Bersikap Atas Rahmat Allah. Swt

 مََنْ اطَّلَعَ عَلَى اَسْرَارِ الْعِبَادِ وَ لَمْ يَتَخَلَّقْ بِالرَّحْمَةِ الإِلَهِيَّةِ كَانَ اطِّلاَعُهُ فِتْنَةً عَلَيْهِ وَ سَبَبًا لِجََرِّ الْوَبَالِ اِلَيْهِ٠ “

Siapa yang bisa melihat rahasia-rahasia manusia, sedang ia sendiri tidak bersikap ibarat yang dirahmatkan oleh Allah kepadanya, maka diam-diam yang diketahuinya itu akan menjadi fitnah baginya, dan menjadi alasannya hadirnya ancaman bagi dirinya sendiri.” 

Mengetahui akan diam-diam mistik itu dibolehkan, asal saja insan harus bisa bersifat ibarat yang ia tahu, bukan sebaliknya. Agar apa yang diketahui tentang rahmat Allah yang didiberikan kepadanya sesuai dengan perilaku dari tingkah lakunya sendiri. Rahmat Allah itu berupa kasih akung Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya. Hamba Allah yang menerima rahmat-Nya itu hendaklah menyebarkannya kepada sesama manusia. Rahmat Allah itu ialah anugerah yang tidak spesialuntuk dimiliki oleh seseorang, akan tetapi oleh setiap hamba Allah. Itulah rahmat Allah bagi insan di muka bumi ini. 

Memelihara rahmat Allah, sangat penting bagi setiap hamba Allah. Sebab rahmat Allah itu ialah kasih akung Allah kepada manusia. Rahmat Allah menawarkan bergotong-royong Allah swt mempersembahkan karunia-Nya yang Agung kepada tiruana makhluk di bumi ini. Memelihara rahmat Allah dan membuatkan kasih akung kepada tiruana hamba Allah, biar Allah tidak mencabut rahmat-Nya dari manusia, ibarat sabda Nabi saw, "Tidaklah rahmat itu dicabut kecuali dari hati orang yang celaka." 

Sahabat Abdullah bin Amr bin Ash ra. berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Orang yang pengasih itu dikasihi Allah. Kasihanilah apa yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan mengasihimu." 

Mengasihi sesama insan itu ialah sifat Waliyullah. Oleh lantaran itu, apabila ada Waliyullah yang tidak mengasihi sesama hamba Allah maka berarti ia tidak mengikuti perintah-Nya. Hal ini menyalahi kedudukannya sebagai Wali, dan kewaliannya bisa menjadi fitnah bagi dirinya. 

Diriwayatkan bergotong-royong Nabi Ibrahim Halilullah pernah di angkat oleh Allah swt. ke suatu tempat, sehingga ia sanggup melihat seluruh penduduk di atas bumi ini dengan tingkah laris mereka. Kehendak Ibrahim Halilullah ini, sebagai Nabi yang dikasihi Allah, disebabkan lantaran belas kasih dan akungnya kepada hamba-hamba Allah. 

Sesudah Nabi Ibrahim melihat dan mengetahui perbuatan dan tingkah laris manusia, ia pun berdoa kehadirat Allah swt., "Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang durhaka." Allah menjawaban, "Aku lebih mengasihi mereka daripada engkau, wahai Ibrahim, turunlah wahai Ibrahim, mungkin mereka yang durhaka itu, akan bertobat dan kembali mendekati Aku." 

Sahabat Ali bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah, menandakan sabda Nabi Muhammad saw: "Ketika Allah swt menunjukkan kepada Nabi Ibrahim as. kekuasaan-Nya di langit dan di bumi, tiba-tiba Nabi Ibrahim as. melihat penduduk suatu negeri sedang berbuat maksiat, serta merta Nabi Ibrahim berucap, binasalah orang-orang itu." Demi mendengar ucapan Nabi Ibrahim itu, Allah swt. mengingatkan Nabi Ibrahim, "Wahai Ibrahim, setiap ucapanmu selalu terkabul atau mustajab, maka tidakbolehlah engkau gunakan untuk membinasakan manusia. Mereka ialah hamba-hamba-Ku. Sebab perbuatan mereka itu ada beberapa kemungkinan. Mungkin mereka akan bertobat, kemudian AKu ampuni mereka, atau Aku lahirkan dari mereka keturunan yang baik - baik yang selalu bertasbih pada-Ku, atau mungkin mereka itu sadar dan kembali kepada-Ku, dan tergantunglah hal itu kepada-Ku. Aku mengampuni mereka atau menghukum mereka itu." 

Ada suatu riwayat tentang Nabi Ibrahim as. dikala ia menerima perintah dari Allah swt. biar mengorbankan putranya, disebabkan Ibrahim suka berlaku kejam kepada orang-orang yang berbuat maksiat. Dikisahkan dalam beberapa tafsir Qur'an, bahwa Ibrahim as. naik ke langit pada setiap malam, ibarat firman Allah swt dalam surat Al An'am ayat 75, "Demikian itu Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi, biar ia termasuk orang-orang yang yakin". Dan difirmankan pula dalam Al Qur'an tentang pengorbanan Ibrahim tersebut dalam surat Ash Shaffat ayat 103, dikala Ibrahim berkata kepada Ismail, putranya, "Wahai anakku, sesungguhnya saya melihat dalam mimpiku, sesungguhnya saya menyembelihmu..." Ketika Itu Ibrahim meletakkan pisau pada leher anaknya, ia berkata, "Ya Allah, ini putraku, buah hatiku, insan yang paling saya kasihi." Tiba-tiba Ibrahim mendengar bunyi menjawaban perkataan Ibrahim itu ..."Ingat wahai Ibrahim, dikala pada suatu malam engkau meminta kepada- Ku biar memusnahkan hamba-hamba-Ku. Apakah engkau tidak mengetahui, bahwa Akupun sangat menyayangi hamba-Ku, ibarat juga engkau menyayangi anakmu. Maka engkau meminta kepada-Ku biar membinasakan hamba-hamba-Ku. Sekarang Aku minta kepadamu biar menyembelih anakmu. Sekarang hasilnya diberimbang. 

Semua cerita di atas dan perumpamaan yang tertulis, menjadi klarifikasi yang kuat, bahwa kasih akung kepada tiruana makhluk termasuk manusia, ialah mengemban sifat rahmanir-rahimnya Allah di muka bumi ini. Sifat Allah swt. yang selalu mengasihi dan merahmati para hamba, hendaklah pula diikuti pula oleh para hamba Allah.
0 Komentar untuk "Bersikap Atas Rahmat Allah. Swt"

Back To Top