Di alam semesta yaitu dunia ini, selain diciptakan manusia, oleh Allah swt.juga memciptakan makhluk lain yang juga engisi alam semesta ini yaitu jin. Firman Allah swt. di dalam Al-qur’an.
Dan juga Firman Allah SWT di dalam al-Qur’an
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى
Artinya: Dia (Allah) berfirman, "Turunlah engkau berdua dari nirwana bersama-sama, sebagian engkau menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Jika hadir kepadamu petunjuk dari-Ku, maka ketahuilah barang siapa mengikut petunjuk-Ku, beliau tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (QS. Thaahaa: 123)
Kedua hal di atas ditujukan kepada bapak jin dan bapak manusia. Ini menunjukkan bahwa jin mendapat perintah serta larangan dari Allah SWT. Mereka juga tercakup dalam syariat-syariat para nabi, dan kejahatan mereka juga layak mendapat hukuman. Ini juga menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. diutus kepada mereka sebagaimana diutus kepada manusia. Semua ini tidak diperselisihan para ulama. Akan tetapi, mereka tidak sama pendapat hening apakah jin yang muslim juga masuk surga? Mayoritas ulama beropini bahwa jin muslim akan masuk surga, dan jin yang kafir akan masuk neraka. Ada juga yang menyampaikan bahwa pahala jin yang muslim spesialuntuklah keselamatan dari siksa neraka namun tidak akan masuk surga. Karena nirwana spesialuntuk dimasuki oleh Adam dan keturunannya, dan ini yaitu pendapat Imam Abu Hanifah rahimahullah.
Orang-orang yang menyampaikan bahwa jin muslim juga akan masuk surga, mereka mempunyai beberapa pendapat, yaitu sebagai diberikut:
Pendapat Pertama
Dalam ayat ke 123 dari surah Thaahaa di atas, Allah SWT memdiberitakan bahwa barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Nya, maka ia tidak akan merasa takut, sedih, tersesat dan menderita. Ini ialah konsekuensi dari kesempurnaan nikmat-Nya. Tidak sanggup dikatakan bahwa ayat tersebut spesialuntuk menunjukkan penghapusan azab, lantaran sudah menjadi kesepakatan bahwa jin mukmin tidak akan disiksa. Seandainya ayat di atas spesialuntuk menunjukkan penghapusan azab, maka itu bukanlah kebanggaan bagi insan yang mukmin, namun sekedar informasi penghapusan ketakutan dan kesedihan. sepertiyang diketahui bahwa konteks dan maksud ayat yaitu bahwa orang yang mengikuti petunjuk Allah SWT, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan yang paling besar dan terhindar dari penderitaan yang sangat pedih. Allah SWT mengungkapkan tiruana itu dengan meniadakan rasa takut dan kesedihan tersebut sesuai dengan tuntutan keadaan. Sehingga, saat Allah SWT menurunkan Adam a.s. dari surga, maka ia dirundung rasa takut, kesedihan dan penderitaan. Lalu Allah memdiberitahukan kepadanya bahwa Dia mempersembahkan kesepakatan baginya dan bagi keruturunannya. Yakni, barangsiapa mengikuti petunjuk-Nya, maka akan terhapus ketakutan, kesedihan, kesesatan, dan penderitaan darinya. Dan dimaklumi bahwa tiruana itu tidak akan hilang kecuali dengan masuk ke surga. Tetapi, dengan sebut penghapusan keburukan yang paling berat yaitu lebih tepat.
Pendapat atau argumen yang Kedua berdasarkan Firman Allah SWT:
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ (٢٩) قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ (٣٠) يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (٣١) وَمَنْ لا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الأرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٣٢)
Artinya: Dan ingatlah saat Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Ai-Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya kemudian mereka berkata, 'Diamlah engkau untuk mendengarkannya.' Ketika pembacaan sudah final mereka kembali kepada kaumnya untuk memdiberi peringatan.' Mereka berkata, 'Hai kaum kami, sesungguhnya kami sudah mendengarkan kitab 64/- Qur'an) yang sudah diturunkan setelah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah usul orang yang menyeru kepada Allah dan diberimanlah kepada-Nya, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosa engkau dan melepaskan engkau dari azab yang pedih. Dan barang siapa tidak mendapatkan (seruan) orang yang menyeru kepada Allah (Muhammad) maka beliau tidak akan sanggup melepaskan diri dari siksaan Allah di bumi, padahal tidak ada pelindung baginya selain Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata (QS. al-Ahqaaf: 29-32)
Dalam ayat di atas Allah SWT memdiberitahukan kepada kita tentang ancaman-Nya terhadap para jin, yaitu barangsiapa yang memenuhi usul utusan-Nya, maka akan diampuni dan dibebaskan dari neraka. Seandainya ampunan bagi mereka spesialuntuk berupa pembebasan dari azab, maka cukup dengan firman-Nya, "Dan melepaskan engkau dari azab yang pedih." Akan tetapi, kesempurnaan ampunan itu yaitu masuk ke nirwana dan selamat dari neraka. Sehingga barangsiapa yang mendapat ampunan dari Allah, maka beliau masuk surga.
