Mengapa kita harus menimbulkan cinta sebagai fondasi dasar dalam beribadah kepada Allah swt.? Banyak sekali ungkapan yang sanggup disebutkan untuk menyebut kata cinta. Cinta sanggup diibaratkan sebagai cahaya, dimana apabila tidak ada cinta dalam hati seseorang, maka ia bagaikan kepetangan. Cinta itu yakni kehidupan, dikala cinta itu hilang dari diri seseorang, maka ia bagaikan hidup dalam kematian. Cinta yakni kenikmatan, apabila seseorang tidak sanggup meraih dan mendapat cinta maka hidupnya penuh dengan kegelisahan. Cinta yakni sebagai obat penawar, apabila hati tidak ada cinta, maka hati akan terkena penyakit.
Perlu kita ketahui dalam bahasan yang kemudian bahwa cinta yang sebetulnya yakni cinta yang menuju ke surga. Cinta-Nya Allah swt. kepada hamba-Nya yaitu insan niscaya tidak akan terpisah dari cinta hamba-Nya kepada Allah swt.
Firman Allah swt. dalam Al-Quran al-Karim:
Artinya: Hai orang-orang yang diberiman, barangsiapa di antara engkau yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan menhadirkan suatu kaum yang Allah menyayangi mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, didiberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemdiberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Maidah: 54) .
Setiap orang mukmin hendaknya dan seharusnya serta wajib menyayangi Allah dan Rasulullah Muhammad saw. melebihi cintanya kepada apapun. Orang yang diberiman akan menyayangi Allah swt tanpa mengharapkan pamrih. Cinta orang mukmin yakni cinta yang lahirnya dari mengetahui sifat-sifat Allah swt serta bukti-bukti yang diyakini.
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali disebutkan ihwal cinta (hubb) yang diturunkan kelasnya sebanyak 83 kali. Sedangkan lawan kata cinta yaitu benci (bugd-bagda’) yang diturunkan kelasnya sebanyak 5 kali. Kata yang mendekati kata bugd yakni sukht yang disebut sebanyak 4 kali, lawan katanya yakni Ridha, yang terulang sebanyak 73 kali. Kata Hubb serta mahabbah yakni kata yang seakar dengan habb yang diartikan inti atau biji. Hubb disebut juga habbat al-qalb yang artinya inti hati atau biji, lantaran kemiripan aktifitasnya.
Tentang kata cinta, Di dalam Kitabullah al-Qur’an dalam beberapa surat antara lain sebagai diberikut :
Surat Ar-Rum ayat 21
Dan di antara gejala kekuasaan-Nya ialah Dia membuat untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya engkau cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih (mawaddah) dan akung (rahmah). (QS. Ar-Rum: 21)
Juga dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 30
Artinya: Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menarik hati bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sebetulnya cintanya kepada bujangnya itu yakni sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata. (QS. Yusuf: 30)
Dalam surat An-Nisa’: 129
Dan engkau sekali-kali tidak akan sanggup berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun engkau sangat ingin berbuat demikian, lantaran itu tidakbolehlah engkau terlalu cenderung (kepada yang engkau cintai), sehingga engkau biarkan yang lain terkatung-katung.(QS. AN-Nisa’: 129)
Dalam beberapa ayat di atas, dalam surat Ar-Rum ayat 21 dipaparkan bahwa perasaan cinta di antara pria dan perempuan disebut dengan mawaddah yang artinya rasa kasih dan rahmah yang artinya akung. Sedangkan dalam surat Yusuf ayat 30, ditetapkan dengan kata syaghafa dan hubb- mahabbah. Dan dalam surat An-nisa ayat 129 cinta ditetapkan dalam kata mail. Istilah yang tidak sama-beda tersebut menunjukkan pada mendalam dan ragam atau macam-macam cinta.
Dimensi Cinta
Makna cinta memiliki banyak sekali macam arti yang begitu mendalam dan luas. Dalam bahasa arab, cinta dikelompokkan ke dalam 3 bab karakteristik. Kelompok pertama yakni ta’dzim (apresiatif), kelompok karakteristik kedua yakni ihtimaman (penuh perhatian) dan kelompok karakteristik ketiga yakni mahabbah (cinta). Ketiga kelompok karakteristik tersebut menjadi satu dalam ungkapan mahabbah, orangnya disebut sebagai mahbub, habibah atau habib.
Secara khusus, terdapat 60 macam cinta dalam bahasa arab. Seperti misalnya gharam, hilm yang artinya asmara, ‘isyqun yang artinya asyik, lahf, syauq, wajd dan lain sebagainya. Sedangkan di dalam Al-Qur’an spesialuntuk menyebut cinta dalam 6 istilah atau pengertian.
Dalam ilmu tasawuf (ilmu yang mempelajari bagaimana bertindak dan berperilaku supaya selalu berada dalam kehadiran Allah dengan cara menjernihkan akhlak, mensucikan jiwa, membangun lahir dan batin untuk memperoleh kebahagiaan allah yang hakiki dengan jalan ilmu, amal dan balasannya karunia Allah swt).
