut nyawa
Tidak seorangpun mengetahui hadirnya maut atau kematian. Apakah ketika hadir selesai hidup kepada kita, dikala itu kita berbuat kebaikan dan taqwa atau sebaliknya, ketika itu kita dalam keadaan berbuat maksiat. Naudzubillah. sepertiyang dalam firman Allah, bahwa hadirnya maut tidak ada yang sanggup memperkirakan, itu yaitu diam-diam Allah swt.
Dalil firman Allah swt. :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٞۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَأۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ
Artinya : Tiap-tiap umat memiliki batas waktu; maka apabila sudah hadir waktunya mereka tidak sanggup mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak sanggup (pula) memajukannya. (QS al-A'raf : 34)
Ingatlah jurang neraka
Setiap perbuatan maksiat dan keburukan yaitu perbuatan dosa, menentang dan perbuatan yang tidak taat dan taqwa kepada Allah swt.
Dalil Firman Allah swt :
وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُۥ يُدۡخِلۡهُ نَارًا خَٰلِدٗا فِيهَا وَلَهُۥ عَذَابٞ مُّهِينٞ
Artinya : Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, pasti Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia abadi di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. (QS. An-Nisa : 14)
Sekecil apapun perbuatan di hari selesai zaman kelak akan mendapat akhir sesuai dengan amal perbuatannya. Apakah kita sanggup menolak apabila Malaikat Jabaniyah menggiring dan membawa kita kepada jurang neraka.
Sudah siapkah menahan bara api neraka
Apabila berbuat maksiat, maka sudah siapkan diri menahan bara api neraka yang gerahnya yaitu 70 kali lipat dari gerahnya api di dunia.
Adzab di neraka teramat sangat pedih. Hari pembalasan itu pasti adanya. Maka dari itu, bagi muslim yang diberiman, dalam menentukan pilihan-pilihan antara kemaksiatan atau keburukan dan ketaatan dan taqwa kepada Allah swt. maka spesialuntuk satu pilihan yang paling sempurna yaitu taat dan taqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan takutlah kepada Allah dan tidakboleh serta hindarilah perbuatan maksiat.
Tag :
Dosa dan Hukumnya
0 Komentar untuk "Cara Mencegah, Menghindari Peluang Maksiat"