Pendapat Ketiga berdasar firman Allah tentang bidadari di surga:
فِيهِنَّ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
Artinya: Di dalam nirwana itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh insan sebelum mereka (penghuni-penghuni nirwana yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. (QS. ar-Rahmaan: 56)
Ayat ini menunjukkan bahwa jin dan insan yang diberiman akan masuk surga, dan bahwa bidadari di dalamnya belum pernah disentuh oleh mereka. Maka, ini menunjukkan jin-jin yang diberiman sanggup menyentuh bidadari setelah mereka masuk surga, sebagaimana yang terjadi pada manusia. Seandainya mereka tidak masuk surga, tentulah tidak pantas bagi mereka mendapatkan diberita ibarat itu.
Pendapat Keempat dari Firman Allah SWT:
فَإِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَ لَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَ الْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِيْنَ
وَ بَشِّرِ الَّذِيْن آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوْا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِّزْقًا قَالُوْا هَذَا الَّذِيْ رُزِقْنَا مِن قَبْلُ وَ أُتُوْا بِهِ مُتَشَابِهاً وَلَهُمْ فِيْهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ
Artinya: Maka kalau engkau tidak sanggup menciptakan, dan sekali-kali engkau tidak akan sanggup menciptakan, maka takutlah engkau kepada neraka yang penyalakannya ialah insan dan batu, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan gembirakanlah orang-orang yang diberiman dan bersedekah shalih, bekerjsama untuk mereka yaitu surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai. Tiap-tiap kali didiberikan kepada mereka suatu pemdiberian dari semacam buah-buahan, mereka berkata : "INI yang sudah dijanjikan kepada kita dari lampau". Dan didiberikan kepada mereka akan beliau serupa, dan untuk mereka di dalamnya ada isterii steri yang suci, dan mereka akan infinit di dalamnya. (QS. al-Baqarah: 24-25)
Di antara jin ada yang mukmin dan ada yang kafir, sebagaimana dikatakan oleh jin-jin saleh di antara mereka,
وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا (١٤) وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا (١٥)
Artinya: Dan di antara kami ada yang Islam dan ada yang menyimpang (dari jalan yang lurus). Siapa yang Islam, maka mereka itu sudah menentukan jalan yang lurus. Dan adapun orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi materi bakar bagi neraka Jahanam. (QS. al-Jinn: 14-15)
Maka lantaran golongan jin yang kafir masuk dalam ayat kedua (al-Jinn: 14), maka golongan jin mukmin juga harus masuk dalam ayat pertama (al-Baqarah: 25).
Pendapat Kelima menurut Firman Allah SWT tentang jin-jin yang saleh:
Dari Surat al-Jinn ayat 14 yang artinya: Siapa yang Islam, maka mereka itu sudah menentukan jalan yang lurus.
Maksud ar-rusyd dari ayat di atas di sini yaitu petunjuk dan kemenangan, yaitu petunjuk dari Al-Qur'an. Maka, barangsiapa tidak masuk surga, beliau tidak memperoleh tujuan dari petunjuk tersebut, melainkan petunjuk tersebut sekedar dalam pengetahuannya saja.
Pendapat Keenam berdamasukan Firman Allah SWT:
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Artinya: Berlomba-lombalah engkau kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhan dan nirwana yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang diberiman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah didiberikannya kepada siapa yang dikehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. al-Hadiid: 21)
Golongan jin yang mukmin yaitu orang yang diberiman kepada Allah SWT dan para rasul-Nya. Oleh lantaran itu, mereka termasuk orang-orang yang memperoleh diberita gembira dan berhak menerimanya.
Pendapat yang Ketujuh. Firman Allah SWT,
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya: Allah menyeru insan ke Darussalam (surga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Yunus: 25)
Dalam ayat ini Allah SWT menimbulkan seruan-Nya bersifat umum, dan menimbulkan hidayah-Nya bersifat khusus. Maka, barangsiapa mendapatkan petunjuk- Nya, beliau termasuk yang diseru kepada petunjuk-Nya itu. Makara jin yang mandapatkan hidayah-Nya, yaitu termasuk yang diseru kepada hidayah itu.
Pendapat Kedelapan. Firman Allah SWT,
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الإنْسِ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الإنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
Artinya: Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka tiruananya, (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin (setan), sesungguhnya engkau sudah banyak (menyesatkan) manusia", kemudian berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami sudah sanggup kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami sudah hingga kepada waktu yang sudah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka itulah daerah membisu engkau, sedang engkau infinit di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. al-An’am: 128)
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang lalim itu menjadi mitra bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. (QS. al-An’am: 129)
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ
Artinya: Hai golongan jin dan manusia, apakah belum hadir kepadamu rasul-rasul dari golongan engkau sendiri, yang memberikan kepadamu ayat-ayat Ku dan memdiberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia sudah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka yaitu orang-orang yang kafir. (QS. al-An’am: 130)
ذَلِكَ أَنْ لَمْ يَكُنْ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا غَافِلُونَ
Artinya: Yang demikian itu yaitu lantaran Tuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah. (QS. al-An’am: 131)
وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Artinya: Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. al-An’am: 132)
Penjelasan ayat ini yaitu umum untuk jin dan manusia. Dalam ayat tersebut Allah SWT memdiberitakan kepada mereka bahwa masing-masing mereka mempunyai derajat sesuai dengan amalnya. Sebagai konsekuensinya, maka jin yang melaksanakan kebajikan juga mempunyai derajat sesuai dengan amalnya, sebagaimana manusia.