Dalam ilmu tasawuf, kecintaan kepada sang khaliq Allah swt. yakni ialah puncak tiruana maqam (tingkat atau tahapan seseorang dalam pencapaian ibadah), dan puncak atau final dari perjalanan manusia. Sesudah cinta atau mahabbah, maka tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah atau hasil dari mahabbah itu sendiri. Seperti istilah syauq atau kerinduan, uns atau kemesraan, dan ridha. Tidak ada maqam sebelum cinta atau mahabbah kecuali pengantar-pengantar kepada maqam ini, mirip sabar, taubat dan zuhud (menjauhi keduniaan).
Meskipun terminasi kata ‘isyq tidak ada di dalam al-Qur’an, akan tetapi para jago ilmu tasawuf mempersembahkan pandangan bahwa perkataan tersebut tidak berlawanan arti dengan mahabbah. Menurut Rumi’, ‘Isyq yakni mahabbah dalam tingkatan yang lebih tinggi dan mengkremasi kerinduan atau rasa rindu dari seseorang sehingga ia bersedia menempuh perjalanan yang jauh untuk bertemu dengan kekasihnya.
Hubungan cinta dan ibadah kepada Allah swt.
Kita sudah ketahui arti dan makna cinta yang memiliki banyak sekali macam dimensi. Cinta bagaikan cahaya, tanpanya maka hati seseorang akan petang. Cinta yakni kehidupan, tanpa cinta dalam hati seseorang, maka ia bagaikan hidup dalam kematian. Cinta itu kenikmatan, kalau tidak mendapat cinta maka hidupnya penuh dengan kegelisahan. Cinta itu obat penawar, kalau hati tidak ada cinta, maka hati akan terkena penyakit.
Oleh alasannya itu, hendaknya kita dalam melaksanakan sesuatu hal yakni didasarkan lantaran karena Cinta kepada Allah dan spesialuntuk mengharapkan ridspesialuntuk. melaluiataubersamaini demikian, tentunya kita akan melaksanakan apapun yang diperintahkan oleh Allah swt. serta menjauhi tiruana larangan-larangan-Nya spesialuntuk lantaran Allah swt. dan cinta lantaran Allah.
Perlu kita ketahui dalam bahasan yang kemudian bahwa cinta yang sebetulnya yakni cinta yang menuju ke surga. Cinta-Nya Allah swt. kepada hamba-Nya yaitu insan niscaya tidak akan terpisah dari cinta hamba-Nya kepada Allah swt.
Firman Allah swt. dalam Al-Quran al-Karim:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: Hai orang-orang yang diberiman, barangsiapa di antara engkau yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan menhadirkan suatu kaum yang Allah menyayangi mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, didiberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemdiberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Maidah: 54) .
Setiap orang mukmin hendaknya dan seharusnya serta wajib menyayangi Allah dan Rasulullah Muhammad saw. melebihi cintanya kepada apapun. Orang yang diberiman akan menyayangi Allah swt tanpa mengharapkan pamrih. Cinta orang mukmin yakni cinta yang lahirnya dari mengetahui sifat-sifat Allah swt serta bukti-bukti yang diyakini.
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali disebutkan ihwal cinta (hubb) yang diturunkan kelasnya sebanyak 83 kali. Sedangkan lawan kata cinta yaitu benci (bugd-bagda’) yang diturunkan kelasnya sebanyak 5 kali. Kata yang mendekati kata bugd yakni sukht yang disebut sebanyak 4 kali, lawan katanya yakni Ridha, yang terulang sebanyak 73 kali. Kata Hubb serta mahabbah yakni kata yang seakar dengan habb yang diartikan inti atau biji. Hubb disebut juga habbat al-qalb yang artinya inti hati atau biji, lantaran kemiripan aktifitasnya.
