Secara lugawi, kata tasamuh berasal dari bahasa Arab yang artinya tulus atau luas pandangan. Menurut istilah dalam Ilmu Aqidah dan Akhlak, pengertian tasamuh ialah perilaku posisif dalam mendapatkan sesuatu yang tidak sangat senang dengan keyakinan bahwa di balik itu ada nasihat yang menhadirkan kebaikan. Orang yang mempunyai sifat ibarat ini yakin bahwa "badai pasti silam " dan "habis petang terbitlah terang", sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Alam Nasyrah (94) ayat 5-6:
Artinya: "Maka bahu-membahu bersama kesusahan itu ada kegampangan, bahu-membahu bersama kesusahan itu ada kegampangan
Orang yang sudah mempunyai sifat tasamuh, jikalau mendapat perlakuan yang tidak sangat senang dari orang lain, ia senantiasa sanggup menerimanya dengan lapang dada, dan eksklusif menghubungkan insiden jelek itu dengan kebaikan yang bakal diterimanya. Mungkin bagi orang lain, hal itu ialah pukulan berat, namun bagi yang bersifat tasamuh, belum apa-apa. Ia tidak marah, walaupun dirinya dihina dan dicaci. Ia sabar, dan bahkan tenang-tenang saja. Orang dengan sifat ibarat ini memang susah didapat, tetapi ada di kalangan umat Islam, dan bahkan banyak sekali kita jumpai dalam realitas kehidupan pengikut Nabi Muhammad saw. ini.
Nabi Muhammad saw. pernah bersabda:
Artinya: "Sesungguhnya engkau mempunyai dua watak dan kelakuan yang disukai oleh Allah, yaitu sabar dan ketenangan" (H.R. Muslim).
Sebaliknya tidak sedikit orang yang melupakan keramahannya spesialuntuk alasannya ialah tersinggung dengan ucapan orang lain. Orang ibarat itu menganggap bahwa dirinya sudah dihinakan dan penghinaan itu tidak sanggup diatasinya, kecuali dengan melampiaskan kemarahan.
Sifat tasamuh atau tulus termasuk adab yang terpuji, dan orang yang tidak ada bandingannya dalam hal bersifat tasamuh ini ialah Rasulullah Muhammad saw. Dalam menyiarkan pedoman Islam, dia banyak mengalami aneka macam cobaan dan rintangan, namun tiruana itu dia hadapi dengan lapang dada. Misalnya, ketika Rasulullah hadir ke Thaif hendak mengajak penduduk Thaif untuk memeluk agama Islam, akan tetapi justru dia disambut dengan cacian dan makian serta siksaan. Mereka meneriaki dia dengan kata-kata yang menghinakan dan menyakitkan. Mereka melempari dia dengan batu, hingga kedua kaki dia mengucurkan darah. Atas kejadian itu Malaikat Jibril turun dan memperlihatkan kepada Rasulullah saw.: "Asal engkau mau ya Muhammad, bukit dan pegunungan Jabal Nur ini kuangkat dan kutimpakan kepada penduduk Thaif"! Jawab Muhammad saw.: Tidak! Tidak! Bahkan, Rasulullah berdoa atas kejahatan yang diperbuat penduduk Thaif:
Artinya: "Ya Allah, diberilah petunjuk kepada kaumku, alasannya ialah mereka tidak mengerti".
Doa Nabi Muhammad saw. selanjutnya:
Artinya: "Ya Allah diberilah ampunan kepada kaumku, alasannya ialah mereka tidak mengerti".
Ada satu riwayat lagi tentang kehadiran orang Badui dengan tidak sopan menghadap Rasulullah untuk meminta sesuatu. Beliau pun memdiberi apa yang diminta orang Badui itu sambil berkata "Aku berbuat baik kepadamu".
Orang Badui itu menjawaban: "Tidak elok engkau."
Mendengar jawabanan Badui yang bernafsu itu para teman akrab murka dan menghampiri hendak memukulnya. Rasulullah pun memdiberi isyarat supaya berlapang dada. Kemudian, dia memdiberinya lagi sesuatu kepada Badui itu sebagai tambahan.
Sifat tasamuh dan pelatihan yang dilakukan Rasulullah saw. terhadap orang Badui itu, ternyata membawa hasil. Sesudah beberapa hari semenjak kejadian itu, orang Badui tersebut sanggup diperintahkan untuk melaksanakan kiprah penting yang berat sekalipun. Dia juga turut berjihad ke medan perang dalam menegakkan syiar Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari kejadian yang kita alami, adakalanya sangat bahagia, tetapi adakalanya menyusahkan. Seringkali kita merencanakan sesuatu, tetapi ada saja kendala yang mengakibatkan kita tidak sanggup melaksanakan planning kita itu. Dalam keadaan demikian, kita tidak perlu kecewa, tetapi kita hendaknya berlapang dada, alasannya ialah di balik kendala itu tentu Allah swt. sudah merencanakan sesuatu demi kebaikan kita. Misalnya kita sudah merencanakan hendak pergi rekreasi, tetapi tiba-tiba kendaraan yang kita gunakan rusak, sehingga kita tidak jadi untuk pergi rekreasi. Ketika kita mengalami hal ibarat itu kita harus mengambil hikmahnya, contohnya mungkin saja kalau kita pergi juga dikala itu, kita akan mengalami kecelakaan. Maka tidakbolehlah semata-mata terseriuskan pada petaka itu, akan tetapi pikirkan ada nasihat apa di balik insiden itu sendiri. Jika kita serius pada materi musibah, maka seakan menolak campur tangan Allah dalam kehidupan kita, dan jikalau menentukan melihat nasihat di balik peristiwa, maka kita yakin Allah swt. tidak sia-sia menghadirkan petaka itu pada diri kita.
Dalam realita kehidupan umat Islam, banyak kita temukan peristiwa-peristiwa yang tidak mengenakkan,rasanya ibarat itu, akan tetapi sudah dijawaban oleh Allah swt.dalam Al-Qur'an surat At-Tagabun (64 ) ayat 11:
Artinya:"Tidak ada sesuatu petaka yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah, dan barangsiapa diberiman kepada Allah, pasti Allah akan memdiberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".
Musibah yang menimpa negeri kita ini perlu disikapi dengan tasamuh serta diambil hikmahnya.
Musibah yang menimpa negeri kita ini perlu disikapi dengan tasamuh serta diambil hikmahnya.
Sifat tasamuh ini hendaknya kita pupuk dalam diri kita, sehingga menyatu dengan diri kita dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari.
Apakah di lingkungan keluarga sering kali kita alami hal-hal yang tidak sangat bahagia, baik itu hadirnya dari tingkah laris abang kita ataupun adik kita, maka dalam menghadapi hal tersebut kita harus menyikapinya dengan lapang dada.
Di lingkungan manapun baik sekolah, lingkungan kerja, rumah, dan lingkungan lainnya pun mungkin saja terjadi, mitra kita menyinggung perasaan kita, atau memfitnah kita atau ada aksi-aksi lain yang sanggup membahayakan kita, maka tiruana itu sebaiknya kita hadapi dengan sifat tasamuh.
melaluiataubersamaini bertasamuh, insya Allah pergaulan kita, di mana saja selama hidup kita, akan kita hadapi dengan semangat lapang dada, alasannya ialah ada yang lebih dari itu yang dicari, yakni keridaan Allah swt.
Tag :
Ilmu Akhlak
0 Komentar untuk "Teladan Watak Terpuji Sifat, Sikap Tasamuh"