Menyiapkan Anak Sesuai Minat & Kemampuan

Masalah penting yang harus diketahui dan diperhatikan para pendidik secara baik ialah mengetahui kecenderungan anak terhadap suatu pekerjaan dan keahlian, harapan dan tujuan yang didambakannya.

Tidak syak lagi, bahwa kecerdasan belum dewasa itu tidak sama-beda, termasuk kemampuan dan keseimbangannya. Pendidik dan orangtua yang bijak ialah yang bisa menempatkan anak pada kawasan yang sesuai dengan minatnya, dalam lingkung­an yang sesuai dengannya.

Jika sang anak termasuk kelompok belum dewasa yang berotak cemerlang dan mempunyai minat besar dalam melanjutkan stu­dinya sampai selesai, maka pendidik dan orang bau tanah hendaknya menyediakan pramasukana dan persyaratan yang bisa membuka jalan menuju harapan dan merealisasikan harapannya.

Jika sang anak termasuk kelompok pertengahan dalam hal kecerdasannya, ia mempunyai kecenderungan untuk berguru ketrampilan atau pertukangan, maka pendidik dan orang bau tanah hendaknya megampang­kan jalan untuk mencapai tujuannya.

Jika sang anak termasuk kelompok bebal [sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran); bodoh], maka pendidik hendaknya mengarahkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kesiapan mental dan tabiatnya.

Ini tiruana diambil dari pengertian ucapan 'Aisyah ra. yang diriwayatkan Muslim dan Abu Daud:

أَمَرَنَا رَسُوْلُ اﷲِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُنْزِلَ النَّاسَ مَنَازِلَهُمْ ٠

"Rasulullah saw. menyuruh kami menempatkan orang-orang pada tempatnya masing-masing".

melaluiataubersamaini demikian, studi yang menjadi kecenderungannya akan sesuai dengan minatnya, sesuai dengan kecenderungan, pembawaan dan pandangannya. Siapa pun yang cenderung kepada sastra, sya'ir dan tulis menulis, ia tidak menonjol di bidang ilmu ukur, kedokteran dan matematika. Siapa yang berbakat pada ilmu ukur (arsitektur), ilmu eksak dan kedokteran, maka teramat susah untuk menonjol dalam sya'ir dan sastra.

Tidaklah simpel bagi anak untuk bisa menonjol dalam tiruana cabang ilmu pengetahuan yang ia pelajari. Tetapi sangat simpel bagi anak untuk menonjol dalam mata pelajaran yang disenangi­nya. Sedang mata pelajaran yang tidak disukai, maka kemung­kinan untuk dikuasai sangatlah kecil.

اِعْمَلُوْا فَكُلُّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ ٠

"Bekerjalah, maka setiap orang digampangkan untuk pekerjaan yang ia diciptakan untuknya".

Bertitik tolak dari aba-aba Rasulullah saw. dalam meme­lihara minat anak pada kawasan yang sesuai, para andal pendidikan Islam, dengan tokohnya Ibnu Sina, meminta untuk memelihara minat dan kecenderungan anak, kesiapan naluri dan kemampuan alamiahnya saat memdiberi petunjuk kepada ketrampilan yang dipilih atau bidang studi pilihannya.

Ibnu Sina menyerukan untuk memperhatikan kajian minat anak-anak, dan menjadikannya sebagai dasar untuk spesialisasi dan bidangnya. Ibnu Sina berkata, "Tidak tiruana pertukangan (keahlian) yang diperlukan anak da­pat dicapai. Tetapi tergantung pada abjad dan pengarahannya. Bahwa seandainya seni sastra dan keahlian sanggup memenuhi minat dan harapan tanpa tergantung pada abjad dan pengarahan, maka tiruana orang pun sanggup menjadi andal pertukangan dan andal sastra.

melaluiataubersamaini demikian tiruana orang pun dengan simpel sanggup menentukan keahlian yang paling mulia dan tinggi dalam seni sastra dan pertukangan. Barangkali, abjad insan sanggup menentukan tiruana seni sastra dan pertukangan, sehingga tidak ada lagi keter­gantungan padanya. Oleh lantaran itu, para pendidik yang membina belum dewasa dan juga orang bau tanah hendaknya menentukan pertukangan (keahlian) dengan mempertimbangkan abjad (pembawaan) sang anak, mengukur kecakapannya dan menguji kecerdasannya. Kemudian, berdasar­kan ini tiruana, haruslah dipilih keahlian apa yang sesuai untuk­nya".)

