Metode pendidikan dengan dongeng yaitu salah satu metode pendidikan dalam al Qur'an al karim. Metode ini memiliki efek tersendiri bagi jiwa dan akal, dengan mengemukakan argumentasi yang logis. Dan Al- Qur'an menggunakan metode ini di beberapa tempat, lebih-lebih dalam diberita-diberita wacana para Rasul dan kaumnya. Allah sudah menceritakan kepada Rasulullah saw. cerita-cerita yang paling baik, wacana kejadian-kejadian yang baik, semoga menjadi tamsil menyerupai bagi umat manusia, dan menjadi peneguh Rasulullah saw.
نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ أَحۡسَنَ ٱلۡقَصَصِ بِمَآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ وَإِن كُنتَ مِن قَبۡلِهِۦ لَمِنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum (Kami mewahyukan) nya yaitu termasuk orang-orang yang belum mengetahui (Q.S. 12:3)
Negeri-negeri (yang sudah Kami binasakan) itu. Kami ceritakan sebagian dari diberita-diberitanya kepadamu, (Q.S. 7:101)
Dan tiruana kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. (Q.S. 11:120)
Dan tiruana kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. (Q.S. 11:120)
Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu semoga mereka berpikir. (Q.S. 7:176)
Sudahkah hingga kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa. (Q.S. 79:15)
Sudahkah hingga kepadamu (Muhammad) diberita tamu Ibrahim (Malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Q.S. 51:24)
Sudahkah hadir kepadamu diberita kaum-kaum penentang, (yaitu kaum) Fir'aun dan (kaum) Tsamud? (Q.S. 85:17-18)
Al-Qur'an penuh dengan banyak sekali kisah para Nabi dan kaumnya. Terkadang, kisah diulang dalam beberapa surat dalam Al-Qur'an, untuk menampakkan kisah itu setiap kali tampil dengan metode gres yang tidak sama dengan metode sebelumnya. Sekaligus ialah salah satu kemu'jizatan Al-Qur'an, yang tiada ada bandingannya dalam cara penyajian isinya. Dari segi lain, yaitu untuk menyajikan tamsil menyerupai yang tersimpan di balik ayat-ayat tersebut, dan menampakkannya di antara lafazh-lafazh dan arti yang tidak sanggup diketahui kecuali oleh orang-orang yang dalam ilmunya, yang sanggup mencicipi balaghah Al-Qur'an.
Sebagai pola yaitu kisah Musa as. bersama Fir'aun, berulang kali disebutkan dalam Al-Qur'an. Dari kisah-kisah ini, kita pilih dua kisah. Kemudian kita bandingkan antara keduanya, semoga pembaca mengetahui belakang layar pengulangannya.
Kisah pertama terdapat dalam Surat Al-A'raf (Q.S. 7:104-107)
Dan Musa berkata, "Hai Fir'aun, sesungguhnya saya ini yaitu seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak menyampaikan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya saya hadir kepadamu dengan membawa bukti yang positif dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku". Fir'aun menjawaban, "Jika benar engkau membawa suatu bukti, maka hadirkanlah bukti itu kalau (betul) engkau termasuk orang-orang yang benar". Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, kemudian seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya.
Kisah kedua terdapat dalam Surah An-Nazi'at (Q.S. 79: 15-26):
Sudahkah hingga kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci, ialah lembah Thuwa, "Pergilah engkau kepada Fir'aun, sesungguhnya ia sudah melampaui batas, dan katakanlah (kepada Fir'aun), "Adalah harapan bagimu untuk memmembersihkankan diri (dari kesesatan)". Dan engkau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu semoga supaya engkau takut kepada-Nya?" Lalu Musa menunjukkan kepadanya mu'jizat yang besar. Tetapi Fir'aun mendustakan dan mendurhakai Kemudian ia berpaling seraya berusaha menentang (Musa). Maka ia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) kemudian berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata, "Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". Maka Allah mengadzabnya dengan adzab di akherat dan adzab di dunia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).
