Sebelumnya mari kita mengetahui definisinya. Jihad melawan nafs ialah jihad besar atau jihad akbar yang mengungguli peperangan dijalan al-Haqq SWT. Dalam maqam ini—yaitu tingkatan badan—ia ialah kemenangan insan atas kekuatan-kekuatan lahiriahnya dan menjadikannya tunduk pada perintah Sang khaliq Allah SWT, dan penyucian kerajaan itu dari kotoran eksistensi kekuatan-kekuatan setan dan bala tentaranya."
Sebab Jihad Melawan Musuh Eksternal Disebut Jihad Kecil, dan Jihad Melawan Musuh Internal (Nafs) Disebut Jihad Besar Untuk menjawaban pertanyaan ini, perlu disebutkan beberapa aspek. Dan pada goresan pena ini akan diringkas dengan sebut dua aspek saja yaitu sebagau diberikut.
Aspek Pertama, Manusia mempunyai empat kekuatan: kekuatan syahwat, kekuatan ghadhab, kekuatan wahm, dan kekuatan akal ada dalam diri insan melalui fase-fase kehidupannya, tidak sekaligus. Awalnya, spesialuntuk ada kekuatan syahwat dan ghadhab, kemudian dihasilkan kekuatan wahm, dan selanjutnya dihasilkan kekuatan akal. Pada umumnya, seseorang meraih kesempurnaan nalar dikala mencapai usia empat puluh tahun.
Shadr al-Muta'allihin dalam al-Asfar mengatakan, "Nafs insan selama berupa janin di dalam rahim, tingkatannya ialah tingkatan jiwa tetumbuhan dalam banyak sekali tingkatannya. Itu pun diperoleh setelah ia melewati tingkatan-tingkatan kekuatan benda mati. melaluiataubersamaini demikian, janin insan ialah tumbuhan secara faktual dan binatang secara potensial, bukan aktual. Sebab, ia belum mempunyai penginderaan dan gerakan. Keberadaannya sebagai binatang secara potensial ialah pemisah yang membedakannya dari tetumbuhan yang lain, yang menyebabkan baginya suatu jenis yang tidak sama dari jenis-jenis tetumbuhan."
"Apabila anak keluar dari perut ibunya, dirinya berada pada tingkatan jiwa-jiwa kehewanan sampai masa-masa baligb formal (shuri). Ketika itu, seseorang ialah binatang insan seeara aktual, dan insan manusia secara potensial. Kemudian dirinya mulai mengenal sesuatu melalui berpikir dan melihat dengan memakai nalar praktis. Demikianlah sampai masa-masa baligh spiritual (manawi) dan kedewasaan batiniah dengan memperkuat pembawaan dan akhlak-akhlak batin. Pada umumnya, hal itu terjadi pada usia sekitar empat puluh tahun. Pada fase ini, ia ialah insan insan secara aktual, dan insan malaikat atau insan setan secara potensial. Pada Hari Kiamat, ia dikumpulkan entah termasuk partai malaikat atau partai setan dan bala tentara mereka. Jika taufik memmenolongnya dan ia menempuh titian kebenaran dan jalan tauhid, serta akalnya disempurnakan dengan ilmu pengetahuan dan akalnya disucikan dengan menghilangkan ketergantungan pada fisik, maka ia menjadi malaikat secara faktual di antara malaikat-malaikat Allah yang mempunyai sifat alim yang didekatkan. Sebaliknya, jikalau ia tersesat dari jalan yang lurus dan menempuh jalan kesesatan dan kebodohan, maka ia termasuk golongan setan atau dikumpulkan dalam kelompok binatang dan serangga.[ Al-Hikmah al-Muta'aliyah fi al-AsJar al-Aqliyyah al-Arba'ah, jil. 8, hal. 136.]"
Pengertian inilah yang ditunjukkan as-Sabziwari dalam al-Manzhumah:
Empat puluh jangka waktu terbentang
Bagi bentuk insan yang menyimpan misteri.
Pada setiap waktu ia menjadi
Dalam empat puluh tahun nalar sempurna.
Berdasarkan hal ini, kekuatan nalar dikala terbentuk pada seseorang. Ia menemukan bahwa tempat-tempat penting dari kerajaan ini sudah ditempati oleh tiga kekuatan yang sudah ada sebelumnya. Oleh sebab itu, perhatiannya ialah mengalahkan kekuatan-kekuatan lain dengan susah. Hal ini ibarat peperangan eksternal, di mana setelah satu pihak lebih lampau menduduki tempat-tempat penting dan strategis yang menjadi perhatian pihak lain, dan proses kemenangannya ialah sebuah proses yang susah. Dari sini, dan menurut hakikat ini—yaitu kemunculan kekuatan nalar yang terjadi belakangan di dalam diri seseorang dan pekerjaannya yang susah jihad melawan nafs ialah jihad besar.
Kedua, mengingat jihad yang dilakukan insan pada umumnya ialah melawan musuh eksternal, jihad tersebut ialah jihad .( sementara dengan waktu tertentu dan tidak abadi, di satu sisi, dan di situ ia mengetahui musuhnya, karakteristiknya, perlengkapannya, dan arah kehadiran dan serangannya, di sisi lain. Adapun, dalam jihad melawan nafs, jihad tersebut ialah jihad yang berkelanjutan selama insan ini hidup, bahkan mencakup pula keadaan pulasnya, terlebih lagi keadaan terjaganya. Kadang-kadang seseorang bermimpi melihat pemandangan setan dan Rahmani, sehingga pemandangan setan memmenolongnya dalam melaksanakan perbuatan-perbuatan durhaka dan keji, sedangkan pemandangan Rahmani memmenolongnya dalam melakukan perbuatan-perbuatan salih dan baik. Ia berada dalam jihad berkelanjutan terhadap nafs-nya.
Ini dari satu sisi. Dari sisi lain, betapa banyak perkara yang tidak diketahui seseorang dari musuh internalnya ini. Betapa banyak diam-diam vang masih tersembunyi darinya. Berdasarkan hal ini, jihad melawan nafs ialah jihad besar, sedangkan jihad melawan musuh eksternal ialah jihad kecil atau jihad ashghar. Oleh sebab itu, kita membaca di dalam riwayat dari para imam a.s., "Musuh bebuyutanmu ialah nafs-mu yang ada di dalam dirimu. [Awali al-Ali, 4: 118/187.]"
Tag :
Ilmu Jihad
0 Komentar untuk "Apa Dan Kenapa Harus Jihad?"