Mulianya Mencari Pekerjaan, Nafkah Dalam Islam


Mencari pekerjaan, nafkah atau rezeki ialah kewajiban terutama bagi kaum adam. Ada beberapa pekerjaan dalam mencari nafkah dan rizki yang dianggap paling mulia dalam islam. Apa saja ladang-ladang pekerjaan-pekerjaan mulia untuk mencari nafkah atau riski tersebut? Berikut ini yaitu paparan yang disertai hadits-hadits nabi dan Al Qur’an al-Karim wacana pentingnya dan mulianya mencari pekerjaan, nafkah dan rizki dalam islam serta pekerjaan-pekerjaan yang mulia di sisi islam.

Berikut ini yaitu bukti-bukti kisah-kisah para Nabi dari Al Qur'an dan juga dalil-dalil hadits Nabi Muhammad saw yang menggamarkan betapa penting dan mulianya mencari pekerjaan untuk nafkah dan rizki.

Para Nabi as., masing-masing memiliki pekerjaan bebas sebagai ladang mencari nafkah atau rizki, mengkhususkan diri dalam beberapa pekerjaan dan pertukangan. Mereka mempersembahkan teladan yang baik kepada umatnya dalam hal "wiraswasta" dan pekerjaan yang halal.

Nabi Nuh as. berguru membuat kapal, dan Allah memerintah­kan biar ia menciptakannya sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur;an:

وَٱصۡنَعِ ٱلۡفُلۡكَ بِأَعۡيُنِنَا وَوَحۡيِنَا وَلَا تُخَٰطِبۡنِي فِي ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِنَّهُم مُّغۡرَقُونَ ٣٧ وَيَصۡنَعُ ٱلۡفُلۡكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيۡهِ مَلَأٞ مِّن قَوۡمِهِۦ سَخِرُواْ مِنۡهُۚ قَالَ إِن تَسۡخَرُواْ مِنَّا فَإِنَّا نَسۡخَرُ مِنكُمۡ كَمَا تَسۡخَرُونَ ٣٨ 

Dan buatlah perahu itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan tidakbolehlah engkau bicarakan dengan Aku wacana orang-orang yang zalim itu; bahwasanya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika engkau mengejek kami, maka bahwasanya kami (pun) mengejekmu sebagaimana engkau sekalian mengejek (kami). (Q.S. Hud:37-38)

Nabi Nuh beserta pengikutnya, kemudian selamat dari banjir yang menenggelamkan orang-orang kafir.

Nabi Daud as. yaitu boleh dikatakan mencari nafkah dan pekerjaannya yaitu sebagai jago pertukangan arif besi, dan pembuat baju besi untuk perang. Allah Ta'ala berfirman:

Dan sudah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk engkau, guna memelihara engkau dalam peperanganmu. Maka hendaklah engkau bersyukur (kepada Allah). (Q.S. 21:80)

. . . dan Kami sudah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buat­lah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang engkau kerjakan. (Q.S. 34:10-11)

Nabi Musa as. yaitu buruh penggembala domba selama delapan tahun kepada Nabi Syu'aib as. sebagai mas kawin ter­hadap pernikahan dengan salah satu putrinya. Allah berfirman:

Berkatalah dia (Syu'aib), "Sesungguhnya saya bermaksud berkeluargakan engkau dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa engkau bekerja denganku delapan tahun dan kalau engkau cukupkan sepuluh tahun, maka itu yaitu (suatu kebaikan) dari engkau, maka saya tidak hendak memberati engkau. Dan engkau insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik". Dia berkata, "Itulah (perjanjian) an­tara saya dan engkau. Mana saja dari kedua waktu yang ditentu­kan itu saya sempurnakan, maka tidak ada tuntutan aksesori atas diriku (lagi). Dan Allah yaitu saksi atas apa yang kita ucapkan." (Q.S. 28:27-28)

Nabi Muhammad saw. juga pernah bekerja mencari nafkah dan rizki sebagai penggembala domba dan berniaga, sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Beliau yang bersabda dalam sebuah riwayat Al-Bukhari:

".Aku pernah menggembala kambing (domba) dengan upah beberapa qirath dari penduduk Makkah ".
Beliau juga dua kali pergi ke negeri Syam untuk berniaga. Pertama kali bersama pamannya, Abu Thalib. Ketika itu, ia masih berusia dua belas tahun. Yang kedua kali, sebagai utusan Khadijah ra. membawa dagangannya dengan disertai hamba sahayanya, Maisarah. Waktu itu, usia ia dua puluh lima tahun. Beliau menuntaskan kiprah berniaga itu dengan baik.

