Berhati-hatilah dengan Pelit, Jadilah Dermawan. Janganlah engkau pelit dan mempunyai budpekerti yang tercela. Tidaklah berkumpul kedua(sifat) ini bersama keimanan yang benar. Jadilah orang yang senang memberi dengan harta dan bersikap lemah lembutlah.
Arti dari bait kalimat di atas ialah Berhati-hatilah apabila berkumpul dalam dirimu sifat pelit dan budpekerti yang tercela. Karena kedua sifat itu mustahil berkumpul di dalam diri seseorang yang diberiman. melaluiataubersamaini kata lain, kepercayaan mustahil ada dalam diri seseorang apabila kedua sifat [pelit dan budpekerti tercela] itu ada di dalam dirinya.
Karena pelit itu lahir dari prasangka jelek (su'udzan) kepada Allah dan tidak yakin kepada jaminan Allah atas orang-orang yang dermawan. Sedangkan budpekerti yang tercela lahir dari hati yang sempit.
Dalil Allah dalam al Qur'an tentang sifat pelit, Allah berfirman :
"Barang siapa yang Allah menghendaki akan mempersembahkan kepadanya petunjuk, pasti Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki llah kesesatannya, pasti Allah mengakibatkan dadanya (hatinya) sesak lagi sempit, seperti ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak diberiman. (al-An’aam 125)
Dalil dari hadits Nabi Muhammad tentang kekerabatan pelit, budpekerti tercela dan seorang mukmin, yang artinya :
"Dua kasus yang tidak berkumpul dalam hati seorang mukmin: pelit dan budpekerti yang tercela." (HR. Tirmidzi)
Hadist ini mengandung peringatan yang keras atas dua kasus yang tercela tersebut. Karena kedua kasus pelit dan budpekerti tercela sanggup menghilangkan kesempurnaan kepercayaan dalam diri seseorang, yang selanjutnya sanggup mencabut kepercayaan dari diri seseorang dan berakhir dengan mati dalam keadaan su'u al-khatimah. Semoga Allah mempersembahkan kita ampunan dan melindungi kita dari kedua kasus tercela tersebut.
Dalil al Qur'an Pujian atas Sifat Dermawanan dan Celaan atas Sifat Pelit
Mengenai kebanggaan atas kedermawanan dan celaan atas sifat pelit sudah dijelaskan dalam al-Qur’an,
Artinya : Adapun orang yang mempersembahkan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang gampang. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaa baginya apabila ia sudah binasa.(al-Lail [92]:5-ll)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada hari dikala seorang hamba memasuki waktu pagi kecuali kedua malaikat berdoa. Salah satunya berdoa, 'Ya Allah diberilah kepada orang yang diberinfak gantinya.' Dan malaikat yang satu berdoa, 'Ya Allah diberikan kepada orang yang pelit kehancuran."' (HR. Bukhari- Muslim)
Diriwayatkan oleh Abu Umamah, Rasulullah saw bersabda, "Wahai anak Adam, bantu-membantu apabila engkau menginfakkan harta yang lebih milikmu itu baik bagimu dan apabila engkau pelit atasnya itu jelek bagimu, dan tidaklah tercela bagi orang-orang yang mempunyai harta sebatas yang dibutuhkan." (HR. Muslim)
Diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud, Rasulullah bersabda, "Allah menghidupkan dua hamba dari hamba-hambaNya setelah keduanya meninggal dunia. Keduanya ialah orang yang mempunyai harta dan anak yang banyak. Allah berkata kepada salah satu dari kedua orang itu, 'Apa yang engkau lakukan atas apa yang sudah Aku diberikan kepadamu?' orang itu berkata, 'Aku meninggalkannya untuk anak-anakku lantaran saya takut mereka menjadi miskin.' Allah berkata kepadanya, 'Apakah engkau tidak yakin dengan kemurahanku. Sesungguhnya apa yang engkau takutkan atas mereka sudah Aku turunkan kepada mereka (kemiskinan).' Lalu Allah berkata kepada yang satunya, 'Apa yang engkau lakukan atas apa yang sudah Aku diberikan kepadamu?' orang itu berkata, 'Aku infaqkan dalam ketaatan kepadaMu, dan saya yakin dengan nasib anak-anakku lantaran kemurahanMu.' Allah berkata, 'Apa ang sudah engkau yakini atas mereka, sungguh sudah saya diberikan kepada mereka (kekayaan).'" (Thabrani).
