اَلْعَطَاءُ مِنَ الْخَلْقِ حِرْمَانٌ وَالْمَنْعُ مِنَ اﷲِاِحْسَانٌ٠
“Menerima pemdiberian dari insan itu sanggup jadi penghalang, sedangkan mengelakkan alasannya Allah itu yaitu lebih baik."
Yang dimaksud penghalang, ialah apabila saat mendapatkan pemdiberian itu, seorang hamba akan terpaku ingatannya kepada si pemdiberi. Ia melihat pemdiberian itu sebagai nikmat dari si pemdiberi itu sendiri, belas kasih dari orang yang memdiberi kepadanya, sehingga menghalangi ingatan dan perasaannya, bahwa pemdiberian itu bersama-sama berasal dari Allah semata.
Sedangkan pengelakan atau juga penolakan berarti si hamba hendaklah menghindarkan dirinya dari mendapatkan pemdiberian orang kepadanya dengan mengharapkan akan mendapatkan lagi pemdiberian yang sama dari hamba Allah lainnya. Karena impian menyerupai itu membuat insan terlibat kepada impian selain Allah yang sangat membahayakan kepada keimanan. Sebab, dalam keimanan, nikmat dan anugerah itu bersama-sama dari Allah jua.
Hamba yang saleh tidak terlalu berharap dari orang lain dengan majemuk pemdiberian alasannya akan merugikannya. Akan tetapi tidak berarti setiap pemdiberian sesama insan wajib ditolaknya. Karena pemdiberian dari hamba Allah yang saleh, selalu bermaksud baik, dan untuk melakukan sebagian muamalah yang diharapkan dalam rangka ta'awun.
Tujuan-tujuan saleh dari suatu pemdiberian bersifat umum dan tidak pribadi. Menerima pemdiberian tidaklah salah, akan tetapi mengharapkan pemdiberian yang terus menerus akan mengalihkan impian si hamba kepada selain Allah. Itulah yang menjadi penghalang, alasannya akan merusak keimanan. Menghindari pemdiberian yang tidak pada tempatnya, akan menempatkan insan pada martabat dirinya, alasannya dia tetap bediri di depan pintu hatinya yang membersihkan supaya wibawanya tidak jatuh. Khalifah Ali bin Abi Talib mewasiatkan "Janganlah engkau merasa ada yang memdiberi nikmat selain dari Allah swt.
Anggaplah tiruana nikmat dan pemdiberian yang engkau terima dan selain Allah yaitu satu kesalahan. Engkau harus melihatnya dari sisi manusia, dan menganggapnya sebagai pemdiberian bukan dari insan akan tetapi dari Allah semata. Semua nikmat yang engkau terima, hendaklah engkau tempatkan dalam hatimu sebagai anugerah Allah semata, supaya engkau tidak termasuk orang yang rugi." Seorang Hukanm' berkata: "Menanggung kebaikan dari pemdiberian insan akan menjadi beban bagimu dibandingkan dengan kesabaran alasannya menderita belum sempurnanya."
Tidaklah berarti, apabila sesama muslim memdiberi kepada sesama muslim harus ditolak. Apalagi pemdiberian itu dalam rangka hubungan silaturahmi dan muamalah yang nrimo dan saleh. Islam juga tidak memperbolehkan menolak pemdiberian sesama saudaranya, selain,i pemdiberian itu tidak menjatuhkan martabatnya sebagai hamba Allah, dan tidak menjadikan dia lupa bahwa tiruana yang diterima tidak semata-mata dari si pemdiberi, akan tetapi semata-mata karunia dan kasih akung Allah.
Pemdiberian yang patut ditolak, yaitu pemdiberian alasannya membaiat jasa alasannya pernah mendapatkan sesuatu dari seseorang, kemudian dia membalas jasa tersebut, alasannya sesuatu ukuran duniawi bukan alasannya semata – mata alasannya Allah. Apalagi suatu pemdiberian yang dimaksud untuk memperoleh laba yang besar, sehingga menjadi semacam bentuk suapan supaya melancarkan sesuatu yang menjadi tujuan. Pemdiberian menyerupai ini patut ditolak, alasannya tidak boleh oleh Islam.
Tentunya terdapat perbedaan antara pemdiberian dengan sedekah atau infak yang diperintahkan oleh Islam sebagai ibadah.
Tag :
Ilmu Keseharian
0 Komentar untuk "Jangan Terpengaruh Pada Pemeberian Orang"