Cara-Cara Menasehati Berdasar Pedoman Rasulullah

Metode dengan nasehat ialah salah satu metode yang diajarkan dalam islam dalam cara mendidik secara umum maupun secara islami. Di bawah ini ialah contoh-contoh metode pendidikan dengan nasehat dalam anutan islam menurut anutan islam dan sunnah atau hadits Nabi Muhammad SAW.

Memulai nasehat dengan Bersumpah Kepada Allah.

Ini dimaksudkan untuk menarikdanunik (membangunkan) per­hatian orang yang mendengarkan sebab pentingnya apa yang akan diucapkan, untuk dikerjakan atau dijauhi.

Muslim dalam Shahih-nya meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa dia bersabda:

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لاَ تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ  حَتَّى تُؤْمِنُوْا٬ وَلاَ  تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا ٠٠٠ أَوَلاَ أَدُُ لُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أُفْشُوْا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ٠

Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah kalian akan masuk surga sehingga kalian diberiman. Dan tidaklah kalian akan diberiman sehingga kalian saling cinta-mencintai. Apakah kalian mau jikalau saya tunjukkan kepadamu sesuatu yang jikalau kalian kerjakan pasti kalian saling cinta-mencintai? Sebarkanlah (ucapan) salam di antara kalian".

Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda:

وَ اﷲِ لاَيُؤْمِنُ ٬ وَ اﷲِ لاَيُؤْمِنُ ٬ وَ اﷲِ لاَيُؤْمِنُ ٬قِيْلَ مَنْ يَارَسُوْلَ اﷲِ ؟ قَالَ ׃الَّذِيْ لاَيَأْمَنُ  جَارُهُ بِوَائِقَهُ أَيْ شُرُوْرَهُ٠

Demi Allah tidak diberiman. Demi Allah tidak diberiman. Demi Allah tidak diberiman. Dikatakan, "Siapa wahai Rasulullah?” Sabda Rasulullah saw., "Orang yang tidak memdiberi rasa kondusif kepada tetangganya sebab kejahatannya".

Mencampur nasehat dengan Canda
Ini dimaksudkan untuk menggerakkan rasio, menghilangkan jemu dan menimbulkan daya tarik. Di antaranya:
Apa yang diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Anas ra., ia berkata:
"Sesungguhnya seorang pria hadir kepada Rasulullah saw. meminta sebuntut sapi jantan dari harta sedekah, untuk dibawa di atasnya harta bendanya. Maka Rasulullah saw. berkata, "Se­sungguhnya saya akan membawamu di atas anak unta". Orang itu berkata, "Ya Rasulullah, apa yang saya perbuat dengan anak unta?" Rasulullah saw. berkata, "Apakah unta melahirkan spesialuntuk unta betina?"

Maka Rasulullah saw. memdiberi pemahaman dengan jalan canda, bahwa unta, meski besar (tua), ia masih bisa membawa beban berat, selama dilahirkan dari unta betina".

Dan canda Rasulullah saw. mirip ini masih banyak disebut­kan dalam hadits.

Sederhana dalam nasehat Agar Tidak Membosankan

Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Samrah ra.', ia ber­kata:

كُنْتُ أُصَلِّي مَعََ النَّبِيِّ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكاَنَتْ صَلاَتُهُ قَصْدًا أَيْ وَسَطًا٠

Aku pernah shalat bersama Rasulullah saw., maka shalatnya pertengahan (tidak panjang dan tidak pendek bacaannya)".

Abu Daud meriwayatkan dari Jabir bin Samrah, bahwa:

كَانَ رَسُوْلُ اﷲِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يُطِيْلُ الْمُوْعِظَةَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ٬ إِنََّمَا هِيَ كَلِمَاتٌ يَسِيْرَاتٌ٠

Rasulullah saw. tidak memperpanjang nasehat pada hari Jum'at, (namun) spesialuntuk ialah kata-kata yang sederhana.

وَمِمَّا يُرْوَى عَنْهُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ أَنَّهُ إِذَا خَطَبَ لاَ يَخُلُّ وَلاَ يَمُلُّ ٠

Diriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa jikalau dia berkhutbah tidak ngelantur dan tidak menjemukan.

كَانَ رَسُوْلُ اﷲِ صَلَّى اﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِالْمَوْعِظَةِ مَخََافَةَ السَّآمَةِ٠

Rasulullah saw. juga tidak memperpanjang nasehatnya kepada kami, dikhawatirkan akan menjemukan.

Nasehat dengan Memdiberikan Perumpamaan:

Untuk memperjelas nasehat dan pengajarannya, Rasulullah saw sering menggunakan perumpamaan dengan apa yang sanggup mereka saksikan dengan mata kepala dan berada dalam jangkauan mereka, sehingga nasehat sanggup lebih membekas pada hati dan akal.