Tentang kata cinta, Di dalam Kitabullah al-Qur’an dalam beberapa surat antara lain sebagai diberikut :
Surat Ar-Rum ayat 21
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةً
Dan di antara gejala kekuasaan-Nya ialah Dia membuat untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya engkau cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih (mawaddah) dan akung (rahmah). (QS. Ar-Rum: 21)
Juga dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 30
وَقَالَ نِسۡوَةٞ فِي ٱلۡمَدِينَةِ ٱمۡرَأَتُ ٱلۡعَزِيزِ تُرَٰوِدُ فَتَىٰهَا عَن نَّفۡسِهِۦۖ قَدۡ شَغَفَهَا حُبًّاۖ إِنَّا لَنَرَىٰهَا فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ
Artinya: Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menarik hati bujangnya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sebetulnya cintanya kepada bujangnya itu yakni sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya dalam kesesatan yang nyata. (QS. Yusuf: 30)
Dalam surat An-Nisa’: 129
وَلَن تَسۡتَطِيعُوٓاْ أَن تَعۡدِلُواْ بَيۡنَ ٱلنِّسَآءِ وَلَوۡ حَرَصۡتُمۡۖ فَلَا تَمِيلُواْ كُلَّ ٱلۡمَيۡلِ فَتَذَرُوهَا كَٱلۡمُعَلَّقَةِۚ
Dan engkau sekali-kali tidak akan sanggup berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun engkau sangat ingin berbuat demikian, lantaran itu tidakbolehlah engkau terlalu cenderung (kepada yang engkau cintai), sehingga engkau biarkan yang lain terkatung-katung.(QS. AN-Nisa’: 129)
Dalam beberapa ayat di atas, dalam surat Ar-Rum ayat 21 dipaparkan bahwa perasaan cinta di antara pria dan perempuan disebut dengan mawaddah yang artinya rasa kasih dan rahmah yang artinya akung. Sedangkan dalam surat Yusuf ayat 30, ditetapkan dengan kata syaghafa dan hubb- mahabbah. Dan dalam surat An-nisa ayat 129 cinta ditetapkan dalam kata mail. Istilah yang tidak sama-beda tersebut menunjukkan pada mendalam dan ragam atau macam-macam cinta.
Dimensi Cinta
Makna cinta memiliki banyak sekali macam arti yang begitu mendalam dan luas. Dalam bahasa arab, cinta dikelompokkan ke dalam 3 bab karakteristik. Kelompok pertama yakni ta’dzim (apresiatif), kelompok karakteristik kedua yakni ihtimaman (penuh perhatian) dan kelompok karakteristik ketiga yakni mahabbah (cinta). Ketiga kelompok karakteristik tersebut menjadi satu dalam ungkapan mahabbah, orangnya disebut sebagai mahbub, habibah atau habib.
Secara khusus, terdapat 60 macam cinta dalam bahasa arab. Seperti misalnya gharam, hilm yang artinya asmara, ‘isyqun yang artinya asyik, lahf, syauq, wajd dan lain sebagainya. Sedangkan di dalam Al-Qur’an spesialuntuk menyebut cinta dalam 6 istilah atau pengertian.
Dalam ilmu tasawuf (ilmu yang mempelajari bagaimana bertindak dan berperilaku supaya selalu berada dalam kehadiran Allah dengan cara menjernihkan akhlak, mensucikan jiwa, membangun lahir dan batin untuk memperoleh kebahagiaan allah yang hakiki dengan jalan ilmu, amal dan balasannya karunia Allah swt).
Dalam ilmu tasawuf, kecintaan kepada sang khaliq Allah swt. yakni ialah puncak tiruana maqam (tingkat atau tahapan seseorang dalam pencapaian ibadah), dan puncak atau final dari perjalanan manusia. Sesudah cinta atau mahabbah, maka tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah atau hasil dari mahabbah itu sendiri. Seperti istilah syauq atau kerinduan, uns atau kemesraan, dan ridha. Tidak ada maqam sebelum cinta atau mahabbah kecuali pengantar-pengantar kepada maqam ini, mirip sabar, taubat dan zuhud (menjauhi keduniaan).
Meskipun terminasi kata ‘isyq tidak ada di dalam al-Qur’an, akan tetapi para jago ilmu tasawuf mempersembahkan pandangan bahwa perkataan tersebut tidak berlawanan arti dengan mahabbah. Menurut Rumi’, ‘Isyq yakni mahabbah dalam tingkatan yang lebih tinggi dan mengkremasi kerinduan atau rasa rindu dari seseorang sehingga ia bersedia menempuh perjalanan yang jauh untuk bertemu dengan kekasihnya.
Hubungan cinta dan ibadah kepada Allah swt.
Kita sudah ketahui arti dan makna cinta yang memiliki banyak sekali macam dimensi. Cinta bagaikan cahaya, tanpanya maka hati seseorang akan petang. Cinta yakni kehidupan, tanpa cinta dalam hati seseorang, maka ia bagaikan hidup dalam kematian. Cinta itu kenikmatan, kalau tidak mendapat cinta maka hidupnya penuh dengan kegelisahan. Cinta itu obat penawar, kalau hati tidak ada cinta, maka hati akan terkena penyakit.
Oleh alasannya itu, hendaknya kita dalam melaksanakan sesuatu hal yakni didasarkan lantaran karena Cinta kepada Allah dan spesialuntuk mengharapkan ridspesialuntuk. melaluiataubersamaini demikian, tentunya kita akan melaksanakan apapun yang diperintahkan oleh Allah swt. serta menjauhi tiruana larangan-larangan-Nya spesialuntuk lantaran Allah swt. dan cinta lantaran Allah.
Tag :
Ilmu Ma'rifatullah
0 Komentar untuk "Cinta Dan Ibadah, Cinta Sebagai Fondasi Ibadah"