Memperbaiki Anak Dengan Metode Pengajaran Dan Kebiasaan

Dua buah kata yaitu kebiasaan/pembiasaan dan pengajaran ialah dua dasar pokok metode memperbaiki anak menurut anutan islam yang sanggup kita jadikan pedoman dalam pendidikan dan mendidik anak.

Sebelumnya mari kita ketahui terlebih lampau apa itu pengajaran dan apa ibu pembiasaan/kebiasaan. Yang dimaksud dengan pengajaran ialah suatu perjuangan atau upaya secara teoritis dalam perbaikan dan pendidikan. Sedangkan pengertian dari adaptasi ialah upaya atau perjuangan simpel (dapat diparaktekkan) dan pembentukan (pembinaan) dan persiapan.

Oleh alasannya ialah itu, setelah kita mengetahui bahwa kecenderungan dan naluri pada belum dewasa dalam pengajaran dan adaptasi ialah sangat besar dibanding perjuangan lainnya, maka hendaklah para pendidik atau guru, orang bau tanah yang mencakup ayah dan ibu atau walinya dan para pengajar sanggup lebih memusatkan perhatian pada pengajaran dan adaptasi kepada belum dewasa ihwal kebaikan dan upaya membiasakannya semenjak ia mulai memahami realitas atau kenyataan kehidupan ini.

Sebuah kutipan yang diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali yang menyampaikan bahwa: "Anak-anak ialah amanah bagi kedua orangtuanya, dan hatinya yang suci ialah permata yang sangat mahal harganya. Karenanya, jikalau dibiasakan pada kebaikan dan diajarkan kebaikan kepadanya, maka ia akan tumbuh pada kebaikan tersebut, dan akan ber­bahagialah di dunia dan di akherat. "

Berikut ini ialah beberapa teladan yang sanggup dijadikan bagi para pendidik, pengajar, orang bau tanah ataupun guru dalam mengajarkan (pengajaran) dan membiasakan (pembiasaan dari suatu kebiasaan) anak akan prinsip-prinsip kebaikan. Harapan kita dari beberapa teladan di bawah ini ialah bahwa teladan di bawah ini sanggup dijadi­kan sebagai pelajaran bagi anak-anak/peserta didik kita.

Nabi Muhammah Rasulullah SAW, memerintahkan kepada para pendidik, guru, orang bau tanah untuk mengajarkan kepada belum dewasa kata-kata La ilaha illa LLah kepada anak didik, menyerupai yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Abbas ra. dari Rasulullah saw. sebenarnya dia bersabda:

اِفْتَحُوْا عَلَى صِبْيَانِكُمْ أَوَّلَ كَلِمَةٍ بِلاَ اِلَهَ إِلاَّ اﷲِ٠
Ajarkanlah kepada belum dewasa kalian kata-kata pertama dengan 'La ilaha illa ‘LLah (لاَ اِلَهَ إِلاَّ اﷲِ.

Dan ini ialah dari segi teoritis.

Sedangkan dari segi simpel atau praktek dari upaya pengajaran ini ialah me­nyediakan dan membiasakan kepada belum dewasa supaya diberiman dengan sepenuh jiwa dan hatinya bahwa tidak ada pencipta, tidak ada Tuhan kecuali Allah SWT Yang Maha Suci. Dan hal ini tidak akan mungkin terlaksana­ kecuali dengan satu jalan yaitu mengemukakan benda-benda yang mencerminkan kekuasaan Allah sang pencipta yang sanggup dilihat oleh belum dewasa kita. Misalnya menyerupai bunga, langit, bumi, laut, insan dan ciptaan-ciptaan Allah yang lainnya untuk sanggup diambil kesimpulan oleh nalar mereka, bahwa di balik ciptaan itu tiruana terdapat sang pencipta, yang tidak lain dan tidak bukan ialah Allah SWT semata.

Oleh alasannya ialah itu, para pendidik, orang tua, giri dan anak didik akan hingga kepada suatu pandangan bahwa alam semesta ini penuh dengan ciptaan yang sanggup kita dengar, dilihat, diraba maupun dirasa. Disamping itu bahwa ciptaan ini tiruana tidak mung­kin ada dengan sendirinya, tanpa ada sang pencipta. Selain itu sanggup juga menimbulkan persepsi bahwa ialah benda yang tidak berakal, tidak sanggup mengatur, tidak berpengetahuan dan berkehendak. melaluiataubersamaini sendirinya ada yang mencipta dan mengaturnya, Dia-lah Allah.

Pendidik memungkinkan untuk hingga bersama anak didiknya kepada iman kepada Allah Yang Maha Tunggal dan Yang Menciptakan dengan jalan memikirkan dan merenungi tiruana ciptaan Allah baik yang langit dan bumi dengan jalan berpindah secara sedikit demi sedikit dari alam natural ke alam supranatural, dari sebagian atau partial ke keseluruhan atau global, dari yang simple atau sederhana kepada hal yang perlu dicerna. Sehingga, anak didik atau belum dewasa kita merasa puas, secara akal, dalam duduk kasus iman kepada Allah dengan hujjah dan bukti yang nyata.

