Mengani cerita teladan adat yang mulia dari Nabi Muhammad SAW (Pembahasan "Keteladanan dalam Akhlak", kebanyakan dinukil dari buku penulis, "Hatta Yalama 'sy-Syahab", dengan beberapa perubahan)), maka cukup bagi saya untuk menyebutnya, meski spesialuntuk satu contoh, wacana segala yang berkait dengan kebijaksanaan pekertinya yang mulia, termasuk segi- segi keagungannya yang universal, baik yang bekerjasama dengan kemurahan hati dan zuhud, atau dengan kerendahan hati dan kesantunannya, dengan kekuatan dan keberaniannya, atau yang bekerjasama dengan berpolitik dan keteguhannya memegang prinsip.
Tentang keteladanan bermurah hati, maka Rasulullah saw. selalu memdiberi tanpa takut terhadap belum sempurnanya dan kemiskinan. Beliau lebih murah hati daripada angin yang berhembus, terlebih lagi jikalau pada bulan Ramadhan.
Al-Hafizh Abu Syaikh meriwayatkan dari Anas bin Malik ra. Ia berkata:
لَمْ يُسْأَلْ رَسُوْلُ اﷲِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ عَلَى الإِسْلاَمِ إِلاَّ أَعْطَاهُ، وَأَنَّ رَجُلاً أَتَاهُ فَسَأَلَهُ، فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ ، فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ ، فَقَالَ ׃ أَسْلِمُوا ، فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْ عَطَاءَ مَنْ لاَ يَخْشَىَ الْفَاقَةَ٠
Rasulullah saw. tidak pernah diminta - sesuatu dalam Islam kecuali dia memdiberinya. Sesungguhnya ada seorang laki- laki yang hadir kepadanya dan meminta, maka Rasulullah saw. memdiberi kambing antara dua pegunungan, maka pria tersebut pulang ke kaumnya, dan berkata kepada mereka, "Masuklah kalian agama Islam. Karena sebetulnya Muhammad mempersembahkan pemdiberian tanpa merasa khawatir menjadi sengsara".
Dan dari Anas diriwayatkan:
مَاسُئِلَ رَسُوْلُ اﷲِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ ٬ قَالَ ׃ لاَ
Rasulullah saw, tidak pernah dimintai sesuatu dan berkata “tidak” (menolak). Tentang keteladanan zuhud, Abdullah bin Mas’ud berkata:
دَخَلْتُ عَلَى الرَّسُوْلِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ قَامَ عَلَى حَصِيْرٍ٬ لَقَدْ أَثَّرَ فِى جَنْبِهِ الشَّرِيْفِ٬ فَقُلْتُ ׃ يَا رَسُوْلَ اﷲِ٬ لَوِاتَّخَْذْنَا لَكَ وِطَاءً تَجْعَلَهُ بَيْنَكَ وَبَيْنَ الْْحَصِيْرِيَقِييْكَ مِنْهُ فَقَالَ ׃ مَالِى وَلِلدُُّنْيَا ٬ مَاأَنَا وَالدُُّنْيَا إِلاَّكَرَاكِبٍ اِسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا٬ وَهُوَ الْقَائِلُ ׃ اَللَّهُمَّ اجْعَلْ رِزْقَ آلِ مُحَمَّدٍ كَفَافًا
Aku menemui Rasulullah saw. saat dia gres bangkit dari sebuah tikar yang sudah memdiberi bekas pada punggungnya yang mulia. Maka saya berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana jikalau saya buatkan untukmu bantalan yang melindungi tubuhmu dari tikar tersebut?" Rasulullah saw. bersabda, "Apalah saya dengan dunia ini. Apalah arti dunia bagiku. Hidup di dunia ini semata-mata spesialuntuk ibarat seorang pengembara yang berteduh di bawah pohon, kemudian ia pergi dan meninggalkan pohon tersebut". Beliau ialah yang berkata, "Ya Allah, jadikanlah rizki keluarga Muhammad pas-pasan".
Ibnu Jarir meriwayatkan dari ‘Aisyah ra. Bahwa ia berkata:
مَاشَبَعَ رَسُوْلُ اﷲِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ خُبْرِبُرٍّ ﴿حِنْطَةٍ﴾ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ تِبَاعًا مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِيْنَةَ حَتَّى مَضَى لِسَبِيْلِهِ
Rasulullah saw. tidak pernah kenyang dengan roti gandum tiga hari berturut-turut semenjak hadir ke Madinah sampai silam untuk jalannya (beliau wafat). Ahmad meriwayatkan dari Anas ra.:
إِنَّ فَاطِمَةَ رَضِيَ اﷲُ عَنْهَانَا وَلَتِ النَّبِيِّ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِسْرَةً مِنْ خُبْزِ الشَّعِيْرِ٬ فَقَالَ لَهَا عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ ׃ هَذَا أَوَّلُ طَعَامٍ أَكَلَهُ أَبُوْكَ مُنْذُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ
Sesungguhnya Fatimah ra. memdiberi Rasulullah saw. sekerat roti gandum, maka Rasulullah saw. berkata kepada putrinya itu, "Ini ialah masakan yang pertama kali ayahmu makan semenjak tiga hari".
