Pendidikan Anak: Meneladani Sifat Kasih Sayang Rasulullah

Dalam memusatkan sikap kasih akung kepada anak-anak, Rasulullah Nabi Muhammad saw. sudah mempersembahkan teladan yang baik wacana kasih akung kepada ge­nerasi Muslim di setiap ketika dan tempat, biar mereka mengambil teladan dalam hal berbagi dakwah menuju agama Allah, khususnya bagi para bapak atau orang bau tanah dan para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pendidikan kepada anak.

Di bawah ini beberapa teladan dari sikap kasih akung Ra­sulullah Nabi Muhammad saw. terhadap bawah umur yang sangat penting dan patut kita jadikan pedoman dalam pendidikan keteladanan bagi anak:

a. At-Tirmidzi dan lainnya meriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya:

Saya melihat Rasulullah saw. sedang memberikan khutbah, maka hadirlah Hasan dan Husain ra. yang mengenakan baju merah, berjalan dan kemudian terjatuh. Kemudian Rasulullah saw. turun dari mimbar, dan mengambil keduanya, dan mele­takkan bersamanya. Kemudian dia bersabda, "Sesungguhnya harta dan anak-anakmu yaitu cobaan. Aku melihat ke kedua anak kecil itu berjalan dan terjatuh, maka tidaklah saya sabar, sehingga saya memotong pembicaraanku dan mengangkat ke­duanya".

b. An-Nasa'i dan Al-Hakim meriwayatkan:

"Ketika Rasulullah saw. shalat mengimami para ma'mum, tiba-tiba hadirlah Husain, dan menunggangi bahu Rasulullah saw. ketika dia sujud. Maka dia melamakan sujud, sampai para ma'mum menerka terjadi sesuatu. Sesudah shalat usai berka­talah mereka, 'Engkau sudah memanjangkan sujud wahai Rasulul­lah, sampai kami menerka sudah terjadi sesuatu'. Rasulullah saw. menjawaban, 'Anakku (cucuku) sudah menyebabkan saya sebagai tunggangan, maka saya tak suka mengganggu kesenangannya sehingga ia puas".

c. Dalam Al-Ishabah dikatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bermain-main dengan Hasan dan Husain ra. Rasulullah saw. merangkak di atas kedua tangan dan lututnya, dan kedua cucu­nya tersebut bergelantungan dari kedua sisinya, dan merangkak bersama keduanya, sambil bersabda:

نِعْمَ الْجَمَلُ جَمَلُكُمَا ٬ وَ نِعْمَ الْعِدْ لاَنِ أَنْتُمَا

Sebaik-baik unta yaitu unta engkau berdua. Sebaik-baik beban muatan yaitu engkau berdua.

d. Dalam Shahihain, dari Anas ra. Rasulullah saw. bersabda:

إِنِيْ لأَدْخُلُ فِي الصَّلاَةِ ٬ وَأَنَا أُرِيْدُ اِطَالَتَهَا ٬ فَأَسْمَعُ بُكاَءَ الصَّبِيِّ ٬ فَأَتَجَوَّزُ فِى صَلاَتِيْ أَيْ اَخْتَصِرُ مِمَّا أَعْلَمُ مِنْ وَجْدِ اُمِّهِ مِنْ بُكاَئِهِ ٠

"Sesungguhnya, ketika saya sedang melaksanakan shalat (menjadi imam) dan saya bermaksud untuk memanjangkan bacaannya, tiba-tiba saya mendengar tangisan anak kecil. Maka, segera saya memperpendek (bacaan) shalatku. Karena, saya memahami perasaan ibunya (yang menjadi ma'mum), yang tentu terganggu oleh tangisannya".

e. Dalam Shahihain, dari Anas ra. bahwa Rasulullah saw. lewat di hadapan bawah umur kecil, dan mengucapkan salam kepada mereka, dan Anas berkata, "Rasulullah saw. selalu melaksanakan demikian".

f. Diriwayatkan oleh Muslim bahwa jikalau orang-orang melihat buah pertama, mereka membawanya kepada Rasulullah saw. dan sehabis diambil dia bersabda:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا ثَمَرَنَا٬ وَبَارِكْ لَنَا فِى  مَدِيْنَتِنَا ٬ وَ بَارِكْ لَنَا فِى صَاعِنَا وَبَارِكْ لَنَا فِى مُدِّنَا٠

"Ya Allah diberilah kami berkah dalam buah kami. Berilah kami berkah dalam kota kami. Berilah kami berkah dalam sha' kami. Dan diberilah kami berkah dalam mud kami". Kemudian, dia memanggil anak yang terkecil, dan memdiberi­kan buah tersebut kepadanya.