Rasulullah Nabi Muhammad saw. memerintahkan kepada para pendidik, pengajar baik guru maupun orang bau tanah supaya mereka mengajarkan kepada anak-anak, anak didik rukun shalat, pada ketika mereka berusia tujuh tahun, menyerupai yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Abu Daud Ibnu 'Amr bin 'Ash ra. dari Rasulullah saw. bahwa dia bersabda:

مُرُوْا اَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ٬ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ اَبْنَاءُ عَشْرٍ٬ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ٠

Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat, ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jikalau enggan, ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah antara mereka ketika mereka pulas.

Ini juga termasuk dari segi teoritis.

Dari Segi praktisnya ialah bahwa mengajari belum dewasa perihal aturan shalat, bilangan raka'atnya, mengerjakannya dengan berjamaah di masjid, sehingga shalat, dalam haknya ialah kebiasaan yang tidak terpisah­kan.

Nabi Rasulullah saw. memerintahkan kepada para guru, para pendidik supaya mengajari belum dewasa didik dengan hukum-hukum halal dan haram, menyerupai riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Al-Mundzir dari Ibnu 'Abbas ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

مُرُوْا اَوْلاَدَكُمْ بِامْتِثَالِ الأَوَامِرِ٬ وَاجْتِنَابِ النَّوَاهِي٬ فَذََلِكَ هٍ قَايَةٌ لَهُمْ وَ لَكُمْ مِنَ النَّارِ٠

dan suruhlah anak-anakmu mentaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangannya, maka itu ialah penjagaan mereka dan dirimu dari api neraka.

Dan ini ialah dari segi teoritis.

Dari Segi praktisnya ialah bahwa melatih anak untuk mentaati perintah Allah dan menjauhi tiruana larangan-Nya. Jika para pendidik, para guru terutama guru agama mendapat anak didik mengerjakan perbuatan munkar atau berbuat dosa, menyerupai mencuri, atau mengeluarkan kata-kata kotor, hendaklah diper­ingatkan dan dikatakan kepadanya bahwa ini perbuatan munkar, keji, busuk, dan hukumnya haram.

Jika para guru dan para pendidik mendapat anak didiknya mengerjakan kebajikan, atau berbuat ma'ruf, menyerupai sedekah atau mempersembahkan pertolongan, hendaklah didukung dan didorong untuk terus mengerjakannya. Dan katakan kepada mereka bahwa perbuatan tersebut ialah bilik dan halal. Dan demikianlah, ma'ruf dan kebaikan dikenalkan kepadanya didorong untuk selalu mengerja­kannya, sehingga menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan sehingga menjadi pembiasaan.

Nabi Muhammad Rasulullah saw. memerintahkan kepada para guru dan pendidik supaya mengajari anak didiknya dalam pengajaran untuk cinta kepada Nabi mereka, mengasihi keluarganya (ahli baitnya), para teman dekat, dan cinta untuk membaca Al-Qur'an. Seperti diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari 'Ali ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

أَدِّبُوْا اَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ ׃ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ آلِ بَيْتِهِ وَ تِلاَوَةِ القُرْآنِ

Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: Cinta kepada Nabi engkau, cinta kepada mahir baitnya, dan membaca Al-Qur'an.

Dan ini ialah adalah dari segi teoritis.

Sedang dari segi praktisnya adalah, bahwa dalam pengajaran dan pendidikan supaya para guru dan pendidik mengumpulkan anak didik dan membacakan kepada mereka sejarah kehidupan Rasulullah saw., mahir bait dan teman dekatnya, termasuk personalitas tokoh dan pemuka-pemuka sejarah Islam, di samping mengajari mereka untuk membaca Al-Qur'an.

melaluiataubersamaini demikian, belum dewasa mengikuti orang-orang ter­lampau dalam kepahlawanan dan jihadnya. Sehingga pada anak-anak, jiwa dan perasaannya terikat dengan sejarah Islam. Mereka juga terikat dengan Al-Qur'an sebagai dasr dan pedoman hidup.

Dalam sebuah buku sejarah, bahwa Al-Mufadhdhal bin Zaid, pada suatu ketika melihat seorang anak dari Badawi. Ia kagum terhadap penampilan­nya, sehingga bertanya kepada ibunya ihwal anak itu. Sang ibu menjawaban, "Ketika genap usia lima tahun, saya serahkan anak itu kepada seorang pendidik, sehingga ia sanggup membaca dan menghafal Al-Qur'an. Ia diajarinya ihwal sya'ir, sehingga sanggup meriwayatkannya. Diajarkan pula kepadanya untuk mengasihi kebanggaan-kebanggaan kaum, dan keluhuran nenek moyangnya. Maka, ketika ia hingga usia dewasa, saya ajari menunggang kuda hingga ahli. Kemudian dikenakan dengan senjata, berjalan di antara rumah-rumah kampung, dan mendengarkan bunyi teriakan orang yang minta derma ..."