Bagaimana Rasulullah saw. tidak menjadi teladan yang tinggi dalam zuhud, sedang dia ialah pelaksana apa yang diinginkan Allah, yang berfirman kepadanya:
Dan tidakbolehlah engkau tujukan kedua matamu kepada apa yang sudah Kami diberikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan engkau ialah lebih baik dan lebih abadi. (Q.S. 20:131)
Hendaklah kita tidak mempunyai pengertian bahwa Rasulullah saw. berzuhud alasannya ialah dia fakir atau sedikit makanan. Jika dia menginginkan kehidupan yang melimpah ruah, bersenang-senang dengan bunga kehidupan dunia, maka dunia akan tunduk kepadanya untuk mempersembahkan segala apa yang dia ingini. Tetapi dari zuhudnya itu dia menginginkan beberapa masalah, yang di bawah ini penyusun sebutkan beberapa yang paling penting:
- Beliau hendak mengajarkan kepada generasi Muslim dengan zuhudnya itu akan arti tolong-menolong, pengurbanan dan menlampaukan orang lain. Al-Baihaqi meriwayatkan dari 'Aisyah ra. bahwa ia berkata:
مَاشَبَعَ رَسُوْلُ اﷲِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مُتَوَاِلَيْةٍ وَلَوْشِئْنَا شَبَّعْنَا وَلَكِنَّهُ يُؤَثِرُ عَلَى نَفْسِهِSelama tiga hari berturut-turut, Rasulullah saw. tidak merasa kenyang. Dan jikalau kami inginkan, kami sanggup mengenyangkan beliau, tetapi dia lebih mengutamakan kepentingan orang lain. Dan sudah kita sebutkan. bahwa Rasulullah saw. memdiberi pemdiberian dengan tidak merasa khawatir akan ditimpa kemiskinan.
- Beliau menginginkan semoga generasi Muslim meneladani hidup dengan kecukupan yang memuaskan, alasannya ialah dikhawatirkan mereka akan terbuai oleh bunga kehidupan dunia yang memalingkan mereka dari kewajiban dakwah dan meninggikan kalimah Allah. Juga dikhawatirkan akan karam dalam kehidupan dunia, sehingga membinasakan mereka sebagaimana orang-orang terlampau.
- Beliau menginginkan untuk mempersembahkan pemahaman kepada orang yang hatinya diliputi banyak sekali macam penyakit, ibarat kaum munafik dan kafir, bahwa dari dakwah yang dia serukan kepada umat insan tidak menginginkan harta dan kesenangan fana, tiruan, bukan pula kemewahan dan kenikmatan duniawi, bukan mengejar dunia dengan mengatasnamakan agama. Tetapi yang dia inginkan ialah mendapatkan pahala Allah semata. Syi'amya, ialah syi'ar para Nabi sebelumnya:
Hai hambaku, saya tiada meminta harta benda kepada engkau (sebagai upah) bagi seruahku. Upahku spesialuntuklah dari Allah. (Q.S. 11:29)
Tentang teladan Kerendahan hati, ialah dia yang selalu mengucapkan salam kepada para teman dekatnya, memperhatikan secara fokus terhadap pembicaraan mereka, baik kecil maupun besar. Jika dia bersalaman, maka tidak akan menarikdanunik tangannya sebelum orang yang disalaminya melepaskan. Beliau selalu menghadiri pertemuan para teman dekatnya sampai usai. Beliau pergi ke pasar, membawa barang-barangnya sendiri dan berkata, "Aku ialah yang lebih berhak untuk membawanya". Beliau tidak merendahkan pekerjaan buruh, baik sewaktu membangun masjidnya yang mulia maupun sewaktu menggali parit. Beliau selalu memenuhi seruan orang merdeka, budak maupun hamba perempuan, mendapatkan udzur orang yang berudzur, menambal bajunya dan memperbaiki sandalnya, bahkan tidak segan melaksanakan kiprah ibu rumah tangga. Beliau juga menambatkan untanya, makan bersama Khadam, memenuhi hajat orang lemah dan sengsara. Beliau pun duduk di atas tanah ...
Bagaimana Rasulullah saw. tidak mempunyai kerendahan hati ini, sedang Allah berfirman kepadanya:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang diberiman. (Q.S. 26:215)
Tag :
Warisan Rasulullah
0 Komentar untuk "Keteladanan Nabi: Murah Hati, Adat Mulia, Rendah Hati, Zuhud"