An-Nasa'i dalam Sunan-nya meriwayatkan dari Anas ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الأَتْرُجَّةِ فَاكِهَةٍ تُشْبِهُ الْبُرْتُقَالَ رِيْحُهَا طَيِّبٌ٬ وَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِيْ لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ٬ وَ مَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِيْ لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلاَ رِيْحَ لَهَا٬ وَ مَثَلُ جَلِيْسِ  السُّوْءِ كَصَاحِبِ الْكِيْرِ كَمَثَلِ الْحَدَّادِ النَّافِخِ فِى النَّارِ اِنْ لَمْ يُصِبْكَ مِنْ سَوَادِهِ أَصَابَكَ مِنْ دُخَانِهِ٠

Perumpamaan orang Mukmin yang suka membaca Al-Qur'an ialah mirip buah "al-atrujjah" (nama buah-buahan yang menyerupai jeruk), baunya semerbak, rasanya enak. Perumpa­maan orang Mukmin yang tidak suka membaca Al-Qur'an ialah mirip kurma, rasanya lezat tapi tidak berbau. Perumpamaan orang durhaka yang suka membaca Al-Qur'an ialah mirip tumbuh-tumbuhan yang harum baunya tetapi rasanya pahit. Perumpamaan orang durhaka yang tidak membaca Al-Qur'an ialah mirip buah paria, rasanya pahit dan tidak berbau. Perumpamaan mitra yang jahat ialah mirip tukang berilmu besi, jikalau hitamnya tidak terkenamu, maka paling tidak asapnya akan terkenamu ".

Perumpamaan yang dikemukakan Rasulullah saw. ini ialah sangat besar dan dalam pengaruhnya di hati orang-orang yang mendengarkan untuk menyukai kebaikan dan menjauhi kejahatan.

Nasehat dengan Memperagakan Tangan

Jika Rasulullah saw. menghendaki ketegasan suatu kasus yang penting, dia memperagakan kedua tangannya, mengisya­ratkan bahwa kasus penting itu harus diperhatikan dan diamal­kan.

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Al- 'Asy'ari ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَكَ رَسُوْْلُ اﷲِ بَيْنَ أَصَابِعِهِ

"Orang Mukmin bagi orang Mukmin lainnya ialah sebagai­mana bangunan yang saling memperkuat". Dan dia menyi­langkan antara jari jemarinya.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Sahal bin Sa'ad«As-Sa'idi ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:

أَنَا وَكافِلُ الْيَتِيْمِ فِى الْجَنَّةِ كَهَا تَيْنِ ، وَأَشَارَ بِالسَّبَابَةِ وَالْوُسْطَى

"Saya bersama orang yang memelihara anak yatim di surga mirip kedua jemari ini". Dan dia mengacungkan telun­juk dan jari tengahnya.

At-Tirmidzi dalam Sunan-nya meriwayatkan dari Sufyan bin Abdullah Al-Bajali ra., ia berkata: Saya berkata, "Wahai Rasulullah, katakanlah pada suatu kasus yang akan saya pegang kuat-kuat". Rasulullah saw. men­jawaban, "Katakanlah Tuhanku ialah Allah, lalu diberistiqamahlah". Saya berkata, "Wahai Rasulullah, apakah yang paling engkau khawatirkan atasku?" Rasulullah saw. menjulurkan lidah­nya dan memegangnya seraya berkata, "Ini".

Masih banyak referensi hadits mirip ini.

Nasehat dengan Memperagaan Gambar

Rasulullah saw. menggariskan telunjuknya di tanah, di ha­dapan para teman dekatnya untuk memperjelas sebagian pemahaman yang penting, dan mendekatkan kepada nalar mereka sebagian citra yang bermanfaa.

Al-Bukhari dalam Shahih-nya meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud ra., ia berkata:

Rasulullah saw. membuat garis untuk kami berupa segi empat, dan menggariskan sebuah garis di luarnya, dan menggaris­kan garis-garis kecil membentang di tengah dari kedua sisi, dan dia bersabda, "Ini ialah manusia. Dan ini ialah janjkematian yang meliputinya. Dan garis yang di luar ini ialah harapannya. Dan garis-garis kecil yang membentang ini ialah insiden dan mala­petaka yang hadir tiba-tiba. Maka jikalau yang ini salah, akan digigit (dipatuk) oleh yang ini, dan jikalau mempersalahkan tiruananya maka akan ditimpa kelemahan".