'Abdur Rahman bin Al-Jauzi, (wafat 597 H.) sangat mem­perhatikan klarifikasi kepentingan persiapan (kesiapan) naluri anak dan menjaga arahan.

Ia berkata, "Pada dasarnya, acara tidak akan sesuai kecuali bagi individu yang cerdik. Dan keledai tidak mempunyai kegunaan untuk olahraga, termasuk hewan buas, meski dididik semenjak kecil. Ia tidak akan meninggalkan pembawaannya untuk memangsa".)

Benarlah Rasulullah saw. yang bersabda, yang diriwayatkan Ath-Thabrani dan Ibnu 'Abbas:

Ini berarti bahwa kecerdasan dan kebebalan mempunyai pe­ngaruh besar dalam kemajuan dan keterbelakangan anak dalam pembentukan kultural dan persiapan intelektualnya. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang berkata:

jikalau seseorang dilahirkan tidak pintar kelahirannya terlampau ialah tak berguna

Karenanya, pendidik hendaknya memakai segala upaya yang baik dalam mengenal kejiwaan anak. Apa yang terkandung di dalamnya, kecerdasan atau kebebalan, apakah lebih cenderung kepada berguru atau pertukangan?

Kemampuannya itu mempunyai kegunaan untuk bisa membelah jalan ke­hidupan dengan apa yang sesuai dengan kemaslahatannya dan keinginannya, baik bekerjasama dengan kemajuan berguru atau dengan kemajuan pertukangan dan perniagaan. Pada keduanya ini, terdapat kegunaan bagi anak itu sendiri dan umat insan tiruana.

Pendidik, orang bau tanah lebih-lebih sang ayah, diperlukan tidak mengha­langi antara anak dan kehendaknya yang didambakan dalam ke­hidupan, jikalau dalam kehendak ini terdapat kemaslahatan dan faedah yang diharapkannya.

Jika sang anak yang tergolong cerdas berkeinginan menda­patkan ilmu pengetahuan, maka pendidik dan orang bau tanah dihentikan menghalang-halanginya, meski sang ayah mendapat kesusahan dalam pem­biayaan. Sebab, kelak ia akan memetik buah pengurbanannya saat melihat anaknya sudah berada dalam barisan cerdik cendikiawan terkemuka.

Jika sang anak bermaksud bekerja di bidang ketrampilan atau perniagaan, maka sang ayah juga dihentikan menghalangi­nya. Tetapi sang ayah hendaknya membimbing kehendaknya itu sehingga mencapai kemajuan yang diharapkan, baik ketram­pilan maupun perniagaan.

Jika sang ayah menjadi watu penghalang kehendak anak yang sudah terang kemaslahatannya, sudah barang tentu anak akan mengalami benturan jiwa. Kesehatannya akan terpengaruh, bahkan mungkin akan timbul permusuhan antar keduanya. Akhirnya bisa mengakibatkan pendurhakaan anak, putusnya hubungan antar keduanya. Dan ini disebabkan kelalaian sang ayah yang tidak bijaksana dan tidak memperhitungkan lantaran akibatnya.

Benarlah Rasulullah saw. yang bersabda:

رَحِمَ اﷲُ وَالِدًا أَعَانَ وَلَدَهُ عَلَى بِرِّهِ٠

"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada ayah yang me­nolong anaknya untuk berbakti kepadanya". (H.R. Abu Asy-Sya'ikh dalam Ats-Tsawab).
0 Komentar untuk "Menyiapkan Anak Sesuai Minat & Kemampuan"

Back To Top