Titah Insan & Cobaan Hidup Dan Cara Menghadapinya

Dalam hidup selalu ada dua hal yang berseberangan, berbicara wacana ujian atau cobaan hidup bagi insan ada hal yang sangat senang dan menyusahkan sehingga timbul adanya suka dan duka. Barangsiapa yang menerka bahwa hidup ini spesialuntuk senang semata, atau suka semata dan atau sebaliknya ; susah atau sedih terus menerus sudah niscaya sangkaan serta dugaan ibarat itu sudah niscaya salah. Demikianlah seni dan sunnatullah pada jagat raya dunia ini.

Titah insan sebagi makhluk hidup ciptaan Allah swt tidak akan luput dari yang namanya ujian dan cobaan hidup. Bagaimana seandainya tidak ada ujian atau cobaan hidup dari Allah? Tentunya keadaan tidak akan ideal, bagai besi tidak berkarat, tentu tidak tampak keasliannya dan juga orang tidak akan tahu mana besi dan yang  mana kayu.

Demikian pula terhadap insan hamba Allah yang diberiman kepada-Nya, sudah seharusnya menyadari bahwa diri setiap insan akan menjadi dan mengalami cobaan dan ujian hidup sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 2 - 3 yang berbunyi :

 أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ. وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَيَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَٰذِبِينَ 

Artinya : Apakah insan itu menerka bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami sudah diberiman", sedang mereka tidak diuji lagi. Dan bahwasanya kami sudah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka bahwasanya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan bahwasanya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS. AL-Ankabut : 2 - 3)

Kita bersama juga sudah mengetahui bahwa cobaan dan ujian tidak spesialuntuk berupa kesusahan, kesusahan, kesakitan saja, namun ujian atau cobaan itu juga sanggup berwujud dalam kesenangan, kesehatan, kebahagiaan, kemewahan dan lain sebagainya sebagaimana firman Allah swt. :

وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ فِتۡنَةٗۖ وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ . 

Tiap-tiap yang berjiwa akan mencicipi mati. Kami akan menguji engkau dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan spesialuntuk kepada Kamilah engkau dikembalikan. (QS. Al-Anbiya’ : 35)

Yang perlu diketahui juga bahwa, Ujian dan cobaan Allah berupa nikmat kekayaan harta dan kesenangan-kesenangan yang lainnya pada hakekatnya yaitu ujian dan cobaan yang lebih besar daripada cobaan berupa bencana, siksaan atau malapetaka. Betapa banyak orang yang mendapat kenikmatan berupa kekayaan yang berlimpah, namun justru dengan kenikmatan itu mengakibatkan mereka celaka, dikarenakan tidak sanggup menggunakannya secara tepat. Nikmat berupa kekayaan yang ibarat ini justru akan menjadi ujian dan cobaan yang akan mencekik leher sendiri.

Tingkatan Ujian dan cobaan

Ada majemuk dan tingkatan dari ujian dan cobaan. Antara lain adakalanya berupa kekayaan, cobaan berupa pengaruh, menimpa pada badan anak, berupa kekuasaan, jabatan bahkan juga sanggup berupa cobaan akidah. Jelasnya yaitu bahwa ketiruananya itu yaitu ujian dan agamapun juga sebagai ujian dan cobaan.

Di dalam kisah dongeng dari para Nabi, diceritakan Nabi Ibrahim as. memperoleh ujian dan cobaan berupa perintah melakukan penyembelihan terhadap anak satu-satunya yang dia cintai (Nabi Ismail) yang konon ialah jawabanan Allah dikala akan membuat Adam yang katanya akan merusak, namun ternyata cobaan Cobaan Nabi Ibrahim berhasil lulus dari ujian tidak jadi menyembelih anaknya Nabi Ismail yang sebelumnya  mendapat rayuan dan bujukan dari iblis semoga tidak dilaksanakan dan berkat ketabahan cobaan yang amat berat itu, penciptaan Nabi Adam sebagai khotimah di Bumi ini  yaitu ialah figur seorang yang taqwa pada Allah dalam menjalankan perintah-Nya.

Cobaan dan ujian yang sanggup mengakibatkan dan mengakibatkan insan praktis tergelincir yaitu ujian dan cobaan yang berupa kepercayaan dan agama. Banyak orang yang mengakui bahwa ia yaitu seorang muslim dan diberiman, namun ternyata lemah dalam iman alasannya syahwat dan nafsunya sehingga mereka tersesat.

Dijelaskan dalam Hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya :

Tingkat berat entengnya ujian diadaptasi dengan kedudukan insan itu sendiri. Orang yang sangat banyak mendapat ujian itu yaitu para Nabi, kemudian gres orang yang lebih erat derajatnya kepada mereka berurutan secara bertingkat. Orang diuji berdasarkan tingkat kekuatan kepada agamanya berpengaruh pula ujian kepadanya. Dan bila lemah agamanya, diuji pula sesuai dengan tingkat ketaatannya itu. Demikianlah bala dan ujian itu senantiasa ditimpakan kepada seorang hamba hingga ia dibiarkan berjalan di muka bumi tanpa dosa apapun. (HR. Turmudzi)

Dari klarifikasi hadits di atas, sanggup ditarik kesimpulan bahwa maksud dan tujuan Allah menimpakan, mempersembahkan bala, ujian, cobaan pada seorang hamba-Nya yaitu untuk :
  • Memmembersihkankan dan menentukan mana orang mukmin yang sejati benar-benar muslim dan mana orang yang munafik.
  • Menghapus dosa dan mengangkat derajat bagi hamba-Nya yang sanggup lulus dari ujian dan cobaan Allah.
  • Mengungkap hakekat insan itu sendiri sehingga tampak terang ketaatannya dan kesabarannya.
  • Membentuk dan menempa kepribadian seseorang menjadi eksklusif yang benar-benar tahan dalam menderita dan tahan dalam ujian dan cobaan sehingga melahirkan umat berbudi luhur dan tinggi.
  • Sebagai tes dan membiasakan cobaan sehingga akan bertambah kesabarannya dan berpengaruh cita-citanya serta teguh pendirian atau istiqomah.
Teknik menghadapi Ujian
0 Komentar untuk "Titah Insan & Cobaan Hidup Dan Cara Menghadapinya"

Back To Top