Kemudian Rasulullah saw. dengan gambar di atas tanah itu pertanda bagaimana terdindingnya antara insan dan keinginan yang luas dengan kematian yang siap menyergap, ter­masuk malapetaka yang siap menerkam, atau kelemahan yang melumpuhkan. Ini ialah klarifikasi yang sangat anggun dari penga­jar pertama manusia, Muhammad saw.

Imam Ahmad dalam Musnad-nya meriwayatkan dari Jabir ra., ia berkata:

Kami pernah duduk-duduk di rumah Rasulullah saw., maka, dia membuat garis di atas tangan dengan tangannya — begini — dan bersabda, "Ini ialah jalan Allah". Dan dia membuat dua buah garis di sebelah kanan garis tadi, dua buah garis lagi di sebelah kirinya, dan bersabda, "Garis-garis ini ialah garis setan". Kemudian dia meletakkan tangannya pada garis yang berada di tengah dan membaca ayat ini, "Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini ialah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia; dan tidakbolehlah engkau mengikuti jalan-jalan (yang lain), sebab jalan-jalan itu mencerai beraikan engkau dari jalan-Nya. Yang de­mikian itu diperintahkan Allah kepadamu semoga engkau bertakwa". (Q.S. 6:153)

Kemudian, Rasulullah saw. dengan gambar di atas tanah itu pertanda kepada mereka metode (jalan) Islam, yaitu jalan yang lurus, yang mengantarkan kepada kebahagiaan surga. Dan selain prinsip, peraturan dan pikiran-pikiran itu ialah jalan-jalan setan yang mengantarkan kepada kehancuran dan neraka.
Nasehat dengan Amalan Praktis

Rasulullah saw. mempersembahkan referensi kepada para teman dekat­nya dengan referensi yang hidup terkena metode pendidikan, pengajaran dan pembinaan. Di bawah ini contoh-contohnya:

Abu Daud, An-Nasa'i, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari 'Amr bin Syua'ib dari ayahnya, dari kakeknya bahwa ada seorang pria hadir kepada Rasulullah saw. dan berkata:

"Wahai Rasulullah, bagaimana berwudhu' itu?" Maka Ra­sulullah saw. minta untuk dibawakan kepadanya air dalam sebuah bejana. Kemudian dia membasuh kedua belah tangannya seba­nyak tiga kali sehingga sempurna, lalu bersabda, "Maka, barang siapa yang lebih dari ini atau kurang, maka ia sudah ber­lebih-lebihan dan berbuat zhalim".

Al-Bukhari dalam Shahih-nya meriwayatkan bahwa Rasulul­lah saw. bersabda:

مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ بِشَيْءٍ مِنَ الدُّنْيَا غَفَرَ اﷲُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barang siapa yang berwudhu' mirip wudhu'ku ini, lalu shalat dua raka,at, yang di dalam shalat itu jiwanya tidak me­mikirkan tentang dunia sedikit pun, pasti ia akan diampuni segala dosanya yang terlampau ".

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits yang dikatakan bahwa Rasulullah saw. pada suatu shalat mengimami orang-orang, dan dia berada di atas mimbar semoga orang-orang tiruananya sanggup melihat shalatnya. Sesudah usai, beliaii menghadap kepada orang-orang itu dan bersabda:

يَااَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوْابِيْ وَلِتَعْلَمُوْا صَلاَتِيْ

Hai orang-orang, saya melaksanakan ini spesialuntuklah semata-mata semoga engkau makmum kepadaku, dan mempelajari shalatku.

Nasehat dengan Mempergunakan Kesempatan

Sering kali Rasulullah saw. mempergunakan peluang bagi siapa saja yang hendak didiberi petunjuk dan nasehat semoga lebih membekas dan memahami secara baik. Di antaranya ialah referensi di bawah ini:

Muslim meriwayatkan dari Jabir ra. bahwa Rasulullah saw. masuk pasar yang sesak. Kemudian dia melewati sebuntut anak kambing yang kedua telinganya kecil dalam keadaan mati. Lalu Rasulullah saw. memegang telinganya dan berkata:

"Siapa suka membeli anak kambing ini dengan satu dirham?" Orang-orang berkata, "Ditukar dengan apapun kami tidak suka, untuk apa kambing mati itu?" Rasulullah saw. berkata, "Apakah kalian suka jikalau anak kambing itu untuk kalian?" Orang-orang berkata, "Demi Allah, jikalau anak kambing itu hidup, maka pendengaran yang kecil ini ialah cela, bagaimana pula sedang ia mati?" Ra­sulullah saw. berkata, "Maka Demi Allah, bergotong-royong dunia ini lebih hina bagi Allah dari ini atas engkau sekalian!"

