Dalam mendidik anak para pendidik, guru agama dan juga orang tua sebaiknya memperhatikan belum dewasa dalam hal sosial anak kepada sesama, apakah ia menunaikan hak-hak orang lain. Apabila para pendidik menjumpai sang anak melalaikan hak dirinya sendiri, hak ibu atau bapaknya, hak saudara dan kerabat-kerabatnya, hak para pengajarnya, hak orang-orang yang lebih bau tanah darinya, maka para pendidik hendaknya membuktikan keburukan tersebut yang melalaikan serta akibat-akibat dari perlakuan ini.
melaluiataubersamaini demikian, dibutuhkan sang anak bisa mengerti, mendengar, sadar, dan tidak melalaikan hak-hak orang lain, memperhatikan tata norma dan susila dan juga tidak meremehkan tanggung jawaban. Sehingga tidak diragukan lagi, bahwa pengawasan yang ketat, perhatian yang terus menerus, dan peringatan sanggup menyebabkan dan menjadikan sang anak menjadi orang atau insan yang memiliki akal luhur, berjiwa besar, sanggup menunaikan hak setiap yang berhak dalam kehidupan tanpa mempergampang atau meremehkannya.
Para Pendidik dan juga orang bau tanah hendaknya memperhatikan segi budpekerti sosial anak dalam mendidik anak.
Sering kita menjumpai sang anak kurang sopan dalam tata cara makan, mengucapkan salam, dalam bercanda, berbicara, bersin, mengucapkan selamat, ta'ziah, atau dalam budpekerti sosial yang lainnya, oleh alasannya itu hendaknya para pendidik,orang bau tanah harus berusaha mendidik budpekerti sosial mereka seterbaik mungkin untuk mendidik para anak didik dan anaknya dengan budpekerti Islam, membiasakannya dengan kebiasaan utama, dan berperilaku terhormat.
Tidak diragukan, bahwa pendidikan dan pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, akan menjadikan anak sebagai insan yang bisa menunaikan kewajibannya secara tepat dalam menghormati orang lain dan tidak menghina orang lain, dan bergaul dengan mereka, memdiberikan hak mereka tanpa kurang suatu apapun.
Para pendidik dan orang bau tanah sebagai pendidik non formal dalam keluarga hendaknya memperhatikan perasaan mulia anak bersama orang lain. Apabila kita menjumpai anak bersifat egois, maka diberilah mereka petunjuk biar mereka suka menlampaukan kepentingan orang lain. Dan apabila dijumpai sang anak simpel marah, maka hendaknya tanamkanlah benih kecintaan dan kejernihan jiwa. Apabila dijumpai sang anak tidak menghalalkan yang halal dan tidak mengharamkan yang haram, maka perintahlah mereka untuk bertakwa, dan mengingatkan akan adzab Allah dan kehidupan akherat. Sehingga, tertanam dalam lubuk hatinya suatu rasa bahwa Allah senantiasa memperhatikan dan mengawasinya.
Sehingga dengan demikian, sang anak akan takut kepada-Nya. Apabila para pendidik dan orang bau tanah sebagai pendidik menjumpai sang anak tertimpa penyakit atau sesuatu yang tidak disenangi, tanamkanlah dalam lubuk hatinya terkena keyakinan mendapatkan qadha dan qadar. Demikianlah upaya para pendidik, orang bau tanah dalam menanamkan jiwanya terkena pokok-pokok kejiwaan, ibarat iman, takwa, dan muqarabah. Para pendidik, orang bau tanah hendaknya juga menanamkan ke dalam hati sang anak yang suci perasaan menlampaukan orang lain, kecintaan, lemah-lembut dan kemurnian jiwa. Sehingga, kalau sudah remaja dan baligh, ia akan menunaikan hak Allah, hak dirinya sendiri, hak para hamba-Nya yang lain, dan menjadi insan yang seutuhnya, bijaksana, dihormati, dan dimuliakan orang lain.
Tag :
Ilmu Mendidik Anak
0 Komentar untuk "Cara Mendidik Anak Dari Segi Sosial Anak"