Imam Ghazali berkata: Ketahuilah! Sesungguhnya sifat pelit itu akan membawa kepada kerusakan yang sangat besar. Dasar dari sifat pelit ialah cinta kepada harta, baik atas harta miliknya atau milik orang lain yang ingin dimilikinya.
Ketahuilah! Memiliki harta itu bukanlah hal yang tercela. Karena setiap orang untuk menuju Allah memerlukan kendaraan yaitu tubuhnya. Dan, badan itu memerlukan makanan, pakaian dan daerah tinggal. Akan tetapi orang yang memahami tujuan dari harta itu, beliau tidak akan mengambilnya kecuali sebatas apa yang diperlukan. Apabila berlebihan, maka ibarat seorang musafir yang membawa bekal terlalu banyak sehingga memberatkan dirinya sendiri dan beliau sanggup celaka dengan barang bawaannya sendiri.
Begitu pula, mempunyai harta yang lebih dari apa yang diharapkan sanggup membawa kerusakan, lantaran ia sanggup membawa hawa nafsunya dalam kemaksiatan. Hal itu disebabkan beliau sanggup melaksanakan apa saja dengan harta yang dimilikinya. Sedangkan untuk menjaga dirinya beliau tidak mampu, lantaran sabar atas apa yang beliau bisa lakukan sangatlah erat. Selain itu, harta yang berlebih sanggup memalingkan dirinya dari kikir dan diberibadah kepada Allah, yang ialah inti dari kebahagian yang awet. Dan, bagi yang menyia-nyiakan keduanya (dzikir dan ibadah) akan mengalami kerugian yang sangat besar.
Allah berfirman, Hai orang-orang yang diberiman, tidakbolehlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan engkau dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (al-munaafiquun [63]:9)
Hal itu sanggup terjadi, dikala hati disibukkan dengan urusan perusahaan ibarat pengaturan manajemen, mencari solusi dalam pertengkaran di antara karyawan atau administrasi keuangan. Semua itu akan menyibukkan hati dan raganya dari ibadah kepada Allah, bahkan akan menciptakannya cinta kepada dunia dan kebencian akan kematian. Yang berarti beliau benci bertemu dengan Allah dan orang yang benci bertemu dengan Allah maka Allah benci bertemu dengannya.
Selanjutnya beliau akan melaksanakan hal-hal yang dimurkai Allah, ibarat mencari muka dihadapan manusia, riya (pamer), munafik dan mengatas namakan agama untuk kepentingan duniawi. Bukan spesialuntuk itu saja, akan timbul permusuhan dan pertengkaran untuk meraih itu tiruana. Dan, masih banyak lagi hal-hal negatif yang ditimbulkan darinya.
Arti dari bait kalimat di atas ialah Berhati-hatilah apabila berkumpul dalam dirimu sifat pelit dan budpekerti yang tercela. Karena kedua sifat itu mustahil berkumpul di dalam diri seseorang yang diberiman. melaluiataubersamaini kata lain, kepercayaan mustahil ada dalam diri seseorang apabila kedua sifat [pelit dan budpekerti tercela] itu ada di dalam dirinya.
Karena pelit itu lahir dari prasangka jelek (su'udzan) kepada Allah dan tidak yakin kepada jaminan Allah atas orang-orang yang dermawan. Sedangkan budpekerti yang tercela lahir dari hati yang sempit.