Dari bukti-bukti di atas, terang bagi kita bahwa mencari pekerjaan, naf­kah, rizki dengan cara pertukangan, perniagaan dan pekerjaan bebas lainnya, ialah perjuangan mencari nafkah yang paling baik dan pekerjaan yang halal. Sebab, pekerjaan-pekerjaan tersebut me­rupakan pekerjaan para Nabi dan Rasul as.

Islam, dengan fatwa yang universal dan tasyri’, yang sempur­na, mensucikan pekerjaan dan memuliakan orang-orang yang bekerja mencari nafkah dan rizki. Pekerjaan seseorang dalam mencari nafkah oleh dirinya sendiri di dalam Islam dianggap sebagai pekerjaan yang paling haik.

Berikut ini nash-nash Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah saw yang memaparkan mulia dan pentingnya pekerjaan untuk mencari nafkah dan rizki:

Dialah Yang mengakibatkan bumi itu simpel bagi engkau, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan spesialuntuk kepada-Nya-lah engkau (kembali sesudah) dibangkitkan. (Q.S. 67:15)

Apabila sudah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah engkau di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya engkau beruntung. (Q.S. 62:10)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa ia bersabda:  

إِنَّ أَفْضَلَ الْكَسْبِ كَسْبُ الرَّجُلِ مِنْ يَدِهِ٠

"Sesungguhnya mencari nafkah yang paling mulia yaitu mencari nafkahnya seseorang oleh tangannya sendiri/dari tangannya sendiri".

Ath-Thabrani, Ibnu 'Adiy dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa ia bersabda:

إِنَّ اﷲَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُحْتَرِفَ ٠

"Sesungguhnya Allah mengasihi hamba yang bekerja/kreatif".

Al-Bukhari meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa ia bersabda:

لأَنْ يَأْخُذَ أَحَدَكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطُوْهُ أَوْمَنَعُوْهُ٠

"Seseorang dari kami mengambil talinya, kemudian memanggul kayu bakar di atas punggungnya, yaitu lebih baik baginya daripada minta-minta kepada orang, mereka memdiberi atau menolaknya".

Al-Bukhari, Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa ia bersabda:

مَاأَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَأَنَّ  نَبِيَّ اﷲِ دَاوُدَ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ٠

"Tidaklah lebih baik seseorang makan makanan daripada ia makan makanan hasil jerih payahnya sendiri, dan sesung­guhnya Nabi Daud makan dari hasil jerih payahnya sendiri."

Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi meriwayatkan dari Rasulullah Baw. bahwa ia bersabda:

كَسْبُ الْحَلاَلِ فَرِيْضَةٌ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ٠

"Mencari nafkah yang halal yaitu kewajiban sehabis kewa­jiban".

Berikut ini pernyataan para jago salaf yang saleh wacana para penganggur:

Ibnu Al-Jauzi meriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab ra. menemui suatu kaum yang tidak bekerja. Kemudian ia bertanya, "Kenapa kalian tidak bekerja?", mereka menjawaban, "Kami bertawakkal". Maka Umar berkata, "Kalian dusta, se­sungguhnya orang yang bertawakkal yaitu orang yang menanamkan biji-bijian di tanah, kemudian bertawakkal kepada Allah". Dan Umar berkata, "Hendaknya tak seorang pun dari kalian duduk tidak mencari rizki dan spesialuntuk berkata: 'Ya Allah diberilah saya rizki', padahal ia tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak". Umar melarang orang-orang fakir duduk-duduk tidak bekerja dan menyandarkan hidupnya kepada pemdiberian. Beliau berkata, "Wahai orang-orang fakir, berlomba-lomba­lah dalam berbuat kebajikan, tidakbolehlah kalian menjadi tanggungan kaum Muslimin".

Sa'id bin Manshur meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud ra. bahwa ia berkata, "Sesungguhnya saya sangat benci melihat seorang penganggur, tidak bekerja untuk kehidupan dunia dan akherat".

Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Iman Asy-Syafi'i yang berkata:
memindahkan watu besar dari atas pegunungan
yaitu lebih saya sukai dari mengharapkan
pemdiberian orang
orang-orang menyampaikan bahwa pekerjaan menyerupai itu yaitu cela
saya katakan bahwa cela yaitu bagi orang yang minta-minta

Atas dasar pernyataan-pernyataan di atas, terang bagi kita bahwa Islam sangat memperhatikan pekerjaan, mencari nafkah dan rizki dari hasil perjuangan sendiri, menekankan pada ketrampilan, dan tidak menyukai kemalasan dan pengangguran.
0 Komentar untuk "Mulianya Mencari Pekerjaan, Nafkah Dalam Islam"

Back To Top