Biasanya, kekuatan akal disebut juga kekuatan malakiyyah, kekuatan syahwat disebut juga kekuatan bahimiyyah, kekuatan ghadhab disebut juga kekuatan sabu'iyyah, dan kekuatan wahm disebut juga kekuatan syaythaniyyah. Namun, ini tidak berarti bahwa sifat-sifat ini ialah sifat- sifat yang infinit sehingga tidak terpisah darinya.
Penjelasannya, segala maujud sebagaimana sudah kami tunjukkan sebelumnya diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok. Satu kelompok diantaranya di khususkan bagi kekuatan bahimiyyah sehingga ia tidak mempunyai perhatian kecuali pada makan dan minum. "Barangsiapa yang perhatiannya pada apa yang masuk ke dalam perutnya maka nilainya ialah ibarat apa yang keluar darinya. [Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalim, hal. 439/8929]"
Berdasarkan hal ini, kekuatan syahwat pada seseorang disifati dengan bahimiyyah. Namun, berdasarkan para ulama, itu tidak berarti bahwa di mana saja dan pada siapa saja Anda mendapati kekuatan ini maka itu ialah kekuatan bahimiyyah. Akan tetapi, yang mereka maksudkan dengan sifat ini ialah apabila seseorang tunduk pada syahwatnya, sementara akalnya menjadi lawanan bagi syahwatnya dan berada dalam kekuasaannya. melaluiataubersamaini demikian, dalam kehidupan ini ia berakhir pada tingkatan kelompok ini, yaitu tingkatan hewan ternak di mana padanya kekuatan syahwat berkuasa, bahkan ia lebih sesat jalannya. Mereka itu spesialuntuklah ibarat binatang ternak, bahkan lebih sesat jalan [QS al-Furqan [25]: 44]. Sebaliknya, bila kekuatan syahwatnya berada di bawah kekuasaan kekuatan nalar maka ia akan memandunya ke tingkatan Kedekatan Ilahi dan akan bermetamorfosis kekuatan Ilahi dan salah satu pintu menuju surga.
Demikian pula pada kekuatan ghadhab, lantaran pada hewan buas terdapat kekuatan ini. Kalau kekuatan-kekuatan insan yang lain tunduk pada kekuatan ghadhab-nya dan kekuatan ini menjadi pemimpin dan hakim maka ia akan disifati dengan sabu'iyyah (sifat kebinatang-buasan), lantaran ia akan mengubah orang tersebut menjadi hewan berbahaya. Bahkan, ia lebih sesat jalan, disebabkan ia mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki hewan buas berupa wahana-wahana dan kemampuan-kemampuan ibarat akal, kekuatan, imajinasi, dan sebagainya, dan yang menjadikannya menghamba kepada kekuatan ini.
Terdapat kelompok lain dari maujud di mana di dalamnya yang berkuasa ialah muslihat, penyamaran, penciptaan banyak sekali wahana dan cara-cara untuk mewujudkan tujuan-tujuan menyimpangnya, yaitu yang diungkapkan Quran dengan sebutan setan-setan (syayathin), baik mereka berwujud insan maupun berwujud jin. Dan demikianlah Kami jadikan musuh bagi setiap nabi berupa setan-setan dari kelompok insan dan jin. QS al-Anam [6]: 112.
Apabila kekuatan wahm ini berkuasa di dalam diri insan maka ia akan bekerjasama dengan setan-setan itu. Karenanya ia akan disebut syaythaniyyah mengikuti maujud maujud yang berkuasa dan dikhususkan baginya. Ketika itu, orang tersebut akan bermetamorfosis setan manusia. Semoga Allah melindungi kita dari hal tersebut .
Kelompok keempat dari maujud-maujud itu ialah para malaikat yang dikhususkan dengan kekuatan nalar yang mengajak pada alam kekudusan, kesucian, malakut, dan alam Kedekatan Ilahi. Oleh lantaran itu, ia disifati dengan malakiyyah (sifat kemalaikatan).
Namun, setiap nalar ialah bersifat kemalaikatan. Kadang-kadang, nalar menghamba kepada kekuatan wahm, kekuatan ghadhab atau kekuatan syahwat. Oleh lantaran itu, apa yang kami maksudkan dengan kekuatan nalar kemalaikatan ialah kekuatan yang mengajak pada alam kekudusan dan malakut saja, tidak yang lainnya.
Tag :
Ilmu Karakter Manusia
0 Komentar untuk "Keterangan Embel-Embel Perihal Kekuatan Jiwa Manusia"