Dalil Allah dalam al Qur'an tentang sifat pelit, Allah berfirman :
فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهۡدِيَهُۥ يَشۡرَحۡ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِۖ وَمَن يُرِدۡ أَن يُضِلَّهُۥ يَجۡعَلۡ صَدۡرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجٗا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي ٱلسَّمَآءِۚ كَذَٰلِكَ يَجۡعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ
"Barang siapa yang Allah menghendaki akan mempersembahkan kepadanya petunjuk, pasti Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki llah kesesatannya, pasti Allah mengakibatkan dadanya (hatinya) sesak lagi sempit, seperti ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak diberiman. (al-An’aam 125)
Dalil dari hadits Nabi Muhammad tentang kekerabatan pelit, budpekerti tercela dan seorang mukmin, yang artinya :
"Dua kasus yang tidak berkumpul dalam hati seorang mukmin: pelit dan budpekerti yang tercela." (HR. Tirmidzi)
Hadist ini mengandung peringatan yang keras atas dua kasus yang tercela tersebut. Karena kedua kasus pelit dan budpekerti tercela sanggup menghilangkan kesempurnaan kepercayaan dalam diri seseorang, yang selanjutnya sanggup mencabut kepercayaan dari diri seseorang dan berakhir dengan mati dalam keadaan su'u al-khatimah. Semoga Allah mempersembahkan kita ampunan dan melindungi kita dari kedua kasus tercela tersebut.
Dalil al Qur'an Pujian atas Sifat Dermawanan dan Celaan atas Sifat Pelit
Mengenai kebanggaan atas kedermawanan dan celaan atas sifat pelit sudah dijelaskan dalam al-Qur’an,
فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ . وَصَدَّقَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ . فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡيُسۡرَىٰ . وَأَمَّا مَنۢ بَخِلَ وَٱسۡتَغۡنَىٰ . وَكَذَّبَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ. فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡعُسۡرَىٰ . وَمَا يُغۡنِي عَنۡهُ مَالُهُۥٓ إِذَا تَرَدَّىٰٓ .
Artinya : Adapun orang yang mempersembahkan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang gampang. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaa baginya apabila ia sudah binasa.(al-Lail [92]:5-ll)
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada hari dikala seorang hamba memasuki waktu pagi kecuali kedua malaikat berdoa. Salah satunya berdoa, 'Ya Allah diberilah kepada orang yang diberinfak gantinya.' Dan malaikat yang satu berdoa, 'Ya Allah diberikan kepada orang yang pelit kehancuran."' (HR. Bukhari- Muslim)
Diriwayatkan oleh Abu Umamah, Rasulullah saw bersabda, "Wahai anak Adam, bantu-membantu apabila engkau menginfakkan harta yang lebih milikmu itu baik bagimu dan apabila engkau pelit atasnya itu jelek bagimu, dan tidaklah tercela bagi orang-orang yang mempunyai harta sebatas yang dibutuhkan." (HR. Muslim)
Diriwayatkan oleh Ibn Mas’ud, Rasulullah bersabda, "Allah menghidupkan dua hamba dari hamba-hambaNya setelah keduanya meninggal dunia. Keduanya ialah orang yang mempunyai harta dan anak yang banyak. Allah berkata kepada salah satu dari kedua orang itu, 'Apa yang engkau lakukan atas apa yang sudah Aku diberikan kepadamu?' orang itu berkata, 'Aku meninggalkannya untuk anak-anakku lantaran saya takut mereka menjadi miskin.' Allah berkata kepadanya, 'Apakah engkau tidak yakin dengan kemurahanku. Sesungguhnya apa yang engkau takutkan atas mereka sudah Aku turunkan kepada mereka (kemiskinan).' Lalu Allah berkata kepada yang satunya, 'Apa yang engkau lakukan atas apa yang sudah Aku diberikan kepadamu?' orang itu berkata, 'Aku infaqkan dalam ketaatan kepadaMu, dan saya yakin d
Selanjutnya beliau akan melaksanakan hal-hal yang dimurkai Allah, ibarat mencari muka dihadapan manusia, riya (pamer), munafik dan mengatas namakan agama untuk kepentingan duniawi. Bukan spesialuntuk itu saja, akan timbul permusuhan dan pertengkaran untuk meraih itu tiruana. Dan, masih banyak lagi hal-hal negatif yang ditimbulkan darinya.
Tag :
Ilmu Akhlak
0 Komentar untuk "Tidaklah Beriman Jika Pelit Dan Berakhlak Tercela"