مََنْ اَكْرَمَكَ اِنَّمََا اَكْرَمَ فِِيْكَ جَمِيْلَ سِتْرِهِ ٬ فََالْحَمْدُ لِمَنْ سَتَرَكَ لََيْْسََ الْحََمْْدُ لِمَنْ اَكْرَمَكَ وَشَكَرَكَ٠
“Orang yang menghormatimu, bergotong-royong ia spesialuntuk menghormati keindahan yang ditutupi oleh Allah. Padahal yang wajib dipuji yakni untuk Dzat yang menutupi engkau, bukan pada orang yang memuji dan berterima kasih padamu."
Manusia yakni daerah salah dan tempat aib. Pada umumnya insan sendiri tidak menyukai sifat-sifat ibarat itu. Apabila ada orang yang memujimu, itu bukan alasannya yakni kehormatan yang ada padamu, akan tetapi oleh alasannya yakni Allah menutupi kejelekanmu dengan menampakkan kebaikanmu. Manusia yang pada umumnya lebih suka melihat barang yang sifatnya lahiriyah, simpel tertipu oleh penglihatannya sendiri. Oleh alasannya yakni insan tidak sanggup membedakan mana yang hakiki dan mana yang tiruan.
Bagi hamba yang saleh, maka kejadian insan ibarat ini, niscaya ia kembalikan kepada Allah. Karena Aliahlah yang membuat manusia, dan Tahu apa yang bergotong-royong di balik tiruana yang nampak. Penghormatan seorang hamba kepada sesama insan bergotong-royong bukan diarahkan kepada apa yang ia lihat dari lahiriyahnya, akan tetapi hendaklah yang ada dalam batinnya. Oleh alasannya yakni insan tidak bisa melihat apa yang ada dalam batin seseorang, maka penghormatan itu dikembalikan kepada sang Maha Pencipta, Allah swt.
Manusia niscaya mempunyai belum sempurnanya, alasannya yakni malu yang di sandangnya itu. Ia kuatir apabila aibnya diketahui oleh sesama manusia. Ia akan malu dan merasa terhina. Allah swt sudah menutup aibnya itu dan menampakkan kebaikan yang ia miliki, sehingga kejelekannya tertutup dengan sangat rapinya, dari epilog yang sangat indah dari Allah swt. Sehingga apabila ada yang memujinya, tidak lain alasannya yakni beitu indahnya epilog yang dipasang oleh Allah pada dirinya. Maka tertutuplah cela dan malu manusia, kemudian nampak kebagusan lahiriyahnya. Karunia Allah dan epilog yang indah ini, hendaklah disyukuri: "Barangsiapa yang bersyukur, sesungguhnya ia bersyukur pada diri sendiri, dan barangsiapa yang ingkar, sesungguhnya Allah swt Maha Kaya dan Maha Terpuji." (QS. Luqman: 12)
Tag :
Ilmu Karakter Manusia
0 Komentar untuk "Siapakah Yang Pantas Dipuji"