Pendapat Kesembilan. Firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُون
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami yaitu Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah engkau merasa takut dan tidakbolehlah engkau bersedih hati; dan bergembiralah engkau dengan (memperoleh) nirwana yang sudah dijanjikan kepadamu. (QS. Fushshilat: 30)
Dan firman Allah SWT:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٣) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (١٤)
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami yaitu Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka itulah para penghuni surga, infinit di dalamnya; sebagai akhir atas apa yang sudah mereka kerjakan. (QS. al-Ahqaaf: 13- 14)
Ayat ini kami jadikan dalil, lantaran tiga alasan. Pertama, kata penghubung (alladziina) di dalam ayat tersebut bersifat umum. Kedua, disebutkannya pahala setelah hal-hal terpuji yang disebutkan sebelumnya. Dan ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menyandang hal-hal tersebut berhak mendapatkan pahala itu. Hal-hal terpuji tersebut yaitu ikrar bahwa tiada yang kuasa selain Allah disertai dengan istiqamah. Ketetapan ini yaitu umum lantaran keumuman sebab. Apabila masuk nirwana yaitu konsekuensi dari kesaksian bahwa tiada yang kuasa selain Allah dan pengukuhan akan rububiyah-Nya, disertai dengan konsisten terhadap segala perintah-Nya, maka barangsiapa yang melaksanakan hal ini, beliau pun berhak atas akhir tersebut. Ketiga, Allah SWT berfirman,
Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa duka yaitu penghuni surga. Dan, tentang siapa yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa duka sudah disebutkan dalam firman Allah,
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Artinya: Turunlah engkau tiruananya dari nirwana itu! Kemudian kalau hadir petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, pasti tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. al-Baqarah:38)
Ayat ini mencakup dua golongan, dan ayat ini menujukkan bahwa siapa saja yang tidak dilingkupi rasa takut dan rasa sedih, maka beliau yaitu penghuni surga.
Pendapat Kesepuluh
Jika jin-jin yang kafir masuk neraka lantaran keadilan Allah, maka masuknya jin-jin yang mukmin ke nirwana lantaran kemuliaan dan kasih akung Allah yaitu lebih utama. Sebab, kasih akung-Nya menlampaui murka-Nya dan kebaikan lebih umum daripada keadilan.
Oleh lantaran itulah, tidak akan masuk neraka kecuali mereka yang melaksanakan perbuatan-perbuatan penghuni neraka. Berbeda dengan surga, ia sanggup dimasuki oleh mereka yang tidak pernah melaksanakan kebaikan sama sekali. Karena Allah SWT sudah membuat golongan untuk nirwana yang akan menempatinya tanpa harus melaksanakan amal kebajikan. Di dalam nirwana juga Allah akan menaikkan derajat hamba- hamba-Nya tanpa ada perjuangan dari mereka, melainkan lantaran doa, shalat, sedekah dan perbuatan baik yang dihadiahkan orang lain kepada mereka.
Merupakan ketetapan Al-Qur'an serta kesepakatan umat, bahwa jin kafir akan masuk neraka lantaran keadilan Tuhan dan lantaran apa yang mereka perbuat. Sedangkan, jin-jin mukmin akan masuk nirwana lantaran kemuliaan Allah dan lantaran amal mereka.
Ada juga yang beropini bahwa jin-jin mukmin tersebut berada di dasar surga, di mana mereka sanggup dilihat oleh penghsuni nirwana lainnya tapi mereka sendiri tidak melihat penghuni nirwana lainnya. Menurut pendapat ini, kondisi mereka di nirwana ini kebalikan di dunia, di mana jin-jin tersebut sanggup melihat anak-cucu Adam, sedangkan anak-cucu Adam tidak sanggup melihat mereka.
Akan tetapi, hal ibarat ini tidak sanggup diketahui tanpa ada dalil yang tidak sanggup dibantah. Dan kalau dalil tersebut memang benar, maka itu wajib diikuti. Namun kalau tidak ada dalil yang mendukungnya, maka pendapat ini sekedar disampaikan biar sanggup diketahui, sedangkan kebenarannya tergantung pada dalil. Wallaahu a'alam (Ini yaitu pendapat Ibnu Qayyim. Al-'Allaamah Badruddin asy-Syibli sudah mengambarkan perperihalan yang ada dalam duduk kasus ini dalam kitab Ahkam al-MarjanfiAhkam al-Jan. Hanya saja beliau belum sebut nash dari Al-Qur'an atau Sunnah yang akan menghilangkan perselisihan itu. Ini spesialuntuk kutipan pendapat-pendapat para ulama.)
Tag :
Dunia Akhirat
0 Komentar untuk "Dapatkah Jin Masuk Nirwana Menyerupai Manusia"