Hal ini ialah upaya pengajaran dan adaptasi yang kita maksudkan. melaluiataubersamaini kata lain, dua segi ini ialah teoritis dan simpel dalam membangun anak, mempersiapkan dan mendidiknya, mempersiapkan untuk menjadi insan berakidah, bersedekah dan berjihad.

Ini ialah ialah sebagian keil dari teladan pengajaran dan pem­biasaan anak yang pokok dan prinsipnya sudah diletakkan oleh Rasulullah Nabi Muhammad saw. Dan ini termasuk dalam kerangka metode umum yang digambarkan oleh Islam dalam membentuk anak dilihat dari segi akidahnya, dan mempersiapkannya dari segi iman. Juga tidak diragukan, bahwa para guru dan pendidik, ketika mengeluarkan daya upayanya, berusaha sebatas kemampuannya dalam mendidik anak-anak, mengajar dan membiasakannya. Karenanya, pada umumnya belum dewasa tersebut akan menjadi tentara-tentara Islam, para pendukung akidah, dakwah dan jihad. Umat Islam akan besar hati dengan kehadiran mereka, masyarakat akan senang akan kediberimbangan dan akhlaknya.

Ada hal-hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik dalam hal mengajarkan kebaikan kepada belum dewasa dan membiasa­kan mereka berbudi luhur.

Yaitu mengikuti metode pemdiberian dorongan dengan kata-kata baik, pada peluang tertentu, dan mempersembahkan hadiah pada peluang lain. Terkadang, menggunakan metode pengenalan untuk disenangi (targhib), dan dengan metode pengenalan untuk dibenci (tarhib). Para pendidik, pada peluang tertentu terpaksa mempersembahkan hukuman, jikalau dipandang terdapat maslahat untuk anak dalam meluruskan kebengkokannya.

Semua metode ini bermanfaa dalam upaya membiasakan anak dengan keutamaan-keutamaan jiwa, budpekerti dan etika sosial. Sehingga, dengan ini sang anak akan menjadi insan mulia, ber­imbang dan lurus, yang disenangi, dihormati dan disegani.

Dan balasannya penyusun katakan, bahwa para pendidik dengan segala bentuk dan keadaannya, jikalau mengambil metode Islam dalam mendidik kebiasaan, membentuk iman dan budi pekerti, maka pada umumnya, belum dewasa akan tumbuh dalam iman Islam yang kokoh, budpekerti luhur, sesuai dengan anutan Al-Qur'an. Bahkan mempersembahkan teladan kepada orang lain, dengan berlaku yang mulia dan sifatnya yang terpuji.

Maka, hendaklah para pendidik menyingsingkan lengan baju untuk mempersembahkan hak pendidikan belum dewasa dengan pengajaran, adaptasi dan pendidikan akhlak. Jika mereka sudah melaksana­kan upaya ini, berarti mereka sudah menunaikan kewajiban dan tanggung jawabannya. Mereka sudah bebas di hadapan Allah, dan mendorong roda kemajuan pendidikan ke depan mengokoh­kan pilar keamanan dan ketenteraman dalam masyarakat. Dan ketika itu, kaum Mukminin akan bersenang hati dengan hadirnya generasi Mukmin, masyarakat Muslim dan umat yang saleh. Dan tidaklah ini tidak mungkin bagi Allah!!!

Pendidikan dengan mengajarkan dan pembiasaan/kebiasaaan dalam sehari-hari ialah pilar terkuat untuk pen­didikan, dan metode paling efektif dalam membentuk iman anak dan meluruskan akhlaknya. Karena duduk kasus ini berlandaskan pada perhatian dan pengikutsertaan. Pengenalan untuk dicintai dan untuk dibenci (targhib dan tarhib) dan bertolak dari bimbing­an dan pengarahan, maka alangkah perlunya kita kepada para pendidik yang menunaikan risalahnya dengan sesempurna mungkin. Di samping itu, mencurahkan perhatiannya sepenuhnya kepada pendidikan Islam, secara tekun, tabah dan sabar, supaya mereka sanggup menyaksikan dalam waktu erat buah hati mereka menjadi para da'i penyebar risalah Islam, menjadi ahli-ahli mem­perbaiki kerusakan moral, pemuda-pemuda dakwah dan tentara-tentara jihad.

Tidak diragukan, bahwa mendidik dan membiasakan anak semenjak kecil ialah paling menjamin untuk menhadirkan hasil. Sedang mendidik dan melatih setelah berilmu balig cukup akal sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan ialah berkhasiat mendidik anak di waktu kecil dan terkadang berkhasiat mendidiknya pada usia dewasa, ialah mudah meluruskan ranting yang bengkok dan tidaklah mudah meluruskannya jikalau sudah menjadi batang.
0 Komentar untuk "Memperbaiki Anak Dengan Metode Pengajaran Dan Kebiasaan"

Back To Top