Mungkin secara tidak sengaja atai sengaja kita masih mendengar dari orang-orang yang mengagung-agungkan dan membangga-banggakan keturunan [nenek moyang].
Apalah nilai keturunan kalau orang-orangnya berbelok dari jalan Islam dan mengikuti jalan sesat? Bukankah Allah sudah berfirman:
Apalah nilai keturunan kalau orang-orangnya berbelok dari jalan Islam dan mengikuti jalan sesat? Bukankah Allah sudah berfirman:
فَإِذَا نُفِخَ فِي ٱلصُّورِ فَلَآ أَنسَابَ بَيۡنَهُمۡ يَوۡمَئِذٖ وَلَا يَتَسَآءَلُونَ
Apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada lagi pertalian nasab [keturunan] di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya. (Q.S. Al-mukminun 101)
Rasulullah saw. juga mencurahkan kemurkaannya kepada orang-orang yang mengagung-agungkan dan membangga-banggakan keturunan dalam ucapan yang tegas dan ungkapan yang tajam:
"Hendaknya kaum-kaum itu benar-benar berhenti dari membangga-banggakan nenek moyang mereka yang sudah mati, bersama-sama mereka yakni arang api neraka Jahannam. Atau, hendaknya mereka sungguh-sungguh lebih hina di sisi Allah daripada kumbang kelapa yang mengguling-gulingkan tahi (kotoran) dengan hidungnya. Sesungguhnya Allah sudah melenyapkan daripadamu kemegahan jahiliyah dan pujian dengan nenek noyangnya. Yang dipandang spesialuntuklah apakah ia seorang Mu'min yang bertakwa, atau seorang durhaka yang nista. Manusia, tiruananya yakni anak cucu Adam, dan Adam diciptakan dari tanah". (H. R. Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Kita juga mendengarkan apa yang dipermaklumkan Rasulullah saw. terkena prinsip-prinsip hak-hak insan yang dia sampaikan pada pidato Haji Wada' (perpisahan):
"Wahai manusia, bersama-sama Tuhanmu yakni satu. Bapamu yakni satu. Ketahuilah, tidak ada keutamaan bagi bangsa Arab atas bangsa non-Arab, tidak pula non-Arab atas bangsa Arab, tidak pula orang Merah atas yang Hitam, tidak pula Yang Hitam atas yang Merah kecuali dengan takwa."(H.R. Al- Baihaqi).
Rasulullah saw. juga mencurahkan kemurkaannya kepada orang-orang yang mengagung-agungkan dan membangga-banggakan keturunan dalam ucapan yang tegas dan ungkapan yang tajam:
"Hendaknya kaum-kaum itu benar-benar berhenti dari membangga-banggakan nenek moyang mereka yang sudah mati, bersama-sama mereka yakni arang api neraka Jahannam. Atau, hendaknya mereka sungguh-sungguh lebih hina di sisi Allah daripada kumbang kelapa yang mengguling-gulingkan tahi (kotoran) dengan hidungnya. Sesungguhnya Allah sudah melenyapkan daripadamu kemegahan jahiliyah dan pujian dengan nenek noyangnya. Yang dipandang spesialuntuklah apakah ia seorang Mu'min yang bertakwa, atau seorang durhaka yang nista. Manusia, tiruananya yakni anak cucu Adam, dan Adam diciptakan dari tanah". (H. R. Abu Daud dan At-Tirmidzi)
Kita juga mendengarkan apa yang dipermaklumkan Rasulullah saw. terkena prinsip-prinsip hak-hak insan yang dia sampaikan pada pidato Haji Wada' (perpisahan):
يَااَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ ٬ وَاِنَّ اَبَاكُمْ وَاحِدٌ ٬ أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى
عَجَمِيٍّ ٬ وَلاَ لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلاَلأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ٬ وَلاَ لأَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَإِلاَّ بِالتَّقْوَى٠٠٠
"Wahai manusia, bersama-sama Tuhanmu yakni satu. Bapamu yakni satu. Ketahuilah, tidak ada keutamaan bagi bangsa Arab atas bangsa non-Arab, tidak pula non-Arab atas bangsa Arab, tidak pula orang Merah atas yang Hitam, tidak pula Yang Hitam atas yang Merah kecuali dengan takwa."(H.R. Al- Baihaqi).
Tag :
Hukum Islam
0 Komentar untuk "Hadits Larangan Membanggakan Keturunan"