Dalam Shahihain dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata, saya sudah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Terjadi pada masa lampau sebelum engkau, tiga orang berjalan-jalan, sampai terpaksa bermalam dalam gua. Tiba-tiba, ketika mereka sedang dalam gua itu, jatuhlah sebuah kerikil besar dari atas bukit dan menutupi pintu gua itu, sampai mereka tidak sanggup keluar. Maka berkatalah mereka, 'Sungguh, tiada yang sanggup menyelamatkan kita dari ancaman ini, kecuali jikalau kita bertawassul kepada Allah dengan amal-amal saleh yang pernah kalian kerjakan lampau'. Maka salah seorang dari mereka berkata, 'Ya Allah, lampau saya memiliki ayah dan ibu yang sudah bau tanah renta. Saya selalu tidak memdiberi minuman sore pada seorang pun sebelum keduanya (ayah-ibu), baik keluarga atau hamba sahaya. Pada suatu hari, saya terlalu jauh menggembala ternak, sampai tidak kembali kepada keduanya, kecuali sehabis larut malam ketika kedua orangtuaku sudah pulas. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya, dan saya merasa segan untuk membangunkan keduanya. Dan saya tetap tidak akan mempersembahkan minuman itu kepada siapa pun, sebelum kepada kedua orangtua. Saya tunggu keduanya, sampai terbit fajar. Maka bangunlah keduanya dan minum dari susu yang saya perahkan itu. Padahal semalam itu, anak-anakku menangis akrab kakiku, alasannya yaitu lapar ingin minum susu, Ya Allah, jikalau saya berbuat, benar-benar alasannya yaitu mengharapkan keridhaan-Mu, maka lapangkanlah keadaan kami ini'. Maka kerikil besar itu menggeser sedikit, spesialuntuk saja mereka belum sanggup keluar daripadanya".) Bukankah petunjuk Nabi ini menunjukkan, bahwa Rasulul­lah saw, sangat menekankan perlunya seorang pendidik tampil di muka anak didiknya dengan penampilan berbakti kepada ke­dua orang tua, sehingga dengan demikian ia memdiberi teladan baik kepada anak didiknya ?

Apa arti bawah umur kecil menangis akrab kakinya, sedang cangkir meliputi susu berada di tangannya?

Tidakkah ini berarti bahwa sang ayah sudah memdiberi teladan bagaimana berbakti ke­pada kedua orangtua yang ia lakukan di hadapan anak-anaknya?

Muslim meriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad As-Sa'idi ra. bahwa Rasulullah saw. didiberi minuman, dan dia meminum­nya. Di sebelah kanan dia ada seorang anak kecil, dan sebelah kirinya orang tua.
Beliau berkata kepada anak kecil tersebut:

أَتَأْذَنُ لِيْ أَنْ أُعْطِيَ هَؤُلاَءِ ؟ فَقَالَ الْغُلاَمُ ׃ لاَوَ اﷲِ، لاَ اُوْثِرُ بِنَصِيْبِيْ مِنْكَ أَحَدًا٠٠٠

Apakah kalian mengizinkanku untuk memdiberi mereka mi­numan ini?" Berkatalah sang anak, "Tidak. Demi Allah, saya tidak akan menlampaukan orang lain, seorang pun, untuk me­nerima bagianku yang engkau diberikan".

Tidakkah petunjuk Nabi ini mempersembahkan arti bahwa Ra­sulullah saw. mempersembahkan teladan yang baik dalam berkasih sa­yang dengan anak kecil, dan membiasakan diri berjalan pada hukum Islam dan sopan santun minum, sehingga generasi Mus­lim mengambil pelajaran daripadanya?

Demikianlah, Rasulullah saw. mempersembahkan pelajaran kepada siapa pun yang menjadi beban pendidikan dengan mempersembahkan teladan yang baik dalam segala sesuatu, sehingga dijadikan cermin, ikutan dan membekas dalam diri bawah umur dengan sikap yang terpuji, pesan tersirat yang berbekas, perhatian yang terus menerus dan fatwa yang bijak dan menyeluruh!

Kesimpulan dari apa yang sudah kita kemukakan adalah, bahwa mempersembahkan teladan yang baik — dalam pandangan Islam — yaitu metode pendidikan yang paling membekas pada anak didik.
0 Komentar untuk "Pendidikan Anak: Meneladani Sifat Kasih Sayang Rasulullah"

Back To Top