Penjelasan Wacana Kebenaran Alquran

Suatu kupasan bagi mereka yang memperbandingkan "Al Wilayah " (kewalian) dan "An Nubuwah " (ke-Nabian) dengan menghadirkan ruh-ruh yang dipergunakan oleh setan untuk merusak akidah-akidah umat manusia. Seperti kasus ruh seorang Hindu (SILVERBORJ) yang mereka katakan sudah hadir demi untuk memperbaiki alam semesta ini. 

Di sini muncul kasus yang menarikdanunik: Apakah insiden (sejarah) dakwah Rasulullah saw. yang sanggup merubah tatanan masyarakat (mapan) sudah hilang dari pemikiran manusia. 

Kalau mereka bisa menghadirkan ruh-ruh, pasti para Rasul dan Anbia seperti; Nabi Muhammad, Al Masih dan Musa bisa menhadirkan, lantaran mereka begitu berpengaruh serta teguh (Imannya). 

Jiwa-jiwa yang mulia yaitu milik para Rasul dan para Nabi. Bahkan para aulia yang sudah keluar meninggalkan dunia dengan segala sifatnya untuk menuju alam yang lebih tinggi. 

Di dalam kitab "Al Wujud " (madzhab Hindu) dijelaskan, bahwa ruh orang yang sudah meninggal sanggup dihadirkan melalui mantera-mantera dan sesaji. Syarat yang harus dipenuhi yaitu masuk ke dalam kaleng besar (drum) untuk mensucikan diri dari nafsu duniawi dan menerima masukan berupa ruh-ruh (yang dianggap suci) jelmaan dari orang (tokoh-tokoh) yang diagungkan. Disinilah peluang bagi setan untuk memperdaya manusia. 

Di dalam mengarungi pembahasan ihwal wujud Dzat Allah, mereka mencurigai tiruana aliran agama yang ada dan mendustakan para rasul dan aulia Allah dengan mendewakan kecerdikan pikiran semata

Hendaklah anda mendengarkan aku, lantaran sebenarnya saya akan mengajukan pertanyaan. Apakah mungkin bagi anda untuk menghukum atas salah atau benarnya suatu kasus Al Jabar tanpa memahami terlebih lampau rumus untuk sanggup memecahkannya?. Apakah mungkin bagi anda untuk membatasi badan matahari, dengan spesialuntuk memandang kepadanya dari jauh (pandangan sepintas) tanpa memakai alat yang sanggup mendekatkan kepada anda jaraknya? Atau apakah mungkin bagi anda dengan spesialuntuk memandang seorang insan untuk bisa memilih penyakitnya ? Dan apakah mungkin bagi anda untuk bangun di atas permukaan perahu yang besar, kemudian anda menetapkan kepada kita arah ynng kita kehendaki tanpa pedoman (kompas) yang memdiberi petunjuk? Apakah mungkin bagi anda untuk memilih bagi kita dalamnya lautan tanpa suatu alat?. Semua itu yaitu tidak mungkin untuk sanggup dilakukan. 

Pembahasan ini ialah kasus "Uluhiah" ketuhanan) dan masalah-masalah mistik yang berkaitan dengan makrifat para Rasul dan pa ra Anbia serta aulia kepada-Nya. Maka bagaimana gerangan anda sanggup mencapai makrifat yang demikian itu tanpa lantaran yang melatarinya dan peralatan serta ilmu pengetahuan yang memadai. Apakah anda sanggup kembali secara fitrah kepada Allah, sampai tersebarlah pada sudut-sudut hati sanubari anda kesejahteraan "Aqidah " (kejjercayaan) dan cahaya keimanan, ketentraman serta rasa takut? Apakah pernah anda bersujud satu kali kepada Allah dalam keadaan khusyu ? 

Apakah anda sudah memasang indera pendengaran untuk mendengarkan dengan penuh penyerahan demi patuh, taat terhadap segala perintah Allah? Kemudian mengontrol hawa nafsu dari apa yang dihentikan dan bersiap untuk mengkaji apa yang diterangkan tentan kejelekannya dalam Al Qur'an? Apakah anda sudah menarikdanunik kembali kendali (kekang) pimpinan diri anda dari tangan setan, kemudian anda mengosongkan hati-sanubari, jiwa yang murni dan suci dari syirik

Apakah anda sudah mengetahui, ihwal banyak sekali agama dan perangainya yang sudah tercantum dalam kitab mereka? Allah SWT. dalam hal ini mengingatkan kepada kita dengan firman-Nya :

"Allah hendak menunjukan (hukum syariat-Nya) kepadamu. Dan memimpinmu kepada jalan-jalan orung sebelum engkau (para Nabi dan salihin) dan hendak mendapatkan taubatmu. Sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya, bermaksud biar engkau berpaling sejauh-jauhnya dari kebenaran." (An Nisa 26-27) 

Sesungguhnya apabila engkau berkeinginan (wahai yang merasa ragu terhadap Al Qur'an) demi mencapai makrifat kepada Allah SWT., maka hal tersebut spesialuntuk sanggup ditempuh dengan hati sanubari dan cahaya dzat dirimu semata. Itulah yang lebih akrab kepada makrifat dari segala yang selainnya (perihal hakikat dan bukti) dan tidak memutar-balikkan haikat, dengan memakai alasan-alasan mantik (logika). Dimana tiruana itu sangat kering dari cahaya iman serta hikmat kebijaksanaan dan tiada mendidik (membimbing) ke jalan yang lurus. 

melaluiataubersamaini kecerdikan budi, pemikiran, pembahasan-pembahasan yang diikuti oleh keimanan ialah hasil dari ke-Maha Murahan Allah SWT. sepertiyang syair diberikut ini :

 ظَنَنْتُ جَهْلاً بِأَنَّ اللهَ تُدْرِكُهُ# ثَوَاقَبَ الْعَقْلِ اَوْيَحْوِيْهِ بُرْهَانُ اَوِالْعُقُوْلَ اِحَاطَتُهُ بِدَيْهِتِهَا# اَوْاَنْ يَكُوْنَ بِهِ لَوْلاَءُاِيْمَانُ 

Aku sudah menyangka dengan kebodohanku. Bahwa Allah sanggup dicapai oleh kecerdikan budi. Yang cerdas atau sanggup diliputi oleh burhan; Atau penalaran sanggup meliputi-Nya. Atau menjadi keimanan kalau bukan karenanya. 

Sesungguhnya Allah sudah membuat kalian dari ketidak beradaan menjadi wujud yang sempurna. Kemudian diserahkan kepadamu kehendak dan dihibahkan pula padamu kemampuan untuk sanggup membedakan serta berfikir dengan kecerdikan budi. Kemudian diutus para Rasul yang membawa kitab dan petunjuk untuk menempuh jalan kepada Allah

Kalau sekiranya insan spesialuntuk menfungsikan satu sisi saja dari pemdiberian Allah dan hal itu ialah kaidah (peraturan) terkena pembahasan ihwal Allah atau makrifat kepada-Nya, maka alangkah celakanya insan kala dua puluh ini. 

Orang-orang salaf lebih akrab kepada Allah dengan kesempurnaan kecerdikan yang difungsikan secara fitrah (tuntunan Al Qur’an). Sedang umat final zaman (masa kini) berlaku sebaliknya. 

sepertiyang firman Allah SWT.:

"Dan bila mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi bila mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Andaikan kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini dan tiruana yang ada di dalamnya." (Al A'raf 146 dan Al Mukminun 71) 

Maka siapakah kiranya yang mengatakan, bahwa Allah sanggup dikenal dari jalan kegalauan ataupun dari jalan pengingkaran dan menyimpang dari kebenaran. Agama dan syariat (pada pertamanya) sudah memdiberi petunjuk kepada mahluk tanpa ilmu pengetahuan, sekali-kali tidak. Andaikata hal itu tetap berlaku, pasti akan berubahlah segala benda dan sifat alam ini dari yang seharusnya. 

Allah SWT. berfirman : 

"Sungguh bukan matanya yang buta, tetapi yang buta itu hatinya yang di dalam rongga dadanya." (Al Hajj 46) 

Hendaklah kalian, wahai manusia, memperhatikan susunan badan yang menjadi ketentuan dari Allah. Kemudian gunakan fikiran (yang juga disediakan Allah untuk kita) apa dan kenapa serta bagaimana ke-Agungan penciptanya. Sesudah itu perhatikan alam sekitar yang memuat berjuta-juta (bahkan bertrilyun-trilyun) susunan dan benda yang ada padanya. Apakah kalian sanggup melihat, apakah Allah sudah membuat itu sia-sia (tidak ada keuntungannya bagi manusia)? 

Bahkan menjadi kewajiban atas kalian untuk memperhatikan. Niscaya akan aktual bagi kalian kebenaran yang terang benderang ihwal hakikat kebenaran-Nya. Disana akan tampak terperinci kelembutan Allah didalam mencipta mahluknya, sekaligus sebagai dalil (bukti) yang sanggup memperteguh Iman. Allah SWT. memperingatkan mereka (orang-orang yang ragu) akan kebenaran firman-Nya sebagai diberikut:

"Mereka dalam keadaan resah antara yang demikian (iman atau kafir), tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang yang diberiman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali engkau tidak mendapatkan jalan untuk memdiberi petunjuk kepadanya." (An Nisa 143)
0 Komentar untuk "Penjelasan Wacana Kebenaran Alquran"

Back To Top