Berbagai Manfaat Dan Keutamaan Dzikrullah

Dzikrullah atau mengingat ALLAH dengan dzikir kepada Allah sebaiknya dan seharusnya ialah dzikir dengan ekspresi dan hati. Dzikrullah mempunyai aneka macam macam manfaat dan keutamaan dari dzikir. Apa saja manfaat dan keutamaan yang sanggup kita peroleh dari dzikrullah atau dzikir mengingat Allah?. Berikut ini ialah manfaat dan keutamaan dzikir dzikrullah, yaitu sebagai diberikut :

Dzikir mengingat kepada Allah swt sanggup mengusir dan menundukkan setan, serta sanggup melindungi diri dari godaannya. Seandainya keutamaan dzikir spesialuntuk ini saja, maka setiap muslim harus selalu membasahkan lidahnya dengan dzikir untuk menghindari godaan setan. Karena setan tidak sanggup menarik hati kecuali melalui ‘pintu kelalaian’ dari dzikir. sepertiyang diketahui bahwa setan itu ada dalam hati seseorang. Apabila orang itu lalai maka setan bisa menggodanya, bahkan ia akan menjadi kecil menyerupai seujung lalat. Sebab itulah, godaan setan disebut dengan al-waswas al-khannas (godaan setan yang tersembunyi).

Dzikir sanggup membawa kepada keridhaan Allah, menghilangkan kesusahan dan kesedihan, menhadirkan kegampangan dan kebahagiaan, menguatkan hati dan badan, menyinari hati dan wajah, menhadirkan rejeki serta melapisi tubuh dengan kewibawaan dan kehormatan.

Dzikrullah akan membawa seorang hamba kepada maqam-maqam (tingkat kedudukan/kepangkatan) yang tinggi, diantaranya:

Maqam mahabbah (kecintaan), yang ialah puncak dari pedoman Islam dan pintu dari kebahagiaan hakiki. Akan tetapi Allah menimbulkan setiap sesuatu pasti ada sebabnya dan lantaran mahabbah ialah istiqamah dalam berdzikir. sepertiyang berguru dan menghafal ialah pintunya ilmu, maka dzikir ialah pintunya mahabbah.

Maqam al-muraqabah wa al-ihsan yaitu merasa dirinya selalu diawasi oleh Allah dan diberibadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya.

Maqam al-inabah ilallah (kembali kepada Allah), apabila seseorang selalu berdzikir kepada Allah maka dalam menghadapi setiap permasalahan hatinya selalu kembali kepada Allah. Dia menimbulkan Allah sebagai sandaran dalam setiap perbuatannya.

Maqam al-Ma’rifah (mengenal Allah), apabila seseorang banyak melaksanakan dzikir maka akan terbuka pintu yang sangat mulia yaitu pintu ma’rifah.

Maqam al-qurb (dekat kepada Allah), sebanyak dzikir yang dibaca maka semakin bersahabat jarak antara ia dengan Tuhannya. Dalam hadits disebutkan, “Aku duduk bersama orang yang berdzikir kepadaKu.”

melaluiataubersamaini zikir kepada Allah membuat Allah mengingat kita, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an :

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ  

“Karena itu, ingatlah engkau kepada-Ku pasti Aku ingat (pula) kepadamu.” (al-Baqarah [2]: 152)

Apabila manfaat dzikirullah spesialuntuk ini saja, maka cukuplah bagi kita untuk memotifasi dalam berdzikir.

Dzikirullah sanggup melindungi seseorang dari lupa kepada Allah, yang ialah inti dari kesusahan di dunia dan akhirat. Karena orang yang lupa kepada Allah maka Allah akan melupakannya. Apabila Allah melupakannya maka ia akan lupa atas kemaslahatan dirinya sendiri.

Allah berfirman: “Dan tidakbolehlah engkau menyerupai orang-orang yang lupa kepada Allah, kemudian Allah menimbulkan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.” (al-Hasyr [59] : 19)

Apabila seorang lupa atas dirinya dan ia menolak kemaslahatan untuknya, maka kehancuran akan ia peroleh. Seperti kebun yang dibiarkan tanpa disiram dan didiberi pupuk, maka kebun itu akan hancur. Akan tetapi kehancuran agama jauh lebih berbahaya daripada kehancuran harta. Karena kehancuran agama susah diperbaiki, bahkan mustahil diperbaiki kembali. Semoga Allah melindungi kita darinya.

Seandainya tidak ada keutamaan dzikir  selain yang disebutkan diatas, maka itu sudah cukup. Karena orang yang lupa kepada Allah maka Allah akan membuat dirinya lupa atas kemaslahatan dirinya, azab dikubur dan azab dihari kiamat.

Allah berfirman: “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka bekerjsama baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari final zaman dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Tuhanmu, mengapa Engkau menghimpunkan saya dalam keadaan buta, padahal saya lampaunya ialah seorang yang melihat? Allah berfirman: “Demikianlah, sudah hadir kepadamu ayat-ayat Kami, maka engkau melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini engkau pun dilupakan.” ( Thaha [20]: 124-126 )

Tidak yang sanggup menyelamatkan seorang hamba dari azab ini kecuali dengan dzikrullah.

Zikir praktis dilakukan, menyerupai diatas kasur atau di dikala berdagang. Dan, ini lebih mulia dari orang yang berpuasa dan melakukan shalat tetapi hatinya lalai dari dzikir kepada Allah.

Demikianlah Allah mempersembahkan kemuliaan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Kemuliaan yang Allah diberikan dalam berdzikir tidak didiberikan kepada ibadah yang lain, meskipun itu ialah ibadah yang paling enteng.

Rasulullah saw., berkata: Allah berfirman: “Barangsiapa yang menyibukkan dirinya dengan berdzikir kepadaKu daripada memohon kepadaKu (berdoa), maka Aku akan mempersembahkannya lebih baik dari apa yang Aku diberikan kepada orang yang spesialuntuk memohon kepadaKu.”

“Barangsiapa yang membaca: Lailahailallah wahdahu laa syarikalah lahu al-mulk wa lahu al-hamd, wa huwa ‘ala kulli sya’in qadiir (Tidak ada Tuhan selain Allah yang Esa tidak ada sekutu bagiNya, milikNya seluruh kekuasaan dan milikNya seluruh pujian, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu) dalam sehari 100 kali, maka baginya pahala menyerupai membebaskan 10 budak, ditulis untuknya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 kesalahan dan dilindungi dari godaan setan pada hari itu. Tidak ada perbuatan yang dilakukan seseorang lebih baik dari apa yang ia lakukan, kecuali orang yang lebih banyak membaca dzikir tersebut.”

“Barangsiapa yang membaca: Subhanallah wa bihamdihi (maha suci Allah dan segala puji bagiNya) 100 kali dalam sehari, maka akan dihapus dosanya meskipun sebanyak buih di lautan.”

“Barangsiapa yang masuk ke pasar dengan membaca: Lailaha illallah wahdahu laa syaeikalah lahu al-mulk wa lahu al-hamd, yuhyi wa yumitu wa huwa hayyu laa yamuut bi yadihil khair wa huwa ‘ala kulli sya’in qadiir (Tidak ada Tuhan selain Allah yang Esa tidak ada sekutu bagiNya, milikNya seluruh kekuasaan dan milkNya seluruh pujian. Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan. Dia Hidup dan tidak akan mati, ditanganNya segala kebaikan, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu) maka Allah akan menulis untuknya satu juta kebaikan, dihapus darinya satu juta kesalahan dan diangkat satu juta derajat.”

Pahala dzikir atau dzikrullah sebanding dengan membebaskan budak, diberinfak dengan harta, jihad, puasa, shalat, umrah, ibadah-ibadah sunah lainnya yang dilakukan dengan tubuh atayu.

Dzikrullah ialah jalan yang ditempuh oleh para wali Allah, lantaran zikir ia pintu masuk menuju Allah. Dan, ia bagikan thaharah (suci) dalam melaksanakan shalat, lantaran shalat tidaklah sah tanpa thaharah. Barangsiapa yang hatinya sudah suci maka ia sanggup menemui Allah, dan tanpa kesucian hati tidaklah mungkin bertemu dengan Allah. Barangsiapa yang sudah bertemu dengan Allah maka ia akan mendapat segala sesuatu. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak sanggup bertemu denganNya, maka ia akan kehilangan segala sesuatu.

Dzikir ialah dasar untuk menjadi wali Allah, sebagaimana kelalaian dari dzikir ialah faktor utama menjadi musuh Allah. Barangsiapa yang banyak berdzikir maka Allah akan mencintainya. Barangsiapa yang mengasihi Allah maka ia akan dicintai Allah. Barangsiapa yang dicintai oleh Allah maka Allah akan menjadi pendengaranNya yang digunakan untuk mendengar, penglihatanNya yang digunakan untuk  melihat dan lisanNya yang digunakan untuk berbicara. Pada dikala itu, ia mendengar dengan indera pendengaran Allah, ia melihat dengan penglihatan Allah dan ia berbicara dengan ekspresi Allah.

Sebaliknya, orang yang lalai dari dzikir, berpaling dari dzikrullah atau membenci majelis-majelis dzikir dan para mahir dzikir, maka itu ialah ciri-ciri musuh Allah meskipun tanpa ia rasakan. Semoga Allah melindungi kita.

Majelis dzikir ialah taman surga. Barangsiapa yang ingin memasuki taman nirwana maka berdzikirlah kepada Allah. Majelis dzikir juga majelisnya para malaikat.

Rasulullah saw.,bersabda: “Tidaklah duduk suatu kaum untuk berdzikir kepada Allah, kecuali malaikat mengelilingi mereka, menyelubungi mereka dengan rahmat, menurunkan kepada mereka ketenangan dan Allah sebut (nama-nama) mereka kepada yang ada dihadapanNya.” (HR. Muslim)

“Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat yang mencari para mahir dzikir. Apabila mereka mendapati suatu kaum yang berdzikir kepada Allah, mereka akan berkata: “Sebutkan keinginan-keinginan kalian!” kemudian para malaikat mengelilingi mereka dengan akupnya (yang menjulang) hingga ke langit dunia.” (HR. Bukhari Muslim)

Sesungguhnya seluruh ibadah diperintahkan oleh Allah bertujuan untuk mengingat Allah (dzikrullah), sesuai firman Allah: “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (zikrii).” (Thaha [20]: 14),

“Dan sesungguhnyan mengingat Allah ialah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).” (al-Ankabuut [29]:45)

Imam Ghazali rahimahullah ta’ala berkata: Ketahuilah! Ayat al-Qur’an, hadis nabi dan perkataan ulama terkena keutamaan dzikir tidak terhitung banyaknya. Bahkan para ulama yang mempunyai pandangan batin menyampaikan bahwa dzikir yang sesuai dengan syarat dan adabnya ialah ibadah yang paling baik. Apabila engkau bertanya: “Bukankah dzikir ibadah yang enteng di pengecap dan tidak melelahkan? Bagaimana mungkin ia dikatakan ibadah yang paling mulia dan paling bermanfaa dibandingkan ibadah lainnya yang lebih berat darinya?” ketahuilah pembahasan duduk kasus ini tidak sanggup dilakukan kecuali dengan ilmu mukasyafah.

Akan tetapi cukuplah kita mengetahui bahwa yanng mempersembahkan manfaat pada hati itu ialah dzikir yang terus menerus (istiqamah) disertai dengan  kehadiran hati. Adapun dzikir dengan ekspresi tetapi hatinya lalai, spesialuntuk mempersembahkan sedikit faedah. Hal ini sudah dijelaskan dalam beberapa hadis nabi.

Dzikir yang dilakukan dengan kehadiran hati dan dilakukan terus menerus (istiqamah), ialah ibadah paling mulia dan paling utama daripada ibadah-ibadah lainnya. Karena mengingat Allah (dzikrullah) itu ialah buah dari seluruh ibadah ‘amaliah (ibadah yang dikerjkan).

Dzikir mempunyai permulaan dan akhir. Permulaannya ialah merasa nyaman bersama Allah dan balasannya mengasihi Allah. Seorang yang berdzikir hendaknya hatinya merasa nyaman. Walaupun pada permulaannya akan dirasakan berat ketika berusaha membelokkan hati yang waswas (godaan setan) dan ekspresi yang selalu digunakan untuk berkata yang sia-sia, kepada mengingat Allah (dzikrullah) dan merasa nyaman dalam berdzikir. Akan tetapi apabila itu terus dilakukan, maka ia akan sanggup menaklukan hatinya. Dan, akan tertanam dalam hatinya kecintaan kepada Allah, yang kemudian ia akan semakin senang berdzikir. Karena apabila kita mengasihi sesuatu maka kita akan selalu menyebutnya dan kita tidak sabar untuk bertemu dengannya.

INI arti dari perkataan sebagian ulama: “Aku mendapat kesusahan dalam menikmati al-Qur’an selama 20 tahun, kemudian saya menikmatinya selama 20 tahun. “Kenyamanan hati tidak hadir begitu saja. Akan tetapi harus dengan perjuangan yang dilakukan secara terus menerus (istiqamah) dan bersabar dalam mencicipi sesuatu yang berat dalam beberapa lama. Sehingga yang berat itu menjadi kebiasaan baginya. Apabila kenyamanan hati sudah didapati, disaat ia bersama Allah atau berdzikir kepadaNya, maka apapun selain Allah akan hilang darinya. Segala sesuatu yang akan berpisah darinya di dikala ia masuk dalam kubur. Apabila ia sudah memperoleh kenyamanan hati dikala berdzikir kepada Allah, maka ia akan memperoleh puncak kebahagiaan di dikala kesendiriannya di alam kubur.

Tidak ada pahala yang paling besar daripada orang berperang di jalan Allah dan meninggal dalam peperangan itu (syahid).  Akan tetapi apabila ia terluka dan tidak terbunuh kecuali sehabis beberapa dikala kemudian, maka ada kemungkinan kecintaan kepada dunia akan kembali ke dalam hatinya, sehingga derajatnya akan turun. Begitu pula, meskipun hati ialah berubah-ubah, maka ada kemungkinan penyelewengan akan terjadi kepadanya. INI yang paling ditakuti oleh mahir ma’rifah (orang yang sudah hingga kepada ma’rifatullah), yaitu meninggal dalam keadaan su’ul khatimah. Karena seseorang yang hatinya dipenuhi dengan kecintaan kepada dunia dikala meninggal maka ia meninggal dalam keadaan su’ul khatimah. Hal ini menimbulkan ia akan mendapat belahan yang sangat sedikit kelak di akhirat. Karena seseorang akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan ia meninggal.

Maka keadaan yang paling menyelamatkan dirinya ialah mati dalam keadaan syahid (terbunuh dimedan perang). Apabila kesyahidannya didasari dengan kecintaan kepada Allah dan menegakkan agamaNya. sepertiyang digambarkan oleh Allah, “Sesungguhnya Allah sudah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan mempersembahkan nirwana untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, kemudian mereka membunuh atau terbunuh.”(at-Taubah [9]:111)

Orang yang syahid ketika mengucapkan dengan lisanul halnya (perkataan dengan kehadiran hati dan pengamalan), “Lailahaillallah.” Artinya ia berperang semata-mata lantaran Allah. Akan tetapi orang yang membacanya spesialuntuk sebatas bacaan saja (lisanul maqal), maka itu tidaklah banyak mempersembahkan faedah bahkan hatinya tidak kondusif dari macam-macam ancaman yang menciptakannya mati dalam keadaan su’ul khatimah.

Sesungguhnya lisanul hal lebih besar lengan berkuasa daripada lisanul maqal. Sehingga Rasulullah bersabda: “Sebaik-bainya dzikir ialah Lailahaillalllah.” Hal ini apabila dilakukan dengan lisanul hal.

Semoga Allah menimbulkan kita dari mahir “Lailahaillallah.” Secara lisanul hal (da’wah dengan perbuatan) dan lisanul maqal (da’wah dengan perkataan).

0 Komentar untuk "Berbagai Manfaat Dan Keutamaan Dzikrullah"

Back To Top