Dari perbandingan antara dua penyajian kisah di atas sanggup kita simpulkan beberapa hal di bawah ini:
Sedang Surah An-Nazi'aat, memusatkan pada:
Sesudah klarifikasi ini, jelaslah perbedaan besar antara kedua kisah tersebut, baik yang berkaitan dengan rasa (susunan) balaghah-nya, atau cara pengambilan pelajaran. Maka, dihentikan kita beropini bahwa kisah-kisah yang diulang-ulang itu semata-mata untuk diulang, alasannya yaitu kisah-kisah yang diulang oleh Al-Qur'an tidaklah demikian. Seperti yang kita lihat dari perbedaan besar dari kedua kisah di atas.
Sudahkah hingga kepadamu (Muhammad) diberita tamu Ibrahim (Malaikat-malaikat) yang dimuliakan? (Q.S. 51:24)
Sudahkah hadir kepadamu diberita kaum-kaum penentang, (yaitu kaum) Fir'aun dan (kaum) Tsamud? (Q.S. 85:17-18)
Al-Qur'an penuh dengan banyak sekali kisah para Nabi dan kaumnya. Terkadang, kisah diulang dalam beberapa surat dalam Al-Qur'an, untuk menampakkan kisah itu setiap kali tampil dengan metode gres yang tidak sama dengan metode sebelumnya. Sekaligus ialah salah satu kemu'jizatan Al-Qur'an, yang tiada ada bandingannya dalam cara penyajian isinya. Dari segi lain, yaitu untuk menyajikan tamsil menyerupai yang tersimpan di balik ayat-ayat tersebut, dan menampakkannya di antara lafazh-lafazh dan arti yang tidak sanggup diketahui kecuali oleh orang-orang yang dalam ilmunya, yang sanggup mencicipi balaghah Al-Qur'an.
Sebagai pola yaitu kisah Musa as. bersama Fir'aun, berulang kali disebutkan dalam Al-Qur'an. Dari kisah-kisah ini, kita pilih dua kisah. Kemudian kita bandingkan antara keduanya, semoga pembaca mengetahui belakang layar pengulangannya.
Kisah pertama terdapat dalam Surat Al-A'raf (Q.S. 7:104-107)
Dan Musa berkata, "Hai Fir'aun, sesungguhnya saya ini yaitu seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak menyampaikan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya saya hadir kepadamu dengan membawa bukti yang positif dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku". Fir'aun menjawaban, "Jika benar engkau membawa suatu bukti, maka hadirkanlah bukti itu kalau (betul) engkau termasuk orang-orang yang benar". Maka Musa menjatuhkan tongkatnya, kemudian seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya.
Kisah kedua terdapat dalam Surah An-Nazi'at (Q.S. 79: 15-26):
Kisah pertama sangat terperinci dan panjang. Kisah kedua boleh dibilang ringkas dan pendek. - Ada dua perbedaan besar antara penyajiannya, baik yang berkait dengan ayat-ayat dan akhir-akhir ayat-ayatnya dalam hal panjang pendeknya, makna dan susunannya, atau bentuk perintah dan larangannya.
- Pemusatan tamsil menyerupai dalam Surah Al-A'raf yaitu mengenai:
- Memdiberikan (membangun) hujjah kepada Fir'aun.
- Menampakkan mu'jizat yang menawarkan kebenaran Musa as.
- Dialog yang berlangsung antara Musa dan ahli-ahli sihir.
- Iman para andal sihir setelah berdirinya hujjah.
- Ancaman Fir'aun.
- Tidak memperdulikannya para andal sihir terhadap ancaman Fir'aun, sesudah dogma memasuki hati mereka.
- Allah menghukum Fir'aun dan kaumnya dengan menhadirkan ekspresi dominan kemarau panjang dan belum sempurnanya buah-buahan.
Balasan Allah terhadap perbuatan mereka dengan menenggelamkan mereka.
Allah membinasakan Fir'aun alasannya yaitu dakwaan dirinya sebagai "tuhan". - Mengambil pelajaran dari siapa yang mengingat Allah dan takut kepadanya.
Tag :
Metode Pendidikan Islam
0 Komentar untuk "Cerita Dalam Al Qur'an Disertai Nasehat Dan Tamsil Ibarat"