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umar bin Khaththab ra., ia berkata, Rasulullah saw. hadir membawa tawanan perang yang ternyata seorang perempuan dari sejumlah tawanan perang yang sudah memerah susunya. Dan tiba-tiba ia mendapat seorang bayi di antara tawanan tersebut, lalu diambil, di­peluk dan disusuinya. Maka Rasulullah saw. bersabda:

اَتَرَوْنَ هَذِهِ الْمَرْأَةَ طَارِحَةٌ وَلَدَهَا فِى النَّارِ ؟ وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ ، قُلْنَا ׃ لاَ وَاﷲِ ، قَالَ ׃ فَااﷲُ تَعَالَى أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا ٠

"Apakah kalian beropini bahwa perempuan ini akan mencampakkan anaknya ke neraka? Dan perempuan itu bisa untuk tidak mencampakkannya? Kami berkata, "Tidak, demi Allah". Rasulullah saw. berkata, "Maka Allah Ta'ala lebih me­ngasihani hamba-hamba-Nya dibanding perempuan ini menga­sihani anaknya".

Teknik menasehati dengan Memilih yang Lebih Penting

Rasulullah saw. menentukan suatu permasalahan yang lebih pen­ting. Di antaranya mirip referensi di bawah ini:

Apa yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Anas ra., bahwa seorang Badawi bertanya kepada Rasulullah saw.:

مَتَى السَّاعَةُ يَارَسُوْلَ اﷲِ؟ فَقَالَ لَهُ الرَّسُوْلُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ ׃ مَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟ قَالَ ׃ حُبُّ اﷲِ وَ رَسُوْلِهِ ، فَقَالَ ׃ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ٠

"Kapankah hari kiamat itu terjadi, ya Rasulullah?" Maka Rasulullah saw. bersabda, "Apa yang sudah engkau persiapkan untuknya?" Badawi tersebut menjawaban, "Mencintai Allah dan Rasul-Nya". Maka Rasulullah saw. bersabda, "Kamu se­nantiasa bersama dengan yang engkau cintai".

Kemudian Rasulullah saw. sudah menentukan pertanyaan ten­tang kapan bakal terjadinya hari final zaman — yang spesialuntuk Allahlah mengetahuinya — kepada suatu yang lebih penting, yaitu mem­persiapkan amal perbuatan saleh untuk hari kiamat. Ketika itu, umat insan akan bangkit dari kuburnya, menghadap Tuhan Semesta Alam.

Memdiberi nasehat dengan Menampakkan Sesuatu Yang Haram

Rasulullah saw. pernah mengambil dengan tangannya se­suatu yang haram dan dilarang, serta mengangkatnya di hadapan umum, untuk menetapkan kepada mereka sesuatu yang haram dan tidak boleh dengan perkataan dan penglihatan. Hal ini dimaksud­kan semoga lebih berkesan untuk dijauhi, lebih tegas dalam menun­jukkan yang haram. Di antaranya:

Apa yang diriwayatkan Abu Daud, An-Nasa'i dan Ibnu Majah dalam Sunah mereka, meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata, "Rasulullah saw. membawa (memegang) sutra dengan tangan kirinya dan emas dengan tangan kanannya, lalu mengangkatnya dengan tangannya, dan berkata:

إِنَّ هَذَيْنِ حَرَامٌ عَلَى ذُكُوْرِ أُمَّتِيْ٬ حِلٌّ لإِنَاثِهِمْ ٠

Sesungguhnya kedua barang ini ialah haram bagi ummatku yang laki-laki, dan halal bagi kaum wanitanya.

Demikianlah aneka macam metode nasehat yang digunakan oleh pengajar insan pertama, Muhammad saw. dalam mem­diberikan kode kepada orang sampaumur dan anak kecil, bahkan mempersembahkan petunjuk kepada orang-orang khusus dan kaum awam, di dalam rangka mengkokohkan keutamaan dan meluruskan yang bengkok. Dan metode-metode tersebut, mirip para pembaca melihatnya ialah bermacam-ragam. Rasulullah saw. tidak spesialuntuk menggunakan satu metode dalam memdiberi petunjuk kepada umat manusia, tetapi, beralih dari metode dongeng kepada dialog, suasana fokus kepada yang disertai canda yang mengena, dari mempersembahkan perumpamaan kepada pertanda dengan gambar atau memperagakan dengan tangan, dari pesan tersirat dengan kata-kata kepada ikutan dengan perbuatan, dari memdiberi peri­ngatan dengan Al-Qur'an kepada menampakkan tamsil ibarat dengan mempergunakan peluang, dari duduk kasus yang pen­ting kepada duduk kasus yang lebih penting, dari larangan dengan ucapan ke larangan dengan penglihatan.
0 Komentar untuk "Cara-Cara Menasehati Berdasar Pedoman Rasulullah"

Back To Top