Mendidik Anak Dengan Dzikir Kepada Allah

Dzikir kepada Allah atau dzikrullah harus ditanamkan kepada anak dalam mendidik anak. Mengikat anak dengan dzikrullah ialah berdasarkan firman Allah: Karena itu, ingatlah kepada-Ku pasti Aku ingat (pula) ke­padamu. (Q.S. 2:152)
Hai orang-orang yang diberiman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbih­lah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (Q.S. 33:41-42)

Maka, apabila engkau sudah menuntaskan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. (Q.S. 4:103)

Dan ayat-ayat lain yang masih banyak jumlahnya. Juga sesuai dengan sabda Rasulullah saw.: Diriwayatkan oleh Al-Bukhari:

مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ ٬ وَ الَّذِيْ لاَيَذْكُرُ اﷲَ مِثَلَ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ ٠

"Perumpamaan yang dzikir kepada Allah dan yang tidak dzikir kepada Allah ialah menyerupai yang hidup dan yang mati".

Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani: "Pada hari kiamat Allah akan mengutus beberapa kaum yang wajah mereka bercahaya berdiri di atas mimbar-mimbar permata, yang menggiurkan orang-orang. Mereka bukannya para Nabi, dan bukan pula para syuhada". Maka seorang Arab dusun berlutut di hadapan Rasulullah saw. seraya bertanya, "Sifatilah mereka, ya Rasulullah, semoga kami mengenal mereka!" Sabdanya, ','Mereka ialah orang-orang yang saling cinta-mencintai dalam keridhaan Allah, terdiri dari banyak sekali kabilah yang bermacam-macam, dari negara yang bermacam-macam, berkumpul dalam dzikir kepada Allah, mereka semata-mata berdzikir kepada-Nya".

Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani:

"Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Aku senantiasa menurut,, sangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku senantiasa bersamanya saat dia menyebut nama-Ku. Jika dia menyebut nama-Ku dalam hatinya, maka Aku menyebut pula dalam hati-Ku. Dan bila dia menyebut-Ku dalam majlis ramai, maka Aku menyebutnya dalam majlis ramai yang lebih baik. Jika dia mendekati-Ku sejengkal, Aku mendekatinya sehasta. Dan bila dia mendekati-Ku sehasta, Aku mendekatinya sedepa. Jika dia hadir kepada-Ku berjalan kaki, Aku mendekatinya dengan berlari".

Dikir, artinya ialah mengingat keagungan Allah swt. dalam tiruana peluang di mana pun seorang Mukmin berada. Mengingat itu sanggup dengan logika pikiran, hati, jiwa, pengecap atau perbuatan. Ketika berdiri, duduk, berbaring, atau saat bepergian. Atau saat menekuni ayat-ayat Al-Quran, mendengar nasihat, berhukum dengan syari'at Allah, atau bekerja apa saja yang semata-mata didorong untuk mendapat keridhaan Allah. Pengertian dzikir ini ialah menyerupai yang dijelaskan Al-Qur'an dalam beberapa ayat yang cukup banyak.

Dalam pengertian logika pikiran dan jiwa, Al-Qur'an menyata­kan:

Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Q.S. 24:37)

Dalam pengertian dzikir dengan hati, Al-Qur'an menyatakan:

(yaitu) orang-orang yang diberiman, dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, spesialuntuk dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. 13:28)

Dalam pengertian lisan, maka setiap ayat Al-Qur'an yang memerintahkan untuk mengingat Allah 'Azza wa Jalla ialah ter­masuk ucapan lisan. Sebab lafazh ialah yang pertama ditang­gungnya, sedang perintah ialah yang pertama dicakupnya. Yang memperkuat pengertian ini ialah hadits Abu Hurairah yang di­riwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hiban, dari Rasulullah saw. bahwa dia bersabda:

إِنَّ اﷲَ عَزَّوَجَلَّ يَقُوْلُ ׃ أَنَامَعَ عَبْدِيْ إِذَا هُوَ ذَكَرَنِيْ وَتَحَرَّكَتْ بِيْ شَفْتَاهُ٠

"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla berfirman, 'Aku bersama hamba-Ku bila ia mengingat-Ku dan kedua bibirnya bergerak menyebut-Ku".

Dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Basr, bahwa seorang pria berkata:

يََارَسُوْلَ اﷲِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ ٬ فَأَخْبِرْنِيْ بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ؟  قَالَ ׃ لاَيَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا بِذِكْرِ اﷲِ٠

"Wahai Rasulullah, bergotong-royong syari'at Islam sudah begitu banyak membebaniku, maka diberilah saya kabar wacana sesuatu yang menjadi gantunganku". Beliau bersabda, "Hendaknya lisanmu selalu berair berdzikir kepada Allah".

Masuk ke dalam kategori dzikir verbal ialah tiruana doa yang secara benar (sah) riwayatnya tersambung kepada Rasulullah saw., para sobat dekatnya, dan para jago salaf yang saleh, baik doa yang berkait dengan doa pagi dan petang, atau doa saat hendak dan setelah makan. Bahkan doa bepergian dan tidak bepergian (muqim), doa masuk dan keluar rumah, doa saat hendak pulas dan sesudahnya, doa tahajjud dan lainnya. Termasuk ke dalam dzikir verbal juga setiap kata-kata mohon pemberian kepada Allah dan istighfar, sebagaimana disebutkan Al-Qur'an dan hadits:

Dalam pengertian dzikir dalam perbuatan, Al-Qur'an menyatakan:

Apabila sudah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah engkau di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya engkau beruntung. (Q.S. 62:10)

Dalam pengertian keseluruhan, Al-Qur'an menyatakan:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat gejala bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan wacana penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadakah Engkau membuat ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka". (Q.S. 3:190-191)

Dzikir juga mencakup beberapa aspek membaca Al-Qur'an, sebagaimana Al- Qur'an sendiri mengungkapkan:

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan bergotong-royong Kami benar-benar memeliharanya. (Q.S. 15:9)

Dzikir juga mencakup beberapa aspek bertanya wacana ilmu pengetahuan kepada para jago yang diberilmu. Al-Qur'an menyatakan:

. . . maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang ber­ilmu, bila engkau tiada mengetahui. (Q.S. 21:7)

Dzikir juga dimaksudkan sebagai ibadah, sebagaimana dikata­kan Al-Qur'an: Hai orang-orang yang diberiman, apabila diseru untuk menunai­kan shalat pada hari Jum'at, maka bersegeralah engkau kepada mengingat Allah. (Q.S. 62:9)

Apakah kita — saudaraku pendidik — mengerti apa yang dimaksud dengan dzikir? Apakah kita mengerti bahwa dzikir itu tidak berciri satu keadaan saja? Dan bahwa pengertiannya tidak terbatas kepada ritual tertentu? Apakah kita tahu bahwa dzikir ialah keadaan spiritual yang jaga, seorang Mukmin meng­ingat keagungan Allah swt. untuk selamanya?

Jika kita mengetahui tiruana ini dan mengamalkannya, maka berusahalah untuk mendidik anak kita terhadap pengertian-pengertian mengingat keagungan Allah swt. ini, di dalam jiwanya, semoga ia takut kepada-Nya, baik secara tersembunyi atau terang-terangan, saat gundah, saat tenang, saat bepergian atau tidak bepergian, saat perang atau damai, saat di rumah atau di pasar, saat hendak pulas atau bangkit pulas, dan di setiap situasi dan kondisi, semoga ia termasuk golongan orang-orang yang diperhatikan Allah saat Dia berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang diberiman itu ialah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apa­bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah dogma mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal. (Q.S. 8:2)

Tidak diragukan, bahwa bila jiwa anak selalu dzikir kepada Allah, hatinya kokoh dengan rasa muraqabah Allah kepadanya, sang anak akan tumbuh sebagai spesialis ibadah, senantiasa mengingat Allah, saleh, lurus, diberimbang dan berbudi mulia. Maka, amat jauhlah untuk melaksanakan maksiat, lebih-lebih kemunkaran, dan dosa. Dan tiruana ini, demi Allah, ialah batas kebaikan dan takwa yang diharapkan untuk anak kita.

Sungguh luar biasa metode Islam dalam pendidikan saat para pendidik berjalan di atas petunjuknya, para orangtua dan pengajar selalu mentaati kaidah-kaidahnya !

Hendaknya kita senantiasa mendidik anak dengan penger­tian-pengertian dzikir yang sudah kita jelaskan, semoga sang anak tumbuh dalam keikhlasan, takwa, mencicipi muraqabah Allah kepadanya, selalu mengingat keagungan-Nya dalam banyak sekali situasi dan kondisi.
0 Komentar untuk "Mendidik Anak Dengan Dzikir Kepada